webnovel

BAB 60. PAK TUA

Kembali? Kemana?

Apa yang dimaksud lelaki tua ini?

Anak laki-laki mana? Apakah Aryo?

Aku berbalik mendekatinya.

"Apa maksudmu?" tanyaku menuntut.

"Mungkin maksudnya, Noni akan kembali ke Belanda. Seperti rencana Meneer, bahwa dia meminta Nona Natalia untuk membawa Noni kembali ke Belanda." jelas Nyai Sinah.

"Tidakkah dia bisa berbicara dengan bahasa yang kukenal."

Aku merasa bukan itu yang dia maksudkan.

"Saya tidak tahu, Noni." sahut Nyai Sinah.

Pria ini berbicara seperti teka-teki.

Kalau memang iya aku akan kembali ke Belanda pun, bagaimana dia tahu? Apa lagi yang dia ketahui?

"Noni, ini sudah hampir gelap. Sebaiknya kita kembali lagi besok." kata Nyai Sinah.

"Kau... Apa yang kau ketahui tentang aku?" tanyaku

"Kau tersesat." Nyai Sinah bingung memandang kami berdua. Aku yakin dia bingung dengan kata-kata dari dukun itu.

"Mungkin maksudnya adalah Noni sudah hamil dengan inlander bukan dengan Meneer de Bollan."

Aku mengangkat tanganku. Mengisyaratkan kepada Nyai Sinah untuk diam.

"Terjemahkan saja apa yang dikatakannya!"

"Duduklah..." pintanya.

Dia berbalik badan menyalakan lilin kecil.

Dan dia kembali memberiku secangkir minuman yang sama.

"Tubuhmu lemah. Tapi anakmu cukup kuat. Syukurlah." katanya kemudian.

Aku berusaha menolaknya. Tapi memang efek minuman tersebut cukup berasa. Tubuhku terasa lebih nyaman dari sebelumnya. Tapi bau dan rasanya benar-benar tidak sesuai dengan lidahku.

"Minumlah." perintahnya lagi. "Kau harus lebih kuat."

Dengan berat hati aku menurutinya. Seperti sebelumnya meminumnya dengan sekali teguk. Dan menaruh cangkir itu dengan cukup keras diatas meja.

"Sudah! Sekarang jelaskan lebih rinci kepadaku!" perintahku.

Aku terkadang mulai berpikir bahwa aku tertular para pendatang di negeri ini dalam memperlakukan para inlander.

Aku yang dulu selalu mengikuti gerakan anti rasis, kesetaraan gender dan berbagai gerakan kemanusiaan lain. Kini secara langsung melihat bagaimana suatu peradaban yang mengalami penjajahan. Penduduk lokal menjadi kaum nomor tiga di negeri mereka. Manusia diperdagangkan dengan mudahnya bahkan legal. Bapak menjual anaknya sudah biasa terjadi disini. Miris sekali.

Dia orang yang lebih tua. Dia memperlakukanku dengan baik. Bahkan membersihkan tangannya yang penuh urat sebelum menyentuh tanganku. Tapi para Noni yang lain mungkin malah enggan menyentuh orang-orang seperti mereka.

Mood-ku memang sedang buruk. Terutama sejak kedatangan Daniel. Dan bisa jadi karena efek perubahan hormon dalam tubuh ini, sehingga aku lebih mudah merasa lelah dan kesal.

Aku menarik nafasku dalam-dalam. Dia memperhatikan aku mengatur mood-ku.

"Sebaiknya Noni kembali kemari besok pagi. Saya akan menanti Noni. Karena sore hari mungkin saya akan pergi."

"Itu lebih baik, Noni. Karena hari sudah mulai malam. Saya khawatir Tuan Meniir akan marah kepada saya." ujarnya.

"Baiklah." kataku. "Pak Tua, kau masih berhutang penjelasan kepadaku. Aku memiliki banyak pertanyaan untukmu. Besok aku akan kembali." kataku. "Terimakasih."

Aku mengulurkan tanganku kembali sebelum meninggalkan rumah itu. Dia menyambutnya dengan kedua tangannya.

"Noni orang baik.. Noni pasti akan bahagia."

Chapitre suivant