webnovel

Pria Asing, Karang?

sayangnya, Ai yang sibuk bukanlah hal yang baik untuk diganggu. itu adalah hal pertama yang Ai katakan kepada Findra saat mereka jadian.

" jangan ganggu aku saat sibuk, perhatian boleh, tapi jangan berlebihan."

jadi saat ini Findra hanya bisa mengamati Ai yang sedang fokus dengan jurnal hariannya. Findra masih mengamati dalam diam dari jarak yang cukup jauh saat dia melihat seorang pria datang mendekat pada Ai. pria itu juga sama, menunggu Ai mengangkat kepalanya dan menyadari kehadiran orang lain di sekitarnya.

tak butuh waktu lama bagi Ai menyadari kedatangan orang itu. saat diakhir kata dan membentuk sebuah tanda titik di akhir kata itu dengan ballpoint nya, Ai menutup jurnalnya bersamaan dengan dia mengangkat kepalanya untuk melihat wajah orang yang menghampirinya. Ai tersenyum melihatnya.

sebenarnya Ai sudah tahu siapa yang datang dari getaran tanah yang dipijak orang itu juga aroma khas yang hanya di miliki oleh orang itu. Ai mengangkat kepalanya hanya untuk memberikan tanda kepada orang itu bahwa dia sudah selesai dengan kesibukannya, dan senyumnya menandakan sapaan yang tak terucap.

Findra melihat senyum itu, betapa cemburunya Findra melihat itu. namun begitu Findra tetap pada posisi itu, berharap menemukan jawaban status pria itu dalam hidup Ai sekarang. selama menjalin hubungan dengan Ai, Findra bisa menghitung dengan jari berapa kali Ai tersenyum untuknya. itu pun terasa seperti senyum yang terpaksa. tapi saat ini, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat dengan mudahnya Ai tersenyum tulus untuk orang lain.

serang guru pernah bilang, kita harus hati-hati dengan cinta pertama, biasanya kita akan terbelenggu dengannya bahkan sesudah menikah. mungkin itu yang terjadi dengan Findra, terbelenggu oleh cinta pertamanya.

setelah lama menunggu obrolan yang akan terjadi antara Ai dengan pria yang asing itu, membuat Findra lupa waktu. sudah saatnya dia berlatih basket. teleponnya berdering, dari sang pelatih. dan saat itu juga Findra tersadar, sudah satu jam dia mengamati Ai dan pria itu, tapi belum ada percakapan diantara keduanya. mereka hanya duduk bersama di bawah pohon dan sibuk dengan buku di tangan masing masing.

lamunan Findra terpecah saat telepon nya berdering lagi, masih dari sang pelatih. dengan berat hati Findra melangkah pergi dan menjawab panggilan telepon itu. hanya kata maaf dan di mengerti yang di ucapkan Findra saat menjawab panggilan itu. sedangkan di sebrang sana, sang pelatih ngomel panjang lebar seluas sepuluh lapangan basket. Findra mempercepat langkahnya meninggalkan Ai bersama pria itu.

***

setelah dirasa aman, Karang pria yang menghampiri Ai tadi, angkat bicara.

" apa kamu bahkan tidak merasa di ikuti dan diamati oleh orang? sampai dengan santainya kamu duduk disini menulis jurnal bahkan belajar."

" sebenarnya aku memang merasa, tapi karena aku tahu dia tidak akan mendekat jadi aku abaikan saja. pun dia bukan orang penting." jawab Ai tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang dia baca.

" apa kamu tidak tahu bahayanya orang asing? dan kenapa kamu bolos kelas tapi malah di kampus?" tanya karang dengan sedikit kesal atas ketidak pekaan Ai terhadap masalah yang dihadapinya.

" ini boleh aku artikan sebagai perhatian nggak? aku bolos karena terlalu asik berbincang dengan sahabat-sahabat ku. mereka juga sama telatnya denganku." jawab Ai yang kini memalingkan wajahnya melihat Karang yang wajahnya masih menatap buku. dan dengan acuh menjawab, terserah kamu, dengan nada datar tapi merah pipinya tak bisa menyembunyikan rasa tersipu atas pertanyaan Ai. apakah ini salah satu bentuk perhatian? tanyanya dalam hati.

Ai masih menatap wajah karang beberapa saat membuat hati karang mengeluh, sampai kapan dia akan melihatku seperti itu, tidakkah dia tahu itu membuat detak jantungku tidak normal. masa iya, aku harus menjauh darinya hanya karena tidak mau jantungku berdetak seperti ini setiap kali memandangnya dan setiap kali dipandangnya.

Ai memalingkan wajahnya ke buku yang ada di tangannya setelah merasa puas menatap wajah karang, yang meskipun terlihat dingin tapi memberi ketenangan untuk Ai sendiri.

lalu dengan lirih Ai berbicara, " bisakah kamu menjaga rahasia ini? terutama pada sahabat ku."

Chapitre suivant