webnovel

Bahagia

Mereka terlihat santai menikmati sarapan, sesekali George menyuapi Alesha begitupun sebaliknya. Mereka begitu bahagia menikmati kebersamaan mereka. Setelah selesai Alesha langsung membereskan meja dan mulai mencuci piring tapi tangannya dicekal George.

"Apa yang lakukan Alesha, biarkan saja nanti pelayan yang membereskannya". Ucapnya sambil menarik Alesha menjauh dari dapur.

" George, biarkan aku mencuci piringnya dulu. Aku tidak suka melihat piring kotor di dapur". Balas Alesha. Dia lalu kembali menuju dapur dan mulai mencuci piring.

Dia merasakan tangan George bergerak diperutnya yang langsing, lalu merasakan tengkuknya hangat oleh mulut George yang mulai menelusuri lehernya. Alesha hanya memejamkan mata merasakan sensasi yang menggelitik birahinya. Wajahnya merona.

" George hentikan, bagaiman kalau para pelayanmu melihat kita!" ucapnya sambil berusaha lepas dari pelukan George.

" Aku sudah menyuruh mereka pergi, jadi tidak ada yang akan mengganggu kita sekarang". kata George sambil terus menjilat telinga Alesha dan menggigitnya sedikit. Alesha terpaksa menggigit bibir bawahnya menahan agar suara desahannya tidak terlepas.

" Kau suka sayang?" tanya George dengan suara seraknya yang semakin membuat Alesha hampir hilang kendali. Dia semakin memiringkan kepalanya memudahkan akses George menelusuri leher depannya kebawah. Napasnya tersengal. Tapi dia berusaha sekuat tenaga menguasai perasaannya, dia tidak boleh lemah.

" Alesha, ayo kita menikah saja. Aku sudah tidak tahan ingin memilikimu seutuhnya. Aku tidak mau kebersamaan kita ini berakhir." ucap George tiba-tiba. Alesha membuka mata dan berbalik kearah George. Dia menatap mata tajamnya yang kini redup penuh hasrat membara. Bahkan dia begitu sangat tampan kalau seperti ini. Kata-kata George barusan membuatnya sangat bahagia sekaligus takut. Menikah dengan orang yang sangat dicintainya dan akan hidup bersama bembina keluarga. Sungguh hal itu adalah sesuatu yang sangat membahagiakan. Tapi bagaimana mereka bisa menikah begitu saja, apa George sudah tidak waras.

"George, apa kau sadar dengan yang kau katakan?" Ucapnya sambil mengusap lembut wajah George yang sedikit ditumbuhi bulu. George kemudian mecium jemari Alesha satu persatu.

" Aku sangat sadar Alesha, aku ingin menikahimu secepatnya supaya kita bisa bersama selamanya, aku tidak ingin kehilanganmu lagi". Ucapnya penuh harap.

"Tapi bagaimana? George, kau jangan berpikir dangkal seperti ini. Kau tau kan ini ti..." ucapan Alesha tertahan oleh jemari George yang menyentuh bibir seksinya. George lalu mengelus lembut bibir mungil itu.

" Mulut kecil ini harus diam, dia tidak boleh berkata hal apapun sekarang atau dia akan digigit lagi". Ucapnya penuh minat. Alesha menjadi kesal, bagaimana bisa dia sesantai itu. Dia cemberut dan mengigit bibirnya.

" Jangan lakukan itu" ucap George tiba-tiba.

" Lakukan apa?" tanya Alesha bingung

" Jangan gigit bibirmu seperti itu, atau aku akan..."

" Seperti ini..? ini...?" pancing Alesha sambil terus menggigit bibir bawahnya dengan pose yang sangat menggoda. Dia sengaja ingin menjahili George karena kesal. Dia terus saja melakukan itu sambil menjauhi George yang wajahnya sudah memerah karena menahan gairah.

" Alesha... kau sudah kuperingatkan!" ucap George. Dia lalu mengejar Alesha yang sudah lebih dulu melarikan diri.

" Alesha buka pintunya...!!" ucap George sambil menggedor pintu. Dia sudah tidak sabar lagi ingin memberikan hukuman untuk Alesha karena sudah mempermainkannya.

" Tidak mau, aku baru mau membuka pintu kalau kau berjanji tidak akan menghukumku" Jawab Alesha dari dalam.

" Buka pintunya, percuma saja kau menguncinya karna aku punya kunci cadangan. Jadi kalau kau sendiri yang membuka pintu, mungkin hukumannya masih lebih ringan dibanding kalau aku yang melakukannya". ucap George sambil tersenyum penuh kemenangan.

Alesha tidak menjawab lagi, rupanya dia salah langkah karena tidak memikirkan hal itu sebelumnya. Habislah dia sekarang.

" Aku hitung 1 sampai 3, 1..." George mulai menghitung. Alesha panik dan langsung membuka pintu. George tersenyum puas.

