Setelah kejadian malam itu, Kirana dengan jelas mengetahui perasaan Evan terhadap nya, oleh karena itu lah dia selalu bersikap profesional terhadap Evan, dan menghindari pria itu diluar pekerjaan nya, dia tahu Evan berniat baik padanya tapi dia tak bisa menjanjikan apapun pada Evan. Maka kali ini Kirana benar benar tak enak jika Evan sampai memiliki kesempatan menyatakan cintanya, itu akan mempersulit diri nya sendiri.
Hari ini awal bulan , dan seperti biasa akan ada meeting bulanan , untuk seluruh Manager bagian serta seluruh Direktur, dan akan dipimpin langsung oleh C.E.O mereka Evan Agung Wijaya. Kirana mengambil duduk di bagian tengah dia sengaja agak tertutup dan tak terlihat jelas oleh Evan. Seperti biasa seluruh yang hadir akan memaksimalkan penampilan mereka, yang pria agar pak Evan terkesan, dan yang wanita berharap agar Evan melihat dan tertarik kepada mereka, Evan tetap lah atasan yang Perfect, dan dingin jika di kantor.
Evan pun masuk kedalam ruang meeting dengan sekretaris nya Hana, dan seperti biasa 2 orang bodyguardnya. Kirana dapat melihat Evan seperti sedang mengamati ruangan itu secara seksama, dan tak lama handphone Kirana bergetar tanda sebuah chat masuk.
'beep beep'
'Mr.Evan'
'kenapa kau duduk disitu, kau sengaja menghindari ku,'
itu isi chat Evan.
Kirana pun menarik pandangannya nya dari handphone ke arah Evan yang duduk terhormat di kursi utama ruang meeting, 'sungguh melelah kan' batinnya dan tak membalas pesan Evan.
Meeting hanya berjalan selama 2 jam, namun bagi Kirana hampir satu hari sangat lama. Begitu Evan selesai menutup Rapat, Kirana bergegas keluar namun sayang didepan pintu dua bodyguard Evan menghadang nya. "maaf, nona" ucap 2 orang itu menghalangi jalan Kirana, mau tidak mau Kirana berhenti karena dia tidak ingin ada keributan, karena ruang meeting belum sepi. Semua Direktur dan Manger masih sibuk menyalami dan menyapa Evan. "saya harus bekerja, jadi minggir lah" ucap Kirana ke bodyguard Evan, "maaf nona, kami di tugas kan agar anda tidak keluar dari ruangan ini" ucap salah seorang bertubuh besar tersebut. 'ya ampun, apa lagi ini' batin nya.
Satu persatu orang orang meninggal kan ruang rapat, "ayok Kii," ucap Zion yang melihat Kirana masih berdiri disisi bawah pintu , Kirana diam dia berpikir ini kesempatan yang bagus, namun ternyata dia salah, "Kirana, masuk ada yang ingin saya bicarakan" ucap Evan tegas, Zion pun meninggalkan Kirana dengan perasaan aneh.
Kirana masuk kembali kedalam ruang meeting, dan ruangan itu pun di tutup dari luar. Kirana bukan takut dengan Evan, dia hanya tak ingin ada gossip apapun, dan dia tak akan bisa memahami keinginan Evan. Ketika Kirana masuk Evan terlihat sedang bertelepon an dengan seseorang, ntah siapa. Dan Kirana tak peduli. Tak beberapa lama setelah Kirana memastikan Evan sudah selesai dengan telpon nya, Kirana pun berbicara.
"ada apa pak, apa ada yang bisa saya bantu" ucap Kirana sopan dan masih berdiri. "ikut saya sarapan," ucap Evan, "tapi saya sudah sarapan pak" sahut Kirana. "saya belum, dan sebagai atasan kamu saya ingin kamu ikut saya sarapan" sahut Evan tegas. jika sudah menggunakan bahasa seperti itu Kirana pun tak memiliki pilihan lain.
Mereka pun menuju ke kafetaria kantor, namun saat berada di lobby hotel , langkah Kirana terhenti, dia melihat seseorang yang dia kenali sedang berada didepan meja informasi. Spontan Kirana selangkah mundur kebelakang, ekspresi nya sangat terkejut sehingga wajah nya menjadi pucat.
'mustahil, dia kah itu?' batin Kirana seraya menutup mulutnya, dan berlari meninggalkan Lobby dan Evan begitu saja.