webnovel

Rencana balas dendam [2]

Tangannya bahkan gemetaran sebab Fei tahu betapa pentingnya posisi Earl di dalam misi yang baru saja terjadi. Dengan gosip yang beredar pun Fei tidak bisa berpikir banyak dan berharap Earl akan kembali dengan selamat. Kacamata bulat yang ia kenakan melorot karena terlalu banyak berpikir.

"Dokter Fei. Kita bicarakan ini di dalam mobil saja," Fei pun langsung mengangguk dan bergegas memasuki mobilnya.

Earl memasuki mobil putih Fei tanpa ragu. Ia tidak ingin mengambil resiko dengan ketahuan oleh mata-mata murahan diluar sana sewaan si pemilik racun Abrin. Tangan kurusnya membuka tudung hodie dan menatap Fei dengan ekspresi wajah yang membuat Fei tegang sekaligus takut.

"Dokter Fei, apa kau masih menyimpan catatan resep obat yang kau tulis waktu itu untukku?" Tanya Earl tanpa basa basi. Fei menggelengkan kepalanya.

"Catatan resep yang ditulis semuanya masuk dalam arsip farmasi. Aku tidak punya lembaran kedua resep yang aku tulis" terang Fei begitu jujur. Earl pun menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, itu bisa menjadi senjata untuk menyeretmu pada kasusku, dokter Fei. Aku tidak bisa banyak membantumu jika resep itu telah di manipulasi dan menuliskan macam-macam obat disana," terang Earl yang langsung membuat dokter Fei menyandarkan kepalanya pada kursi mobilnya. Demi tuhan ia tidak tahu jika ia akan dijebak seperti ini.

Earl pun mengerang frustasi. Ia bukanlah orang yang akan membiarkan seseorang yang tidak seharusnya terlibat terseret pada kasusnya. Terlebih ini adalah dendam pribadi, melibatkan seseorang untuk di kambing hitamkan. Earl lebih baik mencincang dua manusia itu nanti. Earl pun menghela nafas.

"Walaupun aku masih memiliki sisa racun itu. Sewaktu-waktu aku membawanya dan menjadi barang bukti, jelas mereka akan mengelak. Dan skenario terbaiknya adalah dia akan menuduh balik jika aku meletakkan sendiri racun itu pada obat dan memberikan mereka peluang untuk menyerang balik,"

Earl seperti ingin berkomat kamit mengucapkan kalimat makian yang indah untuk pelaku itu. Sayangnya belum saatnya. Nafasnya masih pendek karena paru-parunya yang bermasalah. Fei mengusap wajahnya lemah.

"Lalu aku harus bagaimana, Earl? Aku tidak punya kekuatan apapun selain kau yang mempercayaiku,"

"Aku sudah punya rencana yang indah untuk mereka, dokter Fei. Kau hanya butuh hadir disana dan mendengarkan langsung untuk rekaman di hotel Experience malam ini. Untuk waktunya akan aku beritahu nanti," putus Earl tersenyum mantap dan menatap dokter Fei meyakinkannya.

"Kau sudah mempersiapkannya? Secepat itu?" tanya Fei tidak percaya. Earl tentu dengan bangga tersenyum mengerikan.

"Aku ini orang yang penuh sopan santun, dokter Fei. Jika seseorang memperlakukanku dengan serius, tentu saja aku harus memperlakukannya dengan serius juga," ucap Earl begitu santai.

Seperti biasa, Earl selalu tampil percaya diri dan pembawaan sifat tenangnya dalam setiap misi. Earl lah sang maharaja titisan dewa dewi kuno. Tidak ada yang tidak mungkin jika semua yang ada di otaknya telah ia susun sedemikian rupa. Earl akan merayakan ini sebentar lagi. Kita lihat, siapa yang paling lama berpesta setelah ajang balas dendam ini. Pikir Earl tersenyum simpul.

"Bersikaplah seperti biasa. Jangan sampai ada yang tahu aku sudah berkeliaran di distrik A. Hanya rekanku bos, general dan Presiden yang tau aku masih bergentayangan disini. Setelah ini, masih banyak yang perlu aku urus, setidaknya beberapa sebelum aku tampil perdana malam ini," Fei menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Apakah aku aman sekarang, Earl? Setidaknya yang ku pikirkan adalah karir medisku di pangkalan militer. Aku terlalu mencintai pekerjaanku sampai rasanya saat aku sekarat pun ingin tetap hadir untuk mengoprasi pasien-pasienku," Earl tersenyum kecil.

