webnovel

Ayo bekerja

Éditeur: Wave Literature

[Liurui: Matematika itu benar-benar sulit. A...! Aku tidak mengerti soal isian yang kelima dan soal pilihan yang terakhir. Akhirnya aku menjawabnya dengan menebak-nebak. Sepertinya aku telah gagal dalam ujian ini dan harus mengikuti ujian perbaikanT.T] 

Pada saat jam makan, Luzhou membuka situs komunitas pertemanan dan membuka daftar orang bermarga Liu. Ia menggerakkan bibirnya dan bersiap untuk memberikan komentar terhadap postingan terbaru Liurui. 

[Jawaban dari soal isian nomor lima yang terakhir itu adalah B] 

Menurut Luzhou, mengetik di atas telepon seluler itu benar-benar sulit! 

Setelah mengedit pesan, ia lalu mengirimnya.

Sekarang akhirnya ia bisa merasa nyaman!

Setelah itu Luzhou menaruh HPnya ke dalam saku, lalu kembali menundukan kepalanya untuk memakan mienya. Tak lama kemudian, telepon selulernya berdering dan ketika Luzhou melihatnya, ternyata itu adalah balasan pesan dari Liurui. 

Mengapa? Mengapa Liurui begitu cepat membalas?

Luzhou pun membuka situs komunitas pertemanan dengan hati yang merasa terkejut. 

[Liurui: Bukankah jawabannya adalah A?] 

Luzhou tertawa lalu menggelengkan kepalanya. Ia lalu mengingat kembali soal ujian tadi. Setelah itu, ia mengambil kertas buram dan pena dari dalam tas ranselnya. Ia kemudian menulis dengan lengkap langkah-langkah untuk menyelesaikan soal tersebut. Setelah itu, ia memfoto kertas buram tersebut di tempat yang cukup terang lalu mengirimkannya pada Liurui. 

[Luzhou: [gambar]] 

Kali ini Liurui tidak memberinya balasan dengan cepat. 

Setelah beberapa saat, Luzhou kembali memperhatikan ponselnya. Ternyata Liurui masih belum membalas pesannya. Akhirnya Luzhou memutuskan untuk melanjutkan makan mie. 

Mienya pasti akan mengembang jika tidak segera dimakan. 

Tetapi, telepon seluler yang sudah ia taruh di dalam saku kembali berdering. Kali ini karena ada sebuah panggilan telepon yang masuk. 

"Ada apa ini? Apakah ia sudah gila sampai secara khusus meneleponku begini?" Ucap Luzhou sambil berusaha mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. 

Ternyata yang menelpon bukanlah Liurui, melainkan Wu Dahai. 

Dulu, ketika Luzhou pingsan karena dehidrasi, Wu Dahai lah yang membawanya ke rumah sakit. 

Hal ini membuat Luzhou tiba-tiba menjadi merasa sungkan karena belum menelpon Wu Dahai untuk mengucapkan terima kasih secara formal. 

Setelah itu, Luzhou akhirnya menekan tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut. 

"Halo?" Sapa Luzhou dari seberang telepon. 

"Ini aku, Dahai." Suara Wu Dahai terdengar jelas. "Bagaimana? Bagaimana keadaanmu?" 

"Aku baik-baik saja. Terima kasih untuk yang waktu itu." Luzhou berkata dengan sungkan. 

"Terima kasih? Kamu tidak perlu merasa terlalu sungkan." Ujar Wu Dahai, lalu ia kembali berkata, "Apakah kamu sibuk malam ini?" 

"Aku tidak sibuk. Memangnya ada perlu apa?" Tanya Luzhou. 

"Penyortiran Shentong Express. Upahnya 100 per malam. Apakah kamu tertarik?" Tanya Wu Dahai pada Luzhou. 

Luzhou pun segera bertanya balik. "Di mana?" 

"Ada bus yang menunggu di gerbang sekolah dan akan berangkat jam tujuh. Jika kamu ingin datang, kami masih membutuhkan dua orang lagi. Kami akan segera pergi." Jawab Wu Dahai. 

