webnovel

Harapan

Saat itu aku,

"Roy.. roy.." panggilku yang seketika menghentikan langkahnya yang akan keluar dari pintu

"Bantu aku.. Mas Ryan pingsan!" ucapku panik

Dengan segera Roy berlari ke arah kami dan memapah Ryan dibahunya. Saat itu aku tidak tahu kalau Ryan.. dia hanya berpura-pura saja. Dia terlihat membuka matanya sebelah untuk mengajak Roy turut serta dalam rencananya membohongiku dan membuatku merasa panik dan iba terhadapnya.

"Ayo kita bawa Mas Ryan ke Rumah Sakit." ajakku kemudian

Kami bertiga kemudian keluar dari unit Jessy menuju lift untuk turun ke bawah. Namun saat itu, tiba-tiba Roy.. dia malah menyuruhku untuk membawa Ryan ke unit kami. Dia bilang terlalu berisiko untuk membawa Ryan ke Rumah Sakit. Menurutnya, biarkan nanti dokternya saja yang datang ke unitku itu untuk memeriksa Ryan. Tanpa berpikir panjang.. karena dalam keadaan panik, aku pun langsung menyetujui idenya itu. Akhirnya kami membawa Ryan ke unit kami.

Kemudian didalam kamar, ketika Ryan sudah dibaringkan di atas kasur

"Kau tunggu disini, aku akan pergi ke klinik didepan sana untuk memanggil dokter.." ucap Roy

Dan dia pun langsung pergi meninggalkan kami berdua disana. Saat itu aku lalu membuka baju kemeja Ryan untuk menggantinya dengan baju kaos biasa yang sering dia kenakan dirumah. Benar saja, bajunya basah semua akibat keringat. Kasihan sekali Mas Ryan.. Dia benar-benar terlihat lelah saat ini. Tampaknya dia tidak berbohong ketika dia mengatakan bahwa dirinya benar-benar capek dengan semuanya.. belum mengurusi masalah perusahaannya, mengurusi perusahaan Papanya juga, mengurusi semua masalah Papaku dan Zuriawan, serta semua masalah yang aku timbulkan belakangan ini. Aku pun kembali menitikkan air mataku saat itu.

"Maafkan aku Mas.. Maaf kalau aku justru membuatmu lelah dengan semuanya.. Aku memang tidak berguna. Hanya bisa mengeluh dan menjadi bebanmu.. Aku justru membuatmu semakin repot dengan semua masalahku. Maafkan aku.." ucapku sambil memandang dan membelai rambutnya

Aku pun kemudian mencium lembut keningnya sebelum pergi meninggalkannya untuk mengambil obat dan minumam untuk meredakam mabuknya itu. Namun saat itu, tiba-tiba tangan Ryan meraihku. Sambil menahan tanganku dia berkata

"Jangan pergi.. Aku mohon kamu jangan pergi tinggalin aku." ucapnya sambil menahan tanganku.

"Aku cuma mau ke dapur ambil minum sama obat.." jawabku

"Aku gak butuh apapun semua yang mau kamu ambil itu. Please, kamu disini aja tetap temani aku.." balasnya

Akhirnya aku menuruti keinginannya. Aku kemudian duduk ditepi ranjang, persis disamping tempat dia berbaring.

"Kamu gak mau tiduran?" tanyanya kembali

"Aku butuh guling untuk ku peluk.." ucapnya sambil menatapku dengan ekspresi memelas khasnya itu

Aku pun kembali menuruti keinginannya. Tanpa berkata-kata aku kemudian berbaring disampingnya, lalu dia memelukku.

"Sakit gak?" tanyanya

"Sebab aku ingin sampai pagi kita dalam posisi seperti ini (dia yang akan terus memelukku)." ucapnya kembali

Saat itu aku hanya terdiam tidak menjawabnya.

"Aku gak nyangka kamu bakalan pergi beneran ninggalin aku kayak gitu.. Apa kamu serius saat kamu bilang ingin pisah dariku?" ucap Ryan tiba-tiba dengan nada serius

"Kamu bahkan sudah memesan tiket penerbangan untuk ke Autrali besok. Apa kamu segitu murkanya ke aku, sampai-sampai kamu mau pergi ke luar negeri diam-diam tanpa pamitan sama aku?" tanyanya kembali

Aku terdiam tidak menjawabnya, hingga kemudian

"Aku kecewa sama kamu Mas.. Kamu menuduhku selingkuh, mengatai aku munafik, dan perempuan yang suka ngedeketin suami orang.."

"Aku benar-benar gak nyangka.. kalau selama 15 tahun pernikahan kita ini, belum cukup untuk membuatmu percaya padaku.."

Saat itu tiba-tiba air mataku itu kembali turun dengan sendirinya.

"Maafkan aku.. mungkin aku udah buat kamu capek dalam menghadapi semua.. semua masalahku, kemudian Papa juga dan Zuriawan.."

