Hari sudah berganti dan Kirana kembali bekerja seperti biasa. "Lidya ini Konsep untuk Program Marketing yang terbaru, serahkan ke mereka langsung," ucap Kirana ke Lidya. "baik mba".
'beep, beep'
Sebuah chat masuk di handphone Kirana.
Kirana pun membuka chat itu dan senyum senyum sendiri memandangi chat itu. Dia tak menyadari Lidya sudah kembali dan sedang berada di hadapan nya.
"mbaa," tegur Lidya akhirnya.
"ehh, iyaa" ucap Kirana sedikit kaget melihat Lidya.
"senyum senyum sendiri mba" tanya Lidya.
"ohh, ini lagi lihat foto foto anak ku kemarin saat pertunjukan , yang dikirimi papa nya," jawab Kirana.
"ohhh, pesan dari mas ganteng tohh" ledek Lidya.
Kirana pun meletakkan handphone nya.
"emang bagi kamu cowok ganteng itu gimana sih, perasaan Zion kamu bilang ganteng, Gio juga, jadi kriteria kamu itu yang gimana?" tanya Kirana ke Lidya yang melihat bahwa sekretaris nya itu hanya menilai laki2 dari fisiknya saja.
"nggak lagi mba, buat saya mereka nggak ganteng lagi," jawab Lidya polos, "teruss?" sahut Kirana. "sekarang saya sudah tau cowok ganteng itu seperti apa", jawab Lidya lagi "yang kaya apa?" tanya Kirana ingin tahu. "kaya Bos besar kita,dan kaya mas ganteng nya mba, mereka itu kaya dewa Apollo mba," jawab Lidya berapi-api Mendengar ucapan Lidya Kirana pun tak bisa menahan tawa nya "jangan bilang kamu menganggap aku dewi Afrodit" canda Kirana meanggap pikiran sektretaris nya terlalu berlebihan. "apa kamu nggak keterlaluan mengatakan bahwa mereka seganteng itu" ucap Kirana melanjutkan ucapannya. "iyaa mba, aku memang melihatnya Seperti itu,,, mba itu emang Dewi Afrodit yang mampu membuat semua orang mencintai mba, jadii mba jangan terlalu dingin donk mba," sahut Lidya panjang lebar dan tulus. "ehh, tapi mbaa, ada yang paling ganteng, bos besar sma mas genteng nilainya 99, tapi yang ini 100 mba?" sahut Lidya lagi. "hahhh, masih ada cowok ganteng lainnya Lidya, emang 2 nggak cukup" ucap Kirana seraya tertawa kecil, meanggap omongan Lidya lelucon yang baik. "ihhh mba, seriuss" sahut Lidya kesal melihat ekspresi Kirana, "iya iyaa , aku dengarin, siapa?" sahut Kirana acuh seraya meneguk sebotol air mineral "Pak Raihan Kaviandra" ucap Lidya ringan dengan nada kagum, mendengar nama itu sontak Kirana yang ingin menelan minumannya menjadi tersedak. 'uhukkk, uhukkk'..
"mbaa, mba, nggak apa-apa, pelan pelan donk mba" , ucap Lidya terkejut melihat Kirana tersedak. "udah udah ,aku nggak apa2 kok" sahut Kirana cepat.
"oiaa, gimana, pihak marketing , ada yang perlu diubah gk dari konsep nya?" tanya Kirana mengalihkan pembicaraan. "nggak mba, amann" sahut Lidya.
Obrolan mereka terhenti ketika pintu ruangan Kirana di ketuk,
'took took'
"masuk" ucap Kirana
Kirana dan Lidya sama sama terkejut melihat siapa yang datang.
"selamat siang Pak Raihan" ucap Lidya cepat.
"...." .
"saya ingin makan siang bersama mu" ucap Raihan to the point dengan menatap lurus dan tajam ke arah Kirana , mendengar itu tentu saja baik Kirana dan Lidya semakin kaget, namun Lidya tentu kaget senang dia pun tersenyum simpul kearah Kirana. Melihat Kirana yang masih diam dengan ekspresi dingin nya , membuat Raihan kembali berbicara. "kau juga , ikutlah karena sekretaris ku juga akan ikut" ucap Raihan seraya melihat ke arah Lidya. Lidya kaget bukan main seolah mendapat lotre besar, dia pun tersenyum lebar namun dengan cepat dia menutup mulutnya. "dalam waktu 5 menit saya tunggu diparkiran" ucap Raihan dan bergegas keluar tanpa mendengar jawaban Kirana. Kirana hanya terpaku dan bingung melihat sikap Raihan. Kirana pikir Pria itu tak akan mau lagi melihat wajah nya setelah perdebatan mereka beberapa hari yang lalu.