"Anda tahu apa yang lebih buruk dari itu," lelaki bermata biru meneguk air dalam gelas lalu meletakan benda yang terbuat dari kaca tersebut dengan kasar, "Aku pernah memaksanya memenuhi hasratku padahal dia tidak mau, hinaan macam apa yang lebih buruk dari itu," monolog Hendra mematahkan monolog Wiryo terkait 'bawahan yang mencakar tuannya'.
"Sekarang apa maumu?" tampaknya akal tetua Wiryo mulai bekerja setelah sedemikian lama terbuai kemanisan gadis bernama Nana. Gadis yang berusaha dengan sejuta cara dalam upayanya menjadi bagian dari keluarga Djoyodiningrat, seperti kondisi yang dulu memang pernah ia sandang.
Nana melempar pandangan kekhawatiran kepada cucu dan kakek yang tertangkap saling berdebat panjang. Tadi dia hanya mendengarkan tanpa melakukan pengamatan, kini pupil matanya malah melebar. Getaran rasa resah tidak bisa dia tutupi lagi.
"Aku akan mempertahankan istriku," singkat Hendra. Tampaknya pria ini bersiap-siap untuk pergi.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com