webnovel

BAB 7 PUTUSKAN

"Saya mohon.. "

Aku melihatnya bersujud putus asa di kaki pria tua itu.

Kenapa? Apa yang terjadi?

"Aryo... " aku menarik lengannya

Dia mengabaikanku.

"Hanya ini permintaan saya."

Wajahnya begitu tampak keras kepala. Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.

Pria tua itu menarik pundak Aryo. Dia mendekatkan wajahnya.

"Katakan padaku, siapa wanita ini? Dan kenapa harus wanita ini."

Mereka berdua melihatku, lalu kembali berbicara.

"Dia adalah Margaret...." dia menoleh kepadaku, "Aku tidak peduli siapapun kamu. Kamu tetap Margaret." kata Aryo kepadaku.

"Saya menginginkan dia."

Pria itu kembali menyandarkan punggungnya.

"Apakah setiap keinginanmu harus kau turuti, Ngger? Apa walinya telah menyetujuinya? Bagaimana dengan keyakinan kalian?" dia berhenti sejenak. "Kamu harus ingat, bahwa kamu seorang Raden dari Demak. Kita memegang teguh syareat."

"Romo, saya membawanya kemari, karena saya tidak ingin melanggar syareat lebih jauh." jelasnya sambil menundukkan kepalanya. "Saya mencintainya.. " suaranya begitu jauh dan lirih.

"Ngger, bicaralah dulu pada biyungmu. Setelah itu putuskanlah. Ini bukan perkara kecil. Kau pikirkan baik-baik." dia menghela nafasnya "Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu saat ini."

Dia terduduk. Tangannya mengepal diatas lututnya. Ada kemarahan yang tertahan.

"Kalo begitu, kami undur diri, Romo." katanya sambil bangkit. Setelah mencium tangan pria tua itu, dia segera berbalik pergi, sambil menarik tanganku.

Kami berkuda hingga tempat tinggalku. Aku kecewa, karena dia membawaku pulang.

"Maafkan aku." bisiknya di telingaku. "Setelah Papamu datang, aku akan melamarmu. Tunggu aku, Margaret."

Aku mengangguk.

Seminggu dia tidak muncul. Aku tidak punya keberanian untuk mencarinya ke kediamannya seperti yang sebelumnya pernah kulakukan. Aku mempelajari budaya Jawa dari para pelayan. Banyak hal yang menurutku rumit. Ritual mereka sangat banyak. Aku bertanya perihal perkawinan, ritualnya begitu banyak dan rumit.

Apakah itu semua yang harus kulakukan jika menikah dengan Aryo?

Ketika memikirkannya lagi, membuatku meradang merindukannya.

Sore itu, papa tiba-tiba datang. Aku tentu saja menyambutnya sebagai seorang anak gadisnya.

Dia membawa seorang pria muda bersamanya. Pria itu cukup tampan. Rambutnya disisir sempurna. Tubuhnya tegap seperti para prajurit. Dia diperkenalkan papa dengan Tuan de Bollan.

Dia seorang pedagang Belanda, yang memiliki darah Jerman. Saya sebenarnya tidak terlalu tertarik mendengar penjelasan papa soal pria itu.

Setelah makan malam dia mengajakku untuk berjalan di teras belakang. Aku tidak menolak, karena ingin menghormatinya.

"Nona van Jurrien, bagaimana kabar anda disini?"

Pertanyaan apaan ini? Bukankah dia dapat melihat aku sangat baik. Akhirnya aku hanya menganggukkan kepalaku

"Apakah anda suka disini?" tanyanya lagi

Dia benar-benar memiliki cara yang payah dalam mendekati wanita.

Aku jadi teringat dengan Aryo. Teringat bagaimana ciumannya begitu panas dan penuh emosi. Bagaimana kabarnya? Aku benar-benar merindukannya.

Aku segera menyudahi percakapanku dengan Tuan de Bollan. Dia pria yang membosankan.

"Jadi bagaimana menurutmu?" tanya Papa kepadaku.

"Apa maksud Papa?" tanyaku

"Tentu saja maksudku adalah Tuan de Bollan." jawab Papa dengan nada jengkel. "Dia cukup menarik, bukan?"

Aku menggelengkan kepalaku.

"Apa maksudmu?" tanya Papa. "Papa ingin kamu bisa menikah dengannya."

Menikah?

