webnovel

Pagi pertama di Veabelghan

Setelah hasil pemeriksaan, Lily akhirnya dibawa pulang. Ray menggendong Lily sampai di penginapan. Saat itu, Lily masih tertidur. Malam pun berjalan sedikit lebih cepat.

Lily terbangun. Sinar matahari pagi memaksanya membuka mata.

" Ini...kamar penginapan" gumamnya.. Didepan meja, ia melihat Ray tertidur dengan kepala diatas meja. " Kau membawaku kesini ya, Ray... terimakasih"

Lily bangkit. Ia mengambil selimut yg ia pakai dan menyelimuti tubuh Ray. Diatas meja atau tepatnya dibawah kepala Ray, terhimpit sebuah peta kuno. Saat itulah, Ray terbangun

" Kau sudah bangun ya, Lily..." Ucap Ray

" Selamat pagi Ray" jawab Lily. " Apa yg kau lakukan? Kenapa kau tidur dimeja?"

Ray menguap pelan. Tampaknya, mukanya masih terlihat mengantuk.

" Aku bergadang, berusaha mencari desa philiya di peta ini..tapi sepertinya desa baru seperti itu tak ada di peta kuno" jelas Ray. " Ngomong-ngomong, apa lukamu baik-baik saja?"

" Ya, sedikit lebih baik.." jawab Lily " aku sudah bisa kembali bertarung"

"Tidak, dokter bilang kau masih belum pulih " jawab Ray. " Kita perlu mencari Healer profesional untuk menyembuhkan luka mu itu"

" Tapi...aku sebenarnya tak terlalu ingat apa yg terjadi padaku kemarin" ucap Lily. " Kau yg menyelamatkan ku kan?"

" Tidak, bukan aku. Ketika kau terluka parah, orang yg kita tolong waktu itu yg menyelamatkan kita. Dia dan dua orang temannya membawamu ke rumah sakit. " Jawa Ray " aku hanya mengantarmu kembali ke penginapan"

" Begitu ya..." Ucap Lily. " Tapi itu artinya kau juga menolongku, aku harus berterima kasih"

" Ya.... terserah padamu" jawab Ray. Ia menatap Lily yg masih duduk diatas kasur.

Ray beranjak pergi. Ia bergerak menuju pintu keluar. Ia mengambil kantong uangnya dan melangkah pergi.

" Kau mau kemana?" Tanya Lily

" Keluar sebentar, Lily disini saja" ucap Ray.

" Baiklah, aku akan menunggu. Jangan lamaran lama-lama ya "

" Aku pergi dulu"

Setelah pamit, Ray beranjak keluar. Tujuannya adalah mencari Azura. Semenjak mereka berpisah itu, Ray tak lagi melihat Azura. Sebenarnya ada yg ingin ia bicarakan Dengan pemuda berambut pirang itu.

Ketika memasuki daerah pasar, Ray berpapasan dengan salah satu teman Shiro, Yami. Sepertinya ia sedang berbelanja di pasar itu. Ray pun segera menyapanya.

" Yo Yami, selamat pagi" sapa Ray.

" Oh, Ray ya... selamat pagi" jawab Yami. " Bagaimana kondisi temanmu itu? Apa dia sudah sadar?"

" Ya, dia sudah sadar, walaupun ia belum benar-benar sehat. Terimakasih sudah menolong waktu itu." Ucap Ray.

" Tidak masalah kok. Ngomong-ngomong apa yg kau lakukan pagi-pagi begini?" Tanya Yami.

" Ya...aku sedang mencari kenalan ku. Seorang pemuda yg sepertinya seumuran dengan ku. Berambut panjang dan selalu mengenakan kaca mata terbang di kepalanya." Jelas Ray " apa kau melihat orang seperti itu?"

" Hmmm... sepertinya tidak" jawab Yami. Ray menghela nafas kecewa.

" Ya, kalau kau tidak melihatnya tidak masalah. Kalau begitu aku pergi dulu"

" Tunggu dulu Ray" panggil Yami balik. " Sepertinya aku melihatnya. Dia ada di toko pandai besi disana"

Yami menunjuk ke salah satu toko yg ada di sekitar sana. Ray pun bergegas menuju ke arah yg ditunjuk Yami. Tentu saja setelah berterimakasih ke gadis itu.

