"Kenapa kau tertawa, Nggak ada yang lucu!!" sentak Aruan.
"Kalau marah begini, istriku makin lucu,"
"Jadi aku badut??"
"Bukan begitu, ya tuhan.. salah lagi,"
Mendengar ungkapan ini Aruna melirik Hendra sesaat lalu mencoba menyisir rambut se-kenanya. Dengan bara api yang masih berkobar di dada, perempuan ini meraih kuncit rambut kemudian membuat gerakan meng-kucir segenggam rambutnya.
Genggaman rambut yang tertali itu lebih naik ke atas dari pada biasanya, menyajikan leher jenjang Aruna.
"Aku sudah bilang aku tidak suka kamu mengikat rambutmu ke belakang," Hendra protes dengan nada hati-hati.
"Kau juga tampil sempurna tiap saat, mengapa aku tidak boleh?!" intonasinya masih intonasi kekesalan, "Ini sempurna versiku!," hanya desahan yang diterbitkan Mahendra mendengar kata-kata istrinya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com