" Aku suka kalau kau jadi penurut seperti ini" ucapnya sambil melangkah mendekati Alesha yang reflek mundur setiap kali George melangkah kearahnya sampai dia terduduk di sisi tempat tidur. George terus saja melangkah kearahnya. Dia menelan ludahnya gugup.

" Sekarang kau mau lari kemana kucing liarku?" Ucap George nakal. Dia terus saja merapatkan tubuhnya ke badan Alesha yang sudah tersudut. Mata tajamnya kini semakin menusuk, mengoyak dinding pertahanan Alesha yang semakin menipis. Bagaimana dia bisa bertahan dengan pesona George sangat memikat bagai dewa.

" Ganjaran apa yang pantas kau dapatkan karena sudah mempermainkan seorang putra mahkota?" tangan George mulai menyentuh wajah lembut Alesha yang sudah bersemu merah. Kali ini Alesha benar-benar tidak berdaya melawan hasratnya lagi, keindahan wajah George sekarang telah membuatnya mabuk kepayang. Sorot mata George yang teduh dan lembut semakin membuatnya ingin menyerahkan semua miliknya kelaki-laki yang dicintainya itu. Dia lalu menutup matanya pasrah, dirasakannya kehangatan napas George mulai membelai wajahnya. Tiupan napasnya kemudian menyentuh matanya, lalu ke hidungnya, lalu ke bibirnya, lalu kelehernya, lalu ke... " Ahhhh...." Dia terpekik kaget geli karena merasa tangan George menggelitik bagian pinggangnnya tanpa ampun.

" George.. !! hentikan... apa yang kau lakukan?!!" ucapnya disela-sela tawanya. Tapi George tetap saja meneruskan siksaannya itu.

" Memangnya apa yang kau pikirkan, Ini hukuman bagimu jadi nikmati saja sayang" ucapnya kegirangan.

" Please... kumuhon aku tidak kuat lagi, aku...aku tidak akan mengulanginya. Aku...aku janji." ucapnya hampir kehabisan napas karena tertawa.

George kemudian menghentikan gerakannya, dia sangat puas melihat Alesha memohon tak berdaya seperti itu, dia tampak semakin mempesona dan menggairahkan. Kalau saja dia tidak takut akan dosa dan janjinya, sudah sejak dulu dia menikmati keindahan yang tersaji itu. Apalagi Alesha terlihat sudah sangat siap untuknya. Dia menjadi semakin tersiksa karena susah payah menahan itu semua. Tapi dia sadar kalau itu tidak pantas dilakukan kepada Alesha, dia sangat menghargainya, dia belahan hatinya. George ingin memberikan Alesha yang terbaik dan juga kesempurnaan cinta suci yang tanpa dinodai oleh nafsu sesaat saja. Dia juga tiba-tiba mengingat kalau masih bagitu banyak hambatan yang menghalangi cinta mereka berdua, dan yang paling membuatnya khawatir adalah kemunculan sibrengsek Jimmy. Dia menatap wajah Alesha lalu mengecup keningnya dengan lembut, penuh kasih sayang. Gadisnya itu kini masih terbaring lemas karena kebanyakan tertawa dan kegelian.

" Kau benar-benar telah menyiksaku George, i don't like you" ucap Alesha cemberut. Dia lalu menghadapkan punggungnya ke arah George yang juga berbaring disampingnya.

" Apa kau marah sayang?" ucap George sambil menggeser tubuhnya mendekat ketubuh Alesha. Alesha hanya terdiam. Tangannya lalu disisipkan kepinggang Alesha yang berbaring membelakanginya. Lalu mendekapnya dengan hangat.

" Aku ingin kita seperti ini selamanya Alesha, aku dan kau bersama tanpa ada penghalang. I love you so much babe.." ucapnya sambil mencium tengkuk putih Alesha.

Alesha merasa sangat nyaman dan nikmat berada dalam dekapan George dan mendengarkan ucapannya itu membuatnya merasa kalau dialah wanita yang paling bahagia didunia ini. Dia baru kali ini merasakan keindahan perasaan cinta yang selama ini tidak ada dalam pikirannya dan itu ternyata sangat menyenangkan. Dia membalikkan tubuhnya dan melihat George sudah terlelap seperti bayi. Bagaimana bisa ada manusia yang begitu tampan meski sedang tertidur. Semua yang ada diwajahnya begitu sangat indah dan sempurna. Dan yang paling membuatnya semakin jatuh cinta adalah karena George benar-benar bisa mengendalikan diri dari hasrat yang mungkin hanya sedikit pria didunia ini mampu melakukannya ketika mereka berada dalam posisinya. Alesha tersenyum manis, dia sangat bangga memiliki pria yang ada dihadapannya itu. Dia lalu mencium bibir George pelan agar tidak membangunkannya.

" I love you too prince" ucapnya sambil memejamkan mata.

Chapitre suivant