"Tenanglah dokter Fei. Aku juga ingin membalas budi denganmu karena merawatku selama aku sekarat dari kecelakaan itu," Fei pun menghela nafas lega setelah mendengar Earl berkata seperti itu. Ia hanyalah pria tua yang tergila-gila dengan medis, tentu saja ia tidak menyangka kebaikan hatinya telah menyelamatkannya dari lubang menganga di bawah kakinya.

"Baiklah. Aku hanya ingin bertanya tentang hal itu. Setidaknya aku tahu celah dari misiku kali ini. Silahkan menyetir ke pangkalan militer dengan tenang, dokter Fei. Aku segera pamit," kata Earl langsung bergegas keluar dari mobil.

"Earl, bagaimana kondisimu saat ini?" Earl berbalik dan menatap dokter Fei canggung. Jelas dari kacamata dokter handal dengan ribuan pengalaman dari setiap pasien, dengan sekali lihat Fei bisa langsung menyimpulkan dengan baik.

"Well, lambungku hampir bocor, komplikasi parau-paru dan fungsi hatiku yang menurun. Aku tertelan abrin dengan dosis tinggi, dokter. Aku tidak terlalu yakin bisa kembali beraktivitas seperti biasa sampai seminggu ke depan," jelas Earl dan langsung mendapat anggukan paham dari dokter Fei.

"Setidaknya aku bisa bergerak setelah tahu kondisimu. Aku akan langsung merawatmu setelah balas dendam ini berakhir," Earl tersenyum puas.

"Tentu. Aku pergi dulu," Fei mengangguk dan langsung menyalakan mesin mobilnya. Ketika ia mengeluarkan mobil dari parkirannya, matanya sudah tidak bisa lagi melihat bayangan Earl di sudut manapun. Benar-benar seperti hantu. Pikir Fei menggelengkan kepalanya.

-Di dalam mobil-

"Kemana lagi kita akan pergi, sayang?"

"Putar balik. Aku butuh mengisi paru-paruku lagi,"

Earl baru saja memasuki mobil hitam legam yang terparkir tepat di pinggir jalan apartemen dokter Fei. Dengan Arthur sebagai supir pribadinya hari ini, tentunya membuat Earl tidak banyak kehilangan tenaga untuk menyetir sendiri. Arthur tersenyum kecil dan segera menginjak pedal gasnya dan membawa Earl meninggalkan distrik A.

"Setidaknya kau masih bisa memikirkan kondisimu. Aku sedikit lebih tenang saat ini," Arthur melirik Earl melalui ekor matanya. Ada luapan ekspresi lega saat tatapannya tertuju pada Earl. Sedikitnya Arthur akan memaksa Earl untuk istirahat, sampai Earl sadar akan kondisinya sendiri dan memilih untuk kembali ke distrik K untuk perawatan kembali.

"Turunkan sedikit sandaran kursimu. Itu akan membuat nafasmu sedikit nyaman," Earl pun dengan patuh menuruti perkataan Arthur dan menikmati hasilnya. Dan benar saja, dadanya terlalu terasa berat dan menyakitkan.

"Aku tinggal menunggu malam tiba dan datang menikmati pertunjukan. Aku akan meluangkan waktu beristirahat di kamar rawatku," Earl menyandarkan diri dengan nyaman di kursinya.

Nafasnya sejak tadi terasa berat sekali selama berbicara dengan dokter Fei. Semua yang Earl pikirkan hanya ingin kembali ke kamar rawatnya, mengenakan selang oksigennya dan kembali beristirahat. Ia begitu tersiksa saat paru-parunya seperti mengecil dan menyempit rasanya. Diraihnya botol air mineral di daun pintu mobil Arthur dan menenggaknya hingga habis.

Dengan kecepatan yang lumayan cepat, mereka berdua segera tiba di distrik K. Arthur merasakan Earl bahkan seperti tidak kuat berdiri dengan kedua kakinya lagi. Ia masih berpegangan pada daun pintu hingga akhirnya menyerah pada kekuatannya. Arthur tentu saja dengan cekatan menahan Earl dan langsung menerima cengkraman kuat pada bahunya.

.

.

.

To be continued

Chapitre suivant