Perubahan sikap Han Jingnian semacam ini membuat Xia Wanan cukup sulit untuk mengendalikan suasana hatinya. Cahaya yang dipantulkan oleh cincin di ujung jarinya membuat matanya terasa perih. Dia ingin menahan diri untuk tidak menangis. Namun bagian bawah matanya tetap saja perlahan-lahan basah. Dia langsung menendang kursi ke belakang dan meninggalkan ruang makan.
"An An!"
Han Jingnian reflek mengikutinya. Saat dia keluar dari ruang tamu, Xia Wanan sudah masuk ke dalam toilet yang berada di ruang tamu dan mengunci pintunya.
Han Jingnian segera melangkah maju dan memutar kenop pintu. Sayangnya pintunya terkunci. Dia mengangkat tangannya dan mengetuk pintu dua kali dengan lembut. "An An?"
"An An? An An?"
Han Jingnian memanggil Xia Wanan beberapa kali, tapi tidak ada balasan apapun. Dia menjadi khawatir. Dia memutar kenop pintu dan mengetuk pintu dengan lebih keras.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com