"Jadi semenjak suamiku meninggal, aku belum pernah datang ke pusaranya. Lahh, kenapa aku malah membahas diriku sendiri," dia seolah-olah merasa bersalah.
"Tidak apa-apa," ringan Aruna berkata.
"Mas Cahyo masih saudaramu. Andaikan masih hidup, dia pasti senang sekali bisa bertemu keponakannya lagi," logat daerahnya begitu kental.
"Pak Cahyo, siapanya bu Maharani?" Suara Aruna sangat pelan, ia tampak sedikit kikuk mengujarkan nama ibu aslinya. Perempuan yang tidak ada di dalam memorinya.
"Pak Cahyo itu adik bungsunya yu Rani," seperti melihat cahaya terang tentang masa lalunya yang sama sekali tidak ada dalam ingatan, Aruna mencuri tatap Mahendra dan menggenggam telapak tangan besar yang merengkuh punggung tangannya.
"Jadi kalau ditelusuri, sampeyan kuwi yo keponakanku," entah kalimat 'sampeyan kuwi' artinya apa, Aruna hanya menangkap kalimat keponakanku yang artinya mereka bersaudara.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com