"Aku akan datang sekarang!" Balas Luzhou dengan cepat. 

Setelah menutup telepon, Luzhou segera menyeruput mienya hingga habis. Ia kemudian menaruh mangkuknya di atas troli dan bergegas meninggalkan kantin. Kemudian, Luzhou berjalan menuju ke gerbang sekolah dengan cepat. Luzhou kemudian menghubungi ketua kamar asrama, Shishang. 

"Halo? Zhouzi, ada apa?" Suara Shishang terdengar jelas di telepon.

"Aku ada urusan malam ini. Malam ini ku tidak pulang." Jawab Luzhou. 

"Ada apa? Apa yang terjadi?" Suara Shishang terdengar bersemangat. 

"Aku mau pergi kerja paruh waktu." Jawab Luzhou dengan suara yang terdengar tidak berdaya. 

"..." Tak terdengar balasan apapun dari Shishang. 

Telepon tiba-tiba menjadi hening dalam sekejap. Ketika Luzhou hendak mematikan panggilan telepon, Shishang tiba-tiba menghela nafas dan mengecilkan suaranya. Shishang lalu berkata, "Luzhou, saya mengerti jika kondisi keluargamu sulit. Kamu bisa curhat dengan temanmu mengenai hal itu, kita bisa mencari jalan keluar bersama. Ngomong-ngomong kamu berada di mana sekarang? Apakah kamu sedang pacaran?" 

Luzhou tak paham dengan maksud perkataan Shishang barusan. 

Shishang masih saja meneruskan ucapannya. "Ya ampun, Kawan. Kamu jangan sampai tidak merasakan jatuh cinta. Jika kamu tidak pernah pacaran, kamu akan menyesal seumur hidup! Jangan menutup teleponku karena berbicara seperti ini! Aku sudah memperingatkanmu! Jika kamu berani menutup telepon, aku akan melaporkanmu pada dosen pembimbing akademik." Ujar Shishang panjang-pendek. 

"Sebenarnya apa yang kamu katakan?" Tanya Luzhou yang sama sekali tidak paham dengan maksud dari ucapan Shishang. 

Shishang menjadi tertegun dan merasa ada sesuatu yang tidak beres. Nada bicaranya pun menjadi canggung. Lalu dengan suara kecil ia berkata, "Pekerjaan paruh waktu apa malam-malam seperti ini? Semoga kamu tidak tersesat——" 

"Sudah. Aku akan menutup teleponnya." Ujar Luzhou. 

Suara Luzhou terdengar bernada dingin. Ketika Shisang kembali tersadar, Luzhou sudah menutup teleponnya. 

….... 

Busnya telah tiba di depan pintu gerbang. Wu Dahai melambaikan tangannya dari kejauhan saat melihat Luzhou keluar dari pintu gerbang. 

Pintu bus kemudian terbuka dan Luzhou duduk di atas bangku kecil sambil melihat-lihat di dalam bus. Selain dirinya, ternyata di dalam bus tersebut ada sepuluh orang yang lain. Mereka semua adalah mahasiswa pria dari Universitas Jinling. 

Memang, tidak akan ada wanita yang melakukan pekerjaan paruh waktu dan bekerja keras saat malam seperti ini. 

Sebenarnya, melakukan pekerjaan seperti ini tidak terlalu melelahkan. Luzhou telah melakukannya dua kali. Menurutnya, pekerjaan seperti ini lebih mudah daripada membagikan selebaran. Satu-satunya kelemahan dari pekerjaan ini adalah harus begadang. 

Tetapi setelah mengingat gajinya yang sebanyak seratus yuan, Luzhou masih bersedia. 

Sekarang Luzhou hanya memiliki tiga ribu yuan di dalam tabungannya. Saat mengunggah SCI, ia masih harus membayar beberapa yuan untuk biaya tata letak dan biaya ulasan. Tetapi ia tidak ingin membebani keluarganya dengan meminta uang pada mereka. 