Ditempat itu, Ray menemukan apa yg ia cari. Benar yg dikatakan Yami, Azura benar-benar ada di toko pandai besi itu. Tapi sebagai orang yg mengaku seorang petualang, kenapa ia menjajakan barang jualan?

" Hei Azura, apa yg kau lakukan?" Tanya Ray. Menyadari kedatangan Ray, Azura sedikit terkejut.

" K-kau tidak lihat? Aku sedang jualan" jawabnya.

" Kau pedagang?" Tanya Ray.

Kali ini Azura menunjukkan ekspresi sedih.

" Sebenarnya, terjadi sesuatu sewaktu aku datang ke toko ini kemarin..." Jawab Azura. " Saat aku sedang melihat-lihat koleksi toko ini, aku tak sengaja menghancurkan salah satu barang andalan mereka. Aku diminta ganti rugi. Dan karena saat itu uangku tak cukup, aku dipaksa bekerja di toko terkutuk ini"

" Itu salahmu"

" Oi oi! Setidaknya pahami penderitaan ku ini!!"

" Hmmm...jadi artinya kau harus bekerja disini sampai batas waktu yang ditentukan?" Tanya Ray. Azura mengangguk. Melihat itu, Ray menghela nafas panjang. " Tidak ada jalan lain, akan ku bantu..."

" Eh? B-benarkah?!"

" Jadi, berapa harga yg harga yg harus kau bayar itu?" Tanya Ray. Azura memberi isyarat dengan mengangkat semua jari tangannya " sepuluh?

" 10.000 koin perak "

" I-itu lumayan banyak.." gumam Ray. Ia mengeluarkan kantong uangnya " didalamnya ada 1000 koin emas...apa itu cukup?"

" Hmmm...kalau satu koin emas setara dengan sepuluh koin perak berarti..." Azura berpikir dan kemudian menemukan jawaban dari pertanyaan Ray. " Itu pas!"

" Kalau begitu ambillah" ucap Ray. Azura menatap wajah Ray.

" Apa kau yakin? 1000 koin emas itu banyak lho"

" Tenang saja, kami masih punya banyak"

" K-kalau begitu terimakasih banyak! Sepertinya aku berhutang pada mu"

" Anggap saja ini balas Budi dari kain karena kau mau mengantar kami"

" Baiklah, kalau itu maumu" jawab Azura. " Tapi kalau begini...aku jadi terlihat seperti budak yg baru saja kau beli"

" Yg benar?" Tanya Ray. " Kalau kau memang berpikir seperti itu, kau bisa-bisa kuanggap budak sungguhan"

" Jahat! Aku bukan budak!" Jawab Azura.

" Ngomong-ngomong Azura, tadi kau bilang kalau uangmu habis kan?" Tanya Ray mengganti topik. " Kalau begitu kau tidur dimana?"

" Soal itu...aku tidak di kereta kudaku" jawab Azura

" Eh? Aku tidak melihat mu disana" jawab Ray.

" Yg benar saja? Aku sudah disana sejak jam tujuh malam!" Ucap Azura. " Apa mungkin aku salah naik kereta .."

" Huh, kalau begitu nanti datanglah ke penginapan kami. Aku yg bayar"

" B-benarkah?! Apa kau yakin?!"

" Ya, lagipula aku tak mau melihatmu tidur disana lagi..." Jawab Ray

" Terimakasih banyak! Kau memang teman yg baik ya..." Ucap Azura." Lalu Ray, apa yg mau kalian lakukan setelah ini?"

" Sepertinya, kami akan mencari seorang Healer profesional" jawab Ray

" Oh, pas sekali! Kalau begitu, ikut dengan ku saja" ajak Azura.

" Kenapa? Apa kau kenal seorang Healer?"

" Aku tidak kenal sih, tapi di kota barelight, ada seorang Healer pemula yg sudah menguasai semua ilmu medis. Kemampuannya bahkan melebihi Healer profesional" jawab Azura. " Mungkin kalian bisa bertemu dengan orang itu"

" Benarkah? Kalau begitu biarkan kami ikut"

" Yup, dengan senang hati" jawab Azura tersenyum.

" Ngomong-ngomong Azura, tentang aku yg tak melihat di kereta tadi..."

" Ada apa?" Tanya Azura.

" Itu bohong"

Chapitre suivant