webnovel