Jika dihitung dengan biaya lain, Luzhou juga masih harus membayar biaya remunerasi dan ia harus membayar semuanya sendiri. 

(Remunerasi adalah biaya untuk menerbitkan jurnal). 

"Semalam dibayar seratus, tetapi gaji akan dibayar pada hari berikutnya. Kalian harus mengirimkan akun Alipay kalian padaku. Setelah itu, pergilah menuju ke bagian penyortiran dan dengarkan perintah mereka. Hal yang harus kalian lakukan sangatlah sederhana, yaitu membawa turun barang-barang dari truk lalu menaruh barang itu di gudang. Akan ada waktu istirahat selama satu jam ditengah-tengah jam kerja. Papan biliar yang berada di lounge boleh dimainkan kapan saja, tetapi aku tidak menyarankan kalian untuk bermain dengan para pekerja karena mereka semua bermain dengan taruhan uang. Selain itu, kemampuan mereka sangat hebat. Dalam satu kali memukul, mereka bisa memasukkan dua hingga tiga bola. 

"Harus memindahkan barang-barang? Apakah itu tidak melelahkan?" Tanya seseorang yang bertubuh agak pendek. 

Wu Dahai dengan sabar menjelaskan. "Jangan khawatir. Kamu tidak perlu memindahkannya dengan tangan. Kamu bisa bermain sepak bola, kan? Dua orang pekerja bisa berdiri di sisi truk untuk mengeluarkan paket dari dalam truk, sementara yang lain bisa memindahkan paket dengan menendangnya. Jalanannya sangat licin, jadi kalian akan lebih mudah memindahkannya dengan menendangnya. Kecuali barang-barang berukuran besar seperti televisi atau kulkas." 

Kemudian ada orang yang lain berseru, "Ya ampun! Menendang dengan kaki? Bagaimana kalau rusak?" 

Wu Dahai meliriknya sekilas lalu mengomel. "Terserah kamu saja. Kamu tidak perlu mengikuti kata-kataku. Apalagi yang perlu kamu khawatirkan? Singkatnya, kalian tidak usah khawatir. Para pedagang itu biasanya membungkus barang dengan rapi dan memasukkan beberapa lapis busa plastik di dalamnya. Jika kalian sampai bisa menendangnya dengan mudah, aku akan mengirim kalian ke tim sepak bola nasional." 

Orang yang tadi berseru hanya tertawa dan tidak mengatakan apapun. Akan tetapi, di dalam hatinya ia sangat ingin pergi dari sini. 

Setelah mengobrol, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Busnya berhenti di depan pintu gerbang pabrik. Wu Dahai lalu mengeluarkan telepon selulernya untuk membayar, kemudian menyuruh para mahasiswa untuk turun dari bus. 

Bangunan pabrik ini berada di daerah persimpangan yang sangat besar dengan luas lebih dari 2000 meter persegi. Ada beberapa truk yang parkir di depan pintu gerbang pabrik dan para penyortir resmi pabrik telah mulai bekerja. Seorang pria paruh baya yang memakai baju berwarna biru tampak berdiri di depan pintu gerbang dan melihat sekeliling. Setelah beliau melihat Wu Dahai, beliau segera melambaikan tangan untuk menyuruh mereka mendekat. 

"Apakah sudah lengkap? Bagaimana jika kalian mendaftar terlebih dahulu?" Tanya pria paruh baya tadi sambil menunjukkan giginya yang berwarna kuning. Pria tersebut berbicara sambil tersenyum. 

"Masih ada berapa orang lagi yang mau mendaftar? Mari kita mulai." Ujar Wu Dahai dengan sopan, lalu memberikan rokok kepada pria paruh baya tersebut. 

Pria paruh baya tersebut mengambil rokok yang ditawarkan oleh Wu Dahai sambil tersenyum. Pria itu kemudian berkata, "Baiklah. Kalian ikuti aku." 

Setelah itu, beliau berbalik dan berjalan menuju ke pabrik. 

Chapitre suivant