webnovel

CEO -2-

Charice menyiapkan agenda meeting bersama timnya. Ia sudah merekap dan mebuat laporan mengenai berita apa saja yang ingin ia kejar di minggu ini. Selain itu, ia juga sudah siap akan adanya kasus baru yang tiba-tiba menghampirinya di tengah padatnya dateline berita yang harus dieksekusinya.

Charice bersama timnya, ada Leo, Minji, Kwangsoo, dan Seohong sudah siap melaporkan progress pekerjaan mereka masing-masing. Seohong yang bertindak sebagai supervisor telah membuat ringkasan pekerjaan anak buahnya.

Raymond pun tiba di ruang meeting.

Seohong mempersentasikan pekerjaannya, kemudian dilanjutkan semua anak buahnya juga ikut mempersentasikan agenda kerjanya dan pencapaian mereka.

Saat tiba di bagian Charice, ia tampaknya lelah dalam berpesentasi. Raymond memperhatikan perubahan Charice yang biasanya selalu bersemangat namun kali ini tampak lesu.

"Kamu tidak sedang sakit kan Char?" Raymond berusaha sedikit perhatian sesaat setelah Charice selesai persentasi.

"Tidak Pak. Saya baik-baik saja."

"Baguslah, kita sudah di peghujung tahun, banyak target yang harus diselesaikan jadi harus tetap semangat."

"Baik Pak, saya mengerti."

"Char, untuk agenda kamu yang ingin menyelidiki lebih jauh mafia narkoba di club airis sepertinya lebih baik ditunda dulu."

"Loh, kenapa Pak?"

"Sepertinya itu belum terlalu penting, toh buktinya juga masih abu-abu."

"Tapi, saya pikir ini adalah kasus penting yang akan jadi KPI saya. Pak Seohong sudah setuju kok dengan agenda berita ini." Charice tetap mengeyel.

Tampak wajah Raymond tidak suka dan ia memalingkan wajahnya ke kanan. "Tapi, ini terlalu berbahaya. Saya nggak mau sampai kenapa-napa sama kamu jika menyelidiki kasus ini."

"Saya sudah biasa Pak." Charice mengarahkan wajahnya ke Seohong. "Pak Seohong, Bapak setuju kan dengan agenda saya yang akan mencari tahu mafia narkoba di klub airis?"

Seohong melihat ekspresi Raymond yang diam membisu. "Sa.. Saya terserah dengan Pak Ryamond, beliau kan manajer kita, jadi beliau yang lebih berwenang."

Charice tampak kecewa dengan pernyataan Seohong yang berbeda pendapat dengannya.

"Begini saja, kasus mafia narkoba di klub airis ini jangan kamu jadikan KPI kamu karena kalau sampai tidak tercapai artinya akan sangat berpengaruh ke seluruh penilaian kamu di semester kerja periode ini."

Charice tampak tidak puas, namun mau tidak mau dia harus menyetujuinya karena bagaimanapun ia harus tetap bekerja dengan tuntunan dari atasannya.

Selepas meeting, Charice mengejar Raymond yang keluar ruangan.

"Tunggu Pak, maaf."

Raymond berbalik menyahuti Charice. "Ada apa lagi Char?"

"Pak, saya boleh minta tolong?"

"Tolong apa?"

"Bapak kan punya akses pelanggan di klub airis, saya boleh minta Bapak bawa saya kesana nggak?"

Raymond kaget. "Apa kamu bilang? Saya bawa kamu ke club airis?"

Charice mengangguk.

"Iya.. Jadi kan saya bisa lebih mudah untuk..."

Raymond memotong ucapan Charice. "Oh jadi gini cara kerja reporter yang selalu dipuji sama Seohong, yang selalu dapat nilai A..."

"Loh, Pak, ini kan salah satu keahlian saya untuk mencari relasi..."

R"Saya kasih langsung E di penilaian kamu gimana?!" bentak Raymond.

Charice tersentak dengan perkataan Raymond Dalam hatinya. Manajer kok gini amat ngomongnya, kalo nggak mau nolongin yaudah.

"Baik Pak, saya akan usaha sendiri."

Raymond berlalu dengan menahan emosi meninggalkan Charice.