Kenapa di dunia ini orang selalu bicara tentang pernikahan? Gadis van Jurrien ini pun juga lari ke Batavia karena berusaha lepas dari perjodohan yang diatur untuknya.

"Kenapa dia?" tanyaku pelan

"Apa kau tahu bahwa setelah kau datang di pesta itu, banyak sekali pedagang maupun perwira yang datang bertanya tentangmu." dia diam sejenak untuk mengambil nafas. "Dari sekian orang, dia adalah salah satu kandidat yang terbaik."

Pada masa ini sangat sedikit sekali gadis yang dikirim hingga Hindia Timur. Ada kelompok gadis yang dikirim untuk menjadi istri dari para kumpeni yang ada disini. Mereka itu pada umumnya adalah wanita-wanita dari status yang rendah dan tidak perpendidikan.

Dan dengan menyandang status Nona van Jurrien, tentunya bukan status biasa. Karenanya pasti banyak yang menginkannya. Tapi sayang, bahwa aku hanya menginginkan satu pria itu.

"Saya tidak menginginkan itu!"

"Kau!" Papa mulai emosi, "Kau jangan keras kepala. Aku sudah baik-baik saja saat kau lari dari pertunanganmu sebelumnya. Sekarang kau akan menolak ini?!"

Aku merasa kesal aku tidak berkata apa-apa, tapi segera meninggalkan Papa yang masih berteriak kepadaku.

Aku menunggunya, sekalipun ada dilema dihatiku. Ada kalanya aku berharap dia membatalkan keinginannya untuk menikahiku.

Walaupun aku merasa ingin bersamanya.

Sore hari, Papa kembali ke rumah dalam keadaan marah. Dia memanggilku.

"Apa kau mengenal Raden Aryo?" tanyanya kepadaku

"Ya." jawabku singkat.

"Katakan kepadaku, apa hubunganmu dengannya?"

"Kami cukup dekat."

"Hari ini dia mendatangiku saat kami bertemu di Keraton dan dia sampaikan bahwa dia akan datang kesini untuk melamarmu. Tentu saja aku langsung menolaknya! Dasar inlander sialan!"

Aku terkejut. Ternyata dia benar-benar memegang kata-katanya. Ada perasaan senang sekaligus was-was. Dan kini berubah menjadi ketakutan saat Papa ternyata menolak itu semua. Di duniaku, aku bisa menentukan langkahku sendiri. Mungkin karena aku terbiasa tanpa orangtua. Nenek memberikan banyak kebebasan untukku karena dia terlalu menyayangiku. Karenanya aku tumbuh menjadi pribadi yang bebas dan membenci ikatan. Menurutku pernikahan adalah sesuatu yang rumit. Aku tidak pernah memikirkannya hingga dia hadir dalam hidupku.

Aku hanya diam memandang Papa. Papa terus mengingatkan bahwa aku layak mendapatkan yang terbaik.

Dua hari kemudian, dia muncul dihadapanku. Ada rasa senang yang luar biasa muncul. Aku menahan tanganku untuk tidak memeluknya dan merasakan bibir itu lagi

"Aku kemari untuk melamarmu. Dimana ayahmu?" tanyanya

"Kenapa langsung mencari ayahku? Tidakkah kau merindukanku?" tanyaku manja.

Dia tidak tersenyum. Dia bahkan memberengut.

"Wat?" tanyaku tanpa peduli

"Margaret, aku sedang serius. Dimana Papamu?"

Akhirnya dengan wajah cemberut kesal aku menjawab, "Dia ada di ruang kerja."

Aku membiarkannya berlalu tanpa berusaha menyusulnya.

Dia berada di ruang tamu bersama Papa dan Tuan de Bollan.

"Tolong sampaikan kepada saya persyaratan yang mijn heer van Jurrien inginkan, agar saya bisa menikahi Margaret?"

Aku segera duduk bersama mereka.

"Kau tidak bisa menikahinya." jawab Papa

"Kenapa?" tanya Aryo tidak menyerah.

"Kenapa kau masih keras kepala? Bukankah kemarin saya sudah menolakmu?!" kata Papa dengan nada kesal, "Margaret sudah bertunangan dengan Tuan de Bollan." lanjutnya.

Maaf untuk keterlambatan update nya... lots things to do...

Nice_Dcreators' thoughts
Chapitre suivant