webnovel

Agen Rahasia

DEAD ZONE

Zombie Crisis

Makluk itu kini berada di hadapanku. Dengan sebilah kapak besar nan tajam yang terlumuri bercak darah, serentak ia menjunjung tinggi kedua tangannya dalam rangka menebaskan senjatanya untuk membelah kepalaku menjadi dua bagian.

Secepat mungkin aku berguling ke samping, dalam rangka menghindari serangannya tersebut. Alhasil aku masih dapat meloloskan diriku dari maut yang hampir saja merenggut nyawaku.

Ia menoleh, mendapati aku yang tengah berdiri di sampingnya. Kini aku harus memutar kembali isi otakku, berpikir cepat untuk mencari cara agar dapat mengalahkannya tanpa harus mengandalkan amunisi pada segala bentuk senjata api.

"Aku harus mencari cara yang tepat untuk mengalahkannya, tapi apa yang harus aku lakukan?"

Di ruangan ini sama sekali tidak ada senjata dalam bentuk apapun yang dapat dipergunakan untuk menumbangkannya, terkecuali sebilah pisau yang terselipkan pada pinggang kiriku.

Tanpa banyak bicara, aku segera mencabut sebilah pisau dari sarungnya dan melemparkannya pada suatu titik pengelihatan. Yakni pada sesosok makluk menyeramkan yang tengah berhadapan denganku.

Alhasil sebuah pisau yang kulemparkan kini tampak terlihat menancap pada dahinya.

Makluk itu pun mulai tumbang dengan sebilah pisau yang menancap pada kepalanya.

Dari balik keheningan malam yang mencekam, terlihatlah sesosok gadis yang mulai menunjukan dirinya dari balik pilar penompang bangunan pada ruangan aula.

"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana caramu mengalahkannya, namun aku yakin bahwa kemenanganmu bukanlah sebuah kebetulan."

Aku menoleh, mendapati sesosok gadis berambut hitam dengan longdress berwarnakan putih yang tampak terlihat tersenyum miris kepadaku.

Sejak awal ia sudah berada di dalam kawasan gereja Santa Maria, bahkan gadis itu sempat menyaksikan adegan pertarungan yang hampir saja merenggut nyawaku.

Seorang gadis berambut hitam legam dengan dengan longdress berwarnakan putih terang hendaklah melangkah maju untuk menghampiriku yang tengah berdiri tak jauh darinya. Gadis itu bernama Helen Sparingga, salah seorang angota Mercenery yang bertugas untuk mengevakuasi masyarakat yang belum terjangkit virus.

Mercenery Ops, adalah organisasi kemiliteran yang dibentuk oleh sukarelawan dalam rangkah memburu zombie dan mengevakuasi para korban yang selamat dari gigitan zombie. Konon katanya, mereka memiliki sebuah benteng peetahanan dengan senjata dan amunisi yang cukup lengkap untuk melindungi masyarakat dari ancaman zombie yang berkeliaran di kawasan kota New Castile.

"Bagaimana kau bisa mengetahui keberadaanku" tanyaku datar.

"Desingan pelurumu, itulah alasan mengapa aku bisa berada di aula untuk menyaksikan pertarunganmu dengannya," ujarnya kepadaku.

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanyaku sekali lagi. Gadis itu hanya tersenyum miris kepadaku, seakan ia enggan untuk menjawab pertanyaanku.

Gadis segera membalikan tubuhnya. Sebelum ia beranjak pergi meninggalkan aula gereja, ia sempat berkata, "Temui aku di halaman gereja."

Rembulan bersinar terang dengan pernak-pernik cahaya bintang yang bergemerlapan menghiasi sang malam.

Ketika aku membuka pintu aula gereja, kini aku mendapati sesosok pria berambut hitam kecoklatan dengan sepucuk pistol pada sebelah tangannya. Entahlah, namun pria itu tampak berdiri tegak di samping Helena yang telah menungguku di halaman gereja.

"Waow! Sang pahlawan telah tiba." entah itu sebuah sindiran bagiku, atau memang ia sengaja memujiku.

Yang jelas ialah, pria itu tampak tersenyum pada kala aku hendak menemui rekan baruku, yakni Helen Sparingga.

