Raihan yang berada di kantor Evan tadi nya berencana makan siang bersama sahabat nya itu, namun dia urungkan , mengingat Kirana dia ingat terhadap Putra nya.
"sorry Van, aku tiba tiba ada urusan" ucap Raihan ke Evan, "lohh, nggak jadi makan siang nih" sahut Evan, "lain kali aja" sahut Raihan yang sudah berjalan menuju mobil nya.
~~~~~^~~~~~
Kini Raihan berada di depan gerbang sekolah Raka, dia ingin menemui putra nya, tak mungkin dia menemui nya di rumah Kirana saat ini, tapi dia akan mencari cara agar bisa terus mencari alasan bertemu dengan putra nya itu bagaimana pun caranya. Ketika sedang menunggu Raka, dia melihat seseorang yang tak asing baru datang , "dia," pekik Raihan, saat itu juga ternyata seseorang itu pun melihat Raihan, pandangan mereka pun bertemu, ya Raihan dan Farhan, kini mereka sedang berada disekolah Raka. Farhan pun mengenali pria itu dan berjalan mendatangi Raihan. "sedang apa anda disini?" tanya Raihan to the poit. bukan nya menjawab Raihan malah bertanya balik "apa anda mantan suami Kirana?" tanya Raihan dingin. "iyaa" , sahut Farhan tegas. "aku ingin menemui anak ku" ucap Raihan tanpa basa basi.
Tentu Farhan kaget, 'bukan kah dia tak tahu jika Kirana hamil, bagaimana bisa' batin Farhan, Raihan akhirnya paham ternyata dia mantan suami Kirana dan seakan bisa membaca pikiran Farhan Raihan kembali berbicara, "Resty yang memberitahu kan ku semuanya," sahut Raihan cepat dan dingin. "namun Kirana tak ingin aku mengetahui kebenaran ini" lanjut Raihan kali ini dengan suara seakan menyesal. Farhan kembali kaget mendengar ucapan terakhir Raihan, 'Kirana menutupi keberadaan Raka dari ayah kandungnya, apa maksud nya, Kirana apa sebenarnya yang ada dipikiran dan hati mu' batin Farhan.
Pembicaraan mereka pun terhenti karena Raka sudah keluar dari sekolah nya. Raka berlari kecil ke arah Raihan dan Farhan dengan senyum yang lebar, "papaaa" teriak Raka dan menuju ke Farhan. Melihat hal itu tentu saja Raihan merasa sakit dan sedih, kemudian pandangan Raka beralih kearah Raihan. "lohh om ini kaan" ucap Raka yang mengenali Raihan."haii jagoan," ucap Raihan hangat dan tersenyum lebar , senyum yang sudah sekian tahun tak pernah dia perlihatkan , "kok om ada disekolah Raka" tanya Raka , "Raka, om ini teman Papa sayang" sahut Farhan , agar Raka tak banyak bertanya, dia paham posisi Raihan. "maaf Raihan, aku harus mengantar Raka pulang sekarang" ucap Farhan. seraya berdiri dan mengahadap ke arah Raihan. "apa anda setiap hari melakukan ini?" tanya Raihan "iyaa, dia anak ku dan sebagai papa nya aku harus melakukan ini" sahut Farhan tegas dan penuh penekanan. Farhan sebenarnya tak bermaksud begitu, tapi sejujurnya dia juga memiliki ketakutan kehilangan Raka. Mendengar ucapan Farhan , 'anak-ku' ucap nya dalam hati mengulangi kata kata Farhan 'jelas jelas dia putra ku' batin Raihan dengan menatap tajam dan dingin ke arah Farhan. Melihat itu Farhan tak gentar, dia pun menatap intens Raihan, mencari apa yang ada dipikiran Raihan, "papa ayok, Raka lapar" ucap Raka dan menyadarkan keduanya. "kami duluan" ucap Farhan dan meninggalkan Raihan "dadaa om" ucap Raka dan di balas sebuah senyuman pahit oleh Raihan.
~~~~~~~~~~~~~^^~~~~~~~~~~~~~
Hari terus berganti, dan Raihan selalu berada di sekolah Raka di setiap pagi ataupun siang hari. dia hanya bisa melihat putra nya dari jauh, saat ini hanya itu yang dia bisa lakukan. Sampai akhirnya dia sudah tak bisa lagi menahan keinginan nya untuk memeluk putra nya itu.
