Darah, detak jantung dan desiran.
Dia memejamkan mata menikmati hening yang tersuguh, saat dirinya dibawa sang dokter menuju ruang rontgen.
Kabut itu datang lagi dan lagi, menyelimuti hati & pikiran yang sedang gundah. Seolah ia berhak bangkit, lalu bergerak memberi perintah untuk memburu mangsanya.
Tanpa perlu dicari tahu, jelas bahan buruannya ada di rumah sakit yang sama. Cukup dengan mengamati ajudan yang berjaga di luar pintu kamar. Ini sangat mudah.
Walaupun Wisnu lebih sulit ditebak dengan segala ekspresi tengilnya. Tapi tidak dengan Herry, si pendiam yang tidak memiliki kemampuan mengkamuflasekan raut wajah.
Herry adalah ajudan yang mudah dibaca, namun ia sangat erat dengan tuannya. Pemuda ini juga pandai membaca guratan-guratan tersirat, yang sering dimainkan oleh Mahendra.
.
.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com