"Helen, sepertinya dia bukan pria sembarangan," bisiknya kepada Helen, sesaat gadis itu menjawab,

"Dia adalah perwira kepolisian Dunhill, itulah yang aku ketahui dari identitasnya pada saat ia pingsan di salah satu komplek perumahan."

Sesaat setelah aku berjalan menghampirinya, pria itu mulai mengulurkan sebelah tangannya kepadaku, "Namaku Jack Krauzer, salah satu anggota dari organisasi kemiliteran Mercenery Ops."

Pada kala kami saling berjabatan tangan, aku sempat menunjukan namaku kepadanya,

"Michael Christopher, senang bisa bertemu denganmu."

"Baiklah, aku rasa kita harus segera bergegas untuk kembali ke benteng pertahanan sebelum fajar tiba.

Jack, ambil mobil kita, aku dan Michael akan menunggumu disini,"

perintah Helen terhadap rekannya.

Sesaat setelah pria itu berbalik arah dan meninggalkan kami berdua, pada saat itulah Helen yang mulai menceritakan awal terjadinya insiden penyebaran virus, hingga peristiwa penculikan yang telah dilakukan oleh pihak Umberella kepadaku.

Aku sempat merenung, mendapati kepahitan dibalik segala sesuatu yang telah menimpahku. Namun aku tahu bahwa mereka memiliki alasan yang tepat dibalik peristiwa yang telah menimpahku.

"Aku sempat menemukan sebuah suntikan yang tergeletak pada lantai, mungkin Umberella telah menyuntikan serum agar kau tidak tertular wabah penyakit yang mematikan. Atau dalam kata lain, bebas dari gigitan zombie untuk sementara waktu," ujarnya kepadaku.

"Ya! Ketika aku pingsan, aku sempat mendengar pembucaraan mereka mengenai sebuah serum yang akan mereka suntikan kepadaku. Sayang sekali, kedua mataku memang sulit untuk terbuka pada saat itu."

"Apa kau mengerti, mengapa mereka menggirimmu kesini?"

"Tidak!"

"Untuk mengujimu dalam menjalankan misi bertahan hidup, itulah alasannya."

"Apa maksudmu?"

"Presiden AS telah bekerja sama dengan pemerintahan New Castile, begitu juga dengan Umberella. Mereka telah menerapkan salah seorang anggota kepolisian untuk menjalankan sebuah misi rahasia untuk menyelamatkan ribuan jiwa."

"Darimana kau dapatkan semua informasi tersebut?"

"Karena aku adalah seniormu, mereka sengaja mengirimmu di dalam pengawasanku. Selamat datang di New Castile, waktu kita hanyalah 72 jam untuk bertahan hidup dan segera menyingkir dari kota ini secepatnya dengan membawa rombongan warga yang selamat dari gigitan para zombie."

"Apa yang terjadi jika kita melebihi waktu yang telah di tentukan?"

"Kota New Castile akan segera dihujani bom atom, dalam rangkah pemusnahan zombie beserta virusnya. Maka dari itu, pergunakan kesempatan hidupmu sebaik mungkin."

Ada jeda sesaat yang menciptakan keheningan canggung di antara kami berdua. Sampai pada akhirnya terdengarlah suara klakson mobil yang terparkir pada bahu jalan yang terletak tak jauh dari halaman depan gereja Santa Maria.

*THEEEEND!

"Woy! Terlalu lama bertatapan mata akan menimbulkan perasaan jatuh cinta," seru Jack.

Helen tersenyum kepada Jack seraya menggelengkan kepalanya.

"Dia bukan tipeku." sembarinya kepada Jack yang tengah duduk di kursi pengemudi.

"Aku juga sama sekali tidak tertarik olehnya," sahutku seraya melangkah maju meninggalkan kawasan gereja Santa Maria.

-Bersambung-

Author Note : So, bagaimana alur cerita yang sulit untuk di tebak, mengesankan bukan? Naah, sekarang misi kalian adalah... Meninggalkan satu bintang pada setiap halaman yang tertera pada DEAD ZONE.

Penasaran dengan Chapter dua?

Next Time guys...

Sayonara....!

Follow juga IG saya, (Real Vidio)

IG : yossihiroakina

FB : Yossihiro Akina (Akun Resmi)

KakaoTalk : HwangJaeSung

Bee : Hwang Jae Sung

Chapitre suivant