Tang San masih berdiri di sana, tanpa menabrak bubur seperti yang dia bayangkan. Tetapi sesepuh ketujuh bukannya meledak, dengan keras memutar beberapa putaran di udara sebelum mendarat jauh. Begitu kakinya di tanah, dia masih mundur beberapa langkah sebelum dengan paksa menangkap keseimbangannya. Lengannya jelas bergetar.
Puncak gunung benar-benar sunyi, kecuali gema ledakan di gunung-gunung.
Siapa yang bisa membayangkan hasil ini? Tang San berdiri tegak di puncak gunung, Trisula Dewa Laut di tangannya, memandang dengan jijik pada dunia di bawah.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com