webnovel

Bab 17

Darah di balas dengan darah. Tuan Arjun Saputra tidak peduli dengan ruangan meminta ampunan dari salah satu kaki tangannya. Untunglah Rendi datang tepat waktu dan melerainya.

"Maaf tuan, tuan tidak perlu mengotori tangan tuan sendiri. Biar saya yang memberikan orang yang tidak tau diri ini pelajaran."

"Hah.. Hah.. Aku ingin kau memberikannya hukuman paling mengerikan yang belum pernah terjadi di kediaman ku ini. Setiap tetes darah istriku harus ia bayar dengan sehari hidupnya di dunia ini."

Tuan Arjun berlari ke arah Dinda yang sudah sangat lemas itu. Lalu kemudian tuan Arjun Saputra meraih tubuhnya ke dalam pelukannya.

Dinda menatap tuan tuan Arjun "Sepertinya saya belum di takdirkan untuk mati sekarang."

Tuan Arjun Saputra menggendong Dinda menuju ke paviliun nya. Berteriak kepada pengawal yang berada di sana agar cepat memanggil dokter untuk Dinda.

Dinda terluka parah di bagian lengan, wajah dan telapak kaki. Dokter pun memeriksa Dinda yang berada di paviliun tuan Arjun.

Sementara itu tuan Arjun pergi ke tempat dimana Rendi mengurung pria yang membuat istri kecilnya terluka.

Dengan amarah yang menggebu tuan Arjun duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Darwin. Dengan tegas tuan Arjun akan menanyakan perihal apa yang Darwin lakukan di kediamannya.

"Apa kau tau siapa yang telah kau lukai itu?" tanya tuan Arjun.

Dengan wajah babak belur, Darwin mendongakkan wajahnya "Dia istrimu kan?"

"Bersikaplah sopan brengsek." Rendi memperingatkan.

"Sudahlah, sekarang aku sedang tidak ingin marah."

Tuan Arjun berjalan menghampiri Darwin dengan menyeret kursinya. Jarak tuan Arjun dan Darwin hanya sejengkal sekarang. Darwin yang tubuhnya terikat tentu tidak bisa berbuat apapun sekarang.

Tuan Arjun pun menjambak rambut Darwin "Kau harus tau, yang kau lukai, yang kau sakiti itu bukan hanya sekedar istriku. Dia adalah kesayanganku."

Darwin sedikit terperanjat mendengar itu, dia memang salah tidak mencari tau terlebih dahulu hubungan Dinda dan tuan Arjun. Darwin mengira status Dinda sama seperti istrinya yang lain. Menjadi istri hanya untuk di jadikan pajangan saja.

Giginya bergelutuk bergetar hebat, Darwin benar-benar takut sekarang. Dia telah melakukan kesalahan fatal dengan melukai Dinda.

Tuan Arjun menunjukkan pisau lipat yang ia bawa "Kau tau pisau ini? Tentunya kau merasa tidak asing bukan?"

Darwin menatap pisau itu dengan sayu. Tidak berani mengatakan sepatah kata pun untuk membela dirinya.

Sreeeetttt.. Tuan Arjun menggoreskan pisau itu di lengan Darwin.

"Aaaaargggghhhh.." Darwin kesakitan.

"Kenapa? Bukankah Dinda juga mendapatkan hal yang sama dengan pisau mu ini. Lihat, bahkan bercak darahnya masih tertinggal di sana. Dan sepertinya aku harus memberimu penghargaan karena pandai memilih pisau yang sangat tajam ini. Jangan takut, ini tidak akan lama. Aku akan melakukannya dengan cepat." bisik tuan Arjun di telinga Darwin.

"Ampun tuan."

"Ampun kau bilang, apa kau memberi ampun saat Dinda memohon ampun padamu. Kau kira aku tidak bisa berbuat kejam padamu? Bahkan aku bisa saja memenggal kepalamu dan memajangnya di alun-alun kota. Beraninya kau menyentuh kekasihku, belahan jiwaku, wanita ku."

Plaaaakkk.. Plaaaakkk.. Plaaaakkk..

"Itu balasannya karena kau pernah sekali menampar nya, bahkan gambar tanganmu itu membuat wajah cantiknya hilang sesaat. Begini saja, kau katakan apa saja yang kau perbuat pada Dinda. Lalu aku akan melakukan hal yang sama padamu."

"Sa-saya.." Darwin gugup.

"Ohoo.. Tidak perlu terburu-buru. Karena aku sudah tau semuanya. Bahkan tetang kau yang main belakang dengan salah satu istrinya."

