webnovel

Babak Penentuan

Cahaya matahari yang masuk melewati jendela membuatku terbangun dari mimpi indahku.

"Kenapa aku tidak berpakaian? Bahkan Lia pun" gumamku saat bangun dan melihat situasi sekarang.

Kupikir itu hanya mimpi indah semalam. Kami melakukannya lagi padahal ia sedang mengandung. Aku harap ia senang.

Seperti biasa, jika aku bangun lebih awal maka aku akan membuatkannya itu lagi. Setelah selesai sarapan ternyata ia belum bangun juga mungkin kelelahan.

"Yang! Bangun sudah pagi aku akan segera berangkat, ini sudah aku buatkan makanan untukmu bangunlah dan segera sarapan aku berangkat dulu ya" kukecup keningnya lalu kutinggalkan makanan diatas meja dikamar dan keluar dari kamar.

Setiap harinya begitu saja yang terjadi kami adalah keluarga bahagia. Sudah hampir 4 bulan ia mengandung banyak yang ia inginkan ingin makan ini, ingin makan itu, ingin minum ini, ingin minum itu.

Aku senang melayaninya hingga akhirnya 9 bulan tiba.

Seminggu aku ambil cuti.

"Apakah kamu sakit perut hari ini?" itu saja yang selalu kutanyakan aku tidak sabar dan khawatir.

"Sakit perutku mulai sakit, ini sakit sekali" tiba tiba saat aku sudah tidak bertanya. Segera aku membawanya kebidan dekat rumah. Aku tidak menyangka saat bidan bilang sudah waktunya untuk mengeluarkannya.

"Aku akan menjadi ayah! Terima kasih yang maha pemberi anugrah" sykurku ku ucapkan dalam hati.

"Tarik nafas dalam dalam, buang" ucap dokter itu berulang ulang, "Genggamlah tangan istrimu agar ia lebih tenang" kata dokter

Kupegang erat erat "Aduh sakit, tanganku serasa mau patah ia menggenggam tanganku terlalu kuat" batinku, ini demi kami berdua kurelakan tanganku dan terus melanjutkannya.

Ini adalah babak penentuan.

"Aaaaaaaa.... Aaaa..... " terdengar tangisan seorang bayi kulihat istriku sudah terlihat tenang dan ini dalah karunianya.

"Selamat, anak bapak adalah seorang perempuan" dokter memberikan bayi yang sudah diperiksa kepadaku.

Saat itu aku bertanya, "Siapakah nama yang akan kita berikan kepadanya?" istriku bingung saat itu, "Kebetulan terpikir olehku nama yang bagus untuknya, Syifa"

"Itu nama yang bagus, mulai sekarang namanya ada Syifa" tambahnya.

Setelah beberapa hari dirawat diruang inap istriku dipersilakan untuk kembali kerumah.

Chapitre suivant