"Aku tidak tahu kalau aku hanya menambah bebanmu dalam setiap masalah yang kuhadapi.." ucapku

"Tidak Sayang. Bukan begitu.. Kamu itu bukan beban.. Aku tidak pernah menganggapmu sebagai beban.."

"Aku hanya tidak suka saat melihatmu berduaan dengan Aris. Kamu tahu aku itu cemburuan dan tidak suka melihatmu berduaan dengan pria lain, terutama Aris.."

"Jadi aku mohon sama kamu, tolong jangan pancing emosiku itu dengan berbuat hal yang kubenci.. Biarkan Aris melakukan apapun yang dia mau. Kalau dia merasa kesusahan.. dia kan bisa langsung memanggil suster untuk membantunya. Tidak perlu kamu yang ada disana kemudian membantu dia." ucap Ryan menjelaskan

"Iya Mas. Aku tahu aku salah. Maafin aku.." ucapku yang masih saja menangis

"Iya ya. Sudahlah.. Jangan menangis lagi. Aku juga minta maaf ya, udah berkata kasar dan berbuat seperti itu sama kamu.." balasnya

Keesokan paginya, saat aku terbangun, aku tidak melihat Mas Ryan ada disampingku. Aku kemudian keluar.. ternyata dia ada di dapur sedang memasak.

"Eh, Sayang.. Sudah bangun?" sapanya

"Kamu ngapain Mas?"

"Lagi coba jadi koki dadakan, buat nasi goreng spesial ala Ryan.. khusus buat bumil cantik yang lagi ngidam.. yang katanya pengen makan nasi goreng waktu itu.." jawab Ryan sambil mengedipkan sebelah matanya

Aku tersenyum melihat tingkahnya yang bak koki profesional saat itu. Yang aku tahu, Ryan itu orangnya sangat memperhatikan estetika. Walaupun dia yang memasak didapur, tetapi dia tidak akan membuat dapurku ini berantakan. Masalah penyajian makanan juga. Kalau kalian bisa lihat hasil masakannya, mungkin kalian akan mengira bahwa masakannya itu buatan koki. Walaupun aku tidak berani menjamin bagaimana rasanya..

"Mau kubantu?" ucapku menawarkan

"Tidak usah Sayang. Kan nasi goreng ala Ryan, jadi biar aku sendiri saja yang membuatnya.."

"Terus aku bantu apa dong?"

"Kasih aku semangat aja. Itu udah cukup kok buat aku." jawabnya singkat sambil masih dia manaruh bumbu seperti garam dan lada ke dalam nasinya

Kemudian aku berjalan mendekatinya. Aku memeluknya dari belakang.. sambil ku kecup pipinya aku pun berkata

"Buat yang enak ya Mas koki, nanti aku kasih reward.."

Ryan yang senang mendapatkan perlakuan seperti itu dariku kemudian menjawab

"Wah, kalau begitu aku makin semangat lagi nih buatnya. Bakalan dapet reward.." ucapnya sambil tersenyum senang

Kemudian saat itu Oka tiba-tiba muncul,

"Hmm.. Baunya enak. Lagi pada masak apa nih Ma.. Pa..?"

"Itu.. Papa kamu lagi masak nasi goreng buat sarapan Sayang." jawabku

"Ini beneran Papa yang masak buat sarapan?" tanya Oka tidak percaya

"Iya dong. Nih lihat.." jawab Ryan bangga

"Kalau gitu Oka gak ikut sarapan deh.. Oka ada kuis di jam pertama. Bisa-bisa Oka bolak-balik ke toilet nanti.."

"Maksud kamu apa ngomong kayak gitu, hah? Kamu mau bilang kalau kamu makan nasi goreng buatan Papa ini bisa bikin kamu sakit perut?" ucap Ryan tidak senang sambil menjitak kepala anaknya itu

"Duh, Papa.. Ma, lihat.. Papa sering banget nih jitakin kepala Oka tuh.. Sakit tahu.." ucap Oka bersungut sambil memegang kepalanya

"Kamu jadi anak cowo jangan manja.. Masa cuma dijitakin doang langsung ngadu ke Mamanya." ucap Ryan

"Eheemm.. Perasaan disini ada anak cowo yang lebih manja lagi deh. Sampai suruh Mamanya datang jauh-jauh dari New York buat bantuin dia nyelesaiin masalahnya.." ucapku ikut menyindir

"Aku gak minta bantuan Mama kok saat itu, Mama sendiri yang datang kesini kan.." ucap Ryan tak terima

Suasana pagi itu didapur sangat ceria. Aku berharap, semoga setiap hari keluarga kita dapat berkumpul dan bercanda gembira seperti ini, tanpa adanya masalah.. salah paham.. pertengkaran.. dan adegan kaburku dari rumah segala.

Sementara di tempat lain, saat Aris sudah diperbolehkan pulang dari Rumah Sakit.. Saat itu Shina dan Aris sedang berada di dalam taksi online dalam perjalanan pulang menuju apartemen.