Tuan Arjun Saputra menyeringai menampakkan wajah psikopat nya. Mimik wajah yang teramat menakutkan membuat Darwin pasrah dengan nyawanya. Kesalahannya telah terbongkar habis. Dan sudah tentu dia tidak akan bisa lepas dari jeratan pembalasan tuannya itu.

"Aaaaargggghhhh.." Ruangan dan jeritan terdengar memekakan telinga yang mendengarnya.

Pintu tertutup menandakan penyiksaan tuan Arjun akan segera di mulai. Entah apa yang sedang tuan Arjun pada pengawal penghianat itu. Hanya Rendi yang tau apa yang di lakukan oleh tuannya, karena dia satu-satunya yang tetap tinggal di sana untuk menemani tuan Arjun mengeksekusinya.

Beberapa hari terakhir setelah kejadian mengerikan itu. Dinda ada di bawah pengawasan penuh suaminya (tuan Arjun Saputra). Dia sama sekali tidak boleh lepas dari pandangan tuan Arjun. Tuan Arjun berdalih ia bertanggung jawab sepenuhnya atas apa yang menimpa padanya, bahkan ia juga menyalahkan dirinya sendiri yang tidak mampu melindungi Dinda ketika ia berada dalam situasi bahaya.

Seharian Dinda duduk di atas kasur. Dia sudah bosan terkurung di dalam kamar.

Dinda pun memilih untuk pindah duduknya ke balkon kamarnya ketika Dunia datang dengan nafas terengah-engah.

"Kau kenapa? Seperti di kejar-kejar setan saja. Ini masih sore loh Daniar."

"I-itu.. Hah aku punya berita hah."

"Sudah minum dulu ini." Dinda memberikan segelas air pada Daniar.

"Cepat kita harus cepat." Daniar menarik lengan Dinda ketika ia selesai dengan air minumnya.

"Cepat kemana?"

"Ke gedung utama. Ayolah.."

"Memangnya ada apa di sana? Aku malas kesana."

"Dinda, ini semua demi dirimu juga."

"Ha.. Demi aku? Memangnya ada apa sih?"

"Tuan Arjun Saputra membawa istri barunya."

"Apa!!"

Deg, jantung Dinda berdetak seolah berhenti ketika mendengarnya. Benar-benar berita buruk untuknya.

"Bagaimana bisa? Dia?!" Dinda begitu kesal dengan fakta itu. Berjalan secepat mungkin ke gedung utama untuk melihat hal yang baru saja Daniar sampaikan padanya.

Dinda datang terlambat, semua sudah duduk dengan elegan bersama dengan wanita asing yang baru saja ia lihat.

"Dinda, kemarilah." pinta Nike.

rgl

---

Enggan memang, tetapi Dinda begitu penasaran dengan wanita asing itu.

Kali ini Dinda duduk di sebelah tuan Arjun dan Nurul duduk di sebelah Nike.

Berhadapan dengan madu barunya, Dinda merasa risih. Bahkan belum genap 40 hari Nurma meninggal. Bisa-bisanya tuan Arjun Saputra membawa wanita lain masuk? Dinda menatap sinis istri baru tuan Arjun Saputra.

"Hai Dinda, aku Bella." sapa wanita itu pada Dinda.

Dinda hanya tersenyum kecil dan tidak balik menyapa. Buru-buru pergi dengan dalih jika kesehatannya belum sepenuhnya pulih.

"Aaaaargggghhhhtttt.." Dinda menendang pintu kamarnya dengan keras.

"Dinda jangan begitu." Daniar menasihati Dinda.

"Bisa-bisanya dia berbuat seperti ini? Apakah istri tiga saja tidak cukup?"

"Sudahlah Dinda, kau harus ingat kondisimu. Jangan terpancing emosi."

"Tapi kenapa? Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Siapa wanita itu?"

Daniar bungkam dengan pertanyaan dari Dinda. Seolah mengetahui sesuatu dan enggan untuk membaginya dengan Dinda.

"Kau pasti tau siapa wanita itu bukan?"

"Jawab Daniar!!"

"Wanita itu.." Daniar gugup.

"Siapa wanita itu?" tanya Dinda yang begitu penasaran.

"Katanya dia adalah mantan tunangan nya tuan Arjun Saputra."

"Apa!!" Dinda jatuh lemas tersungkur ke lantai.

Dinda merasakan patah hati ketika mengetahui wanita yang baru saja di nikahi oleh suaminya juga wanita yang kini menjadi madu barunya itu ternyata adalah mantan tunangan suaminya atau masa lalu suaminya.

Dinda menjadi pendiam akhir-akhir ini karena mood nya sedang buruk. Dia memilih hanya menghabiskan waktunya di atas kasur dengan bermalas-malasan seharian.

Chapitre suivant