Charice mengetahui jika Raymond memiliki relasi dengan petinggi-petinggi entertainment dan artis-artis papan atas Korea. Klub Airis adalah klub eksklusive yang hanya bisa dimasuki oleh pelanggannya saja. Para petinggi-petinggi entertaiment maupun artis kelas atas memiliki akses kartu VIP. Untuk orang biasa yang tidak punya banyak uang, hanya diperbolehkan memiliki keanggotaan standard regular saja. Klub airis di kelas VIP dicurigai telah disusupi oleh bandar kakap narkoba. Charice tahu karena sebelumnya ia telah membantu penyelidikan kasus narkoba artis yang ternyata mendapat supply narkoba saat menjadi anggota klub Airis. Sayangnya saat itu, saat memeriksa klub Airis, polisi belum bisa mengungkapkan adanya perdagangan narkoba dan masih minimnya bukti. Artis yang bersangkutan hanya direhabilitasi. Tapi sudah beredar cerita jika klub Airis memang sudah pasti salah satu tempat peredaran narkoba yang cukup besar.

Hal yang paling lebih aneh adalah mengapa sang bos, Raymond Kim menjadi anggota VIP klub tersebut. Perlu diketahui, selama ini Charice tidak pernah akur dengan manajernya tersebut. Charice yang pintar namun polos kadang membuat jengkel sang bos.

Charice sering dimaki sang manajer dengan kata-kata kasar, itu membuatnya kesal. Ia juga curiga sang bos ada hubungannya dengan mafia narkoba di klub Airis.

***

Suatu malam selepas pulang kerja, Charice memutuskan untuk beraksi. Ia berniat mencari bukti-bukti mafia narkoba di klub airis.

Ia sudah siap dengan semua peralatan kerjanya. Ia juga memakai jaket berhoodie, kacamata, sepatu kets, masker, dan membawa ransel mini yang isinya 2 HP, alat perekam, dan kamera berlensa jauh.

Saat keluar kantor, ia memergoki bosnya bersama beberapa pria berpakaian berjas hitam, pokoknya seragamnya serba hitam berkumpul di depan kantor. Iia mencurigai bosnya juga akan pergi ke klub airis.

Ia pun membuntuti bosnya. Raymond naik mobil bersama kawanan pria tersebut. Charice mengenali pria-pria tersebut adalah bodyguard yang biasa menjadi bodyguard artis di Keil Entertainment yang pemiliknya adalah sahabat karib Raymond. Ia membuntutinya dengan naik taksi.

Ternyata dugaan Charice salah, bosnya bukan pergi ke klub Aairis melainkan ke gedung tua tak berpenghuni.

Dalam hati Charice. Waduh aku tertipu nih. dikira Pak Bos mau ke Airis tahunya ke tempat serem kaya gini. Pulang aja apa ya...

Sang supir taksi menanyakan Charice apa ia ingin turun atau tidak.

"Mau turun nggak Non, tadi katanya Non suruh ikutin mobil jeep yang itu. Mobilnya berhenti di gedung ini."

Charice takut tapi tetap penasaran.

"Yaudah Pak, saya turun."

Charice melanjutkan pengintaiannya terhadap sang bos.

Dari semak-semak ia melihat bosnya bertemu dengan seorang pria berdaban tinggi, wajahnya tampan, berstel suit biru.

Tiba-tiba sang bos memukuli pria tersebut dibantu dengan pria-pria yang dibawa bosnya.

Charice menutup mulut, ia pun merekam aksi bos dan kawan-kawannya, serta memfotonya dengan kamera berlensa jauh yang dibawanya.

Charice tak berani berbuat apa-apa.Ia sangat marah dengan apa yang dilihatnya namun ia hanya bisa merekam dan memfoto tanpa bisa melaporkan ke polisi karena dia masih sayang dengan pekerjaannya ini jika ia lapor polisi, dimana pekerjaannya akan menjadi taruhan mengingat yang akan dilawan adalah atasannya sendiri.

Begitu selesai memukuli pria malang tersebut, Raymond meninggalkan pria itu begitu saja.

Charice memastikan jika Raymond sudah benar-benar pergi sebelum menghampiri pria malang tersebut.

Ia melihat sang pria tak sadarkan diri, ia pun menelpon ambulance,.

Ambulance datang dan membawa pria tersebut dan Charice ke rumah sakit.

***

Chapitre suivant