Dia mengeluarkan handphone nya dan menelpon seseorang.
"aku ingin lakukan tes DNA" ucap nya di telpon
"....."
"akan aku kirimkan sampel nya hari ini juga, lakukan dengan baik aku tak ingin ada kesalahan sedikitpun, termasuk bocor nya hal ini, ini benar benar rahasia" jelas Raihan dingin dan tegas
"....."
"bagus" ucap nya dan langsung menutup telponnya.
Kemudian ternyata dia kembali menelpon seseorang.
"haloo" ucap Raihan dingin
"....."
"Resty" ucap nya datar
"...."
"temui aku di di restoran Platinum sekarang"
"...."
"okeee, aku tunggu" ucap nya dingin dan mematikan handphone nya.
Kini Raihan sudah berada di restoran tempat dia janjian dengan Resty, dengan segelas lemon Tea, dia menunggu Resty dengan tenang. Sekitar 10 menit kemudian pun Resty akhirnya datang.
"ada apa kamu ingin menemui ku" ucap Resty begitu duduk. "mau pesan minum" ucap Raihan datar dengan meangkat tangannya memanggil seorang waiters. "sama saja Lemon Tea" ucap Resty , pelayan pun mencatat dan meninggalkan meja mereka. "sudah, sekarang katakan apa mau mu" ucap Resty lagi. "Baik aku akan to the point" ucap Raihan dengan ekspresi nya datar. "aku ingin menghabiskan waktu bersama anak ku" ucap Raihan tegas dan mantap. "whaattt" pekik Resty mendengar ucapan Raihan. "apa kamu becanda Raihan?" lanjut Resty "i'm seriously" ucap Raihan dingin. "taapii bagaiamana bisa , Kirana tak akan mengijinkan nya" sahut Resty khawatir. "aku tau , makanya aku menemui mu" sahut Raihan ringan. "baik, untuk hari ini aku hanya ingin menjemput nya sekolah dan makan siang bersama nya, bisa kamu membantu ku?" lanjut Raihan datar namun sebenarnya itu adalah sebuah perintah. Resty benar benar merasa bingung saat ini bagaimana bisa , itu hal yang mustahil. "Raihan, itu hal yang mustahil, Kiranaaa...." ucapan Resty langsung dipotong oleh Raihan, "kamu mau melakukan dengan cara mu, atau dengan cara ku" ucap Raihan penuh intimidasi. 'astagaaaa, bagaiamana ini,' batin Resty, dia tahu bahkan dunia tau siapa Raihan, dengan kekuasaan nya dia bisa melakukan apapun, "okeee, aku coba, hanya itu kan menjemput Raka dan makan siang saja" jelas Resty dengan nada ketus dia tak ingin terlihat telah terintimidasi oleh Raihan. "hmmm" sahut Raihan singkat.
Resty mengeluarkan handphone nya dan menelpon Kirana.
Tentu tak menunggu lama Kirana akan menjawab nya.
"haloo beb" ucap Resty
"iyaa, sayanga ku, ada apa?" sahut Kirana dari sebrang telpon
"hmmm, ini, hmmm, hari ini apa boleh aku mengajak Raka makan siang, Hmm, ini aku kebetulan lagi jalan sama anak ku , jadi biar anak ku ada teman nya, boleh kan?" ucap Resty gugup karena berbohong ke Kirana. Raihan tentu hanya diam mendengarkan dan menyaksikan percakapan telpon itu dengan Ekspresi dingin tak terbaca nya.
"ohh, tentu boleh donk" sahut Kirana tanpa curiga.
"okee dehh beb, makasih, nih aku langsung jemput Raka yaa disekolah, oiaa, tolong kabari, Paa,-- maksud ku Farhan , jadi dia nggak perlu jemput Raka,," jelas Resty yang hampir keceplosan tadi.
"okee" sahut Kirana singkat
"byee" ucap Resty dan langsung menutup telpon nya.
"good" ucap Raihan dingin dan meninggalkan Restoran itu dan Resty begitu saja.
"Dia dan Kirana sama, sama sama gilaaa" umpat Resty melihat sikap Raihan dan memikirkan sikap sahabat nya.