"Aris bagaimana kalau sebelum pulang kita mampir ke tempat makan dulu?" ajak Shina

"Tidak usah. Kasihan Rani.. Kita memesan makanan saja nanti diapartemen." jawab Aris

Saat itu Shina, dia terlihat cemberut. Dia sedikit sebal, Aris ternyata tidak mengingat hari ulang tahunnya itu. Dia sebenarnya ingin mentraktir Aris makan diluar untuk ulang tahunnya.

"Benar juga.. Dia kan tidak tahu tanggal lahirku yang sebenarnya. Memang aku pernah memberitahukannya sekali, tapi kan tetap saja.. mana ada orang yang bisa langsung ingat.." pikir Shina dalam hati berusaha memaklumi keadaannya

"Ohh iya, ngomong-ngomong sekarang sudah bulan November ya. Tidak terasa sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru.." ucap Shina

Shina sengaja membuat Aris tersadar dan mengingat bahwa bulan ini dirinya itu ulang tahun.

"Di bulan November ini, kira-kira jadwalku itu apa saja ya.. Ehmm.." lanjut Shina kembali sambil melirik Aris yang masih terdiam dan tidak terpancing oleh omongannya tadi.

Shina yang mulai kesal dan tidak sabaran akhirnya kembali berkata

"Aku penasaran.. kira-kira ditahun ini aku akan mendapatkan hadiah apa ya dari para penggemarku Shica Lovers." ucap Shina dengan sengaja agak mengeraskan intonasi suaranya

"Loh, memangnya untuk apa mereka memberimu hadiah?" tanya Aris berpura-pura bodoh. Padahal dia saat itu tahu hari ini ulang tahun Shina. Bahkan di apartemen, dirinya sudah mempersiapkan pesta kejutan dengan Rani untuk Shina.

"Dalam rangka memperingati hari ketololanku karena aku mempunyai seorang suami yang tidak peka dan tidak sadar akan hari ulang tahun istrinya sendiri.." jawab Shina yang membuat supir taksi itu tersenyum sambil menahan tawa karena mendengar perkataannya barusan

"Ohh.. Jadi hari ini.. Maafkan aku. Aku benar-benar lupa.." ucap Aris masih berpura-pura

"Kalau begitu, nanti malam kau mau kita makan malam dimana? Oh iya, kau mau hadiah apa? Biar sekalian nanti malam kita pergi bersama Rani membeli sesuatu untuk hadiahmu itu."

"Tidak perlu. Aku tidak membutuhkan hadiah apapun darimu. Cukup kau ingat saja hari ulang tahunku itu.." jawab Shina ketus

"Maaf.." ucap Aris kemudian dengan tampang bersalahnya yang masih berpura-pura.

Setibanya taksi mereka di apartemen,

"Shina, kau duluan saja. Aku ingin mampir sebentar ke unitnya Jessy untuk mengambil beberapa barang.." ucap Aris yang semakin membuat Shina semakin kesal dengannya

Tanpa menjawab Aris, Shina pun segera turun dari mobil dengan membanting pintunya itu. Aris terlihat tersenyum bahagia, nampaknya misinya itu berhasil.. untuk membuat Shina marah dan kesal hari ini.

Setibanya di depan unitnya, Shina kembali dibuatnya kesal. Saat itu dia tidak bisa membuka pintu apartemennya. Kemudian,

"Rani.. Rani.." teriaknya

"Tolong bukakan pintunya. Kau mengganti nomor kode aksesnya lagi ya?" tanya Shina yang sudah mulai kesal dan marah

Sementara Rani,

"Iya Mi sebentar.." sahut Rani dari dalam

"Mi.. Pintunya macet. Gak mau kebuka dari dalam.." ucap Rani kembali

"Kamu jangan bercanda ya Rani. Ayo cepet buka pintunya. Mami mau masuk.." ucap Shina kesal

"Beneran gak bisa Mi. Rani gak bisa buka dari dalam. Mami tunggu Ayah aja, mungkin Ayah nanti bisa buka.." jawab Rani

"Ayahmu itu sedang ada urusan. Masa Mami harus menunggunya disini sampai urusannya itu selesai.. yang benar saja.."

Tiba-tiba pintu lift pun terbuka. Terlihat Aris yang saat itu membawa sebuah kotak besar. Kemudian Shina,

"Wow.. Besar sekali. Apa itu hadiah untukku?" pikirnya senang dalam hati

Namun ketika Aris mendekat dia malah berkata

"Ini miniatur bangunan untuk keperluan presentasi besok. Aku tidak ingin kau salah mengira bahwa kotak ini berisi hadiah ulang tahunmu.." ucap Aris yang tiba-tiba mematahkan harapan Shina

"Memangnya siapa yang berpikir itu hadiah ulang tahunku. Aku tahu kau tidak mungkin menyiapkan hadiahnya secepat itu juga kan, kau saja tidak ingat ulang tahunku.." balas Shina jutek

Hingga tiba-tiba ketika pintu apartemennya terbuka, Shina kemudian..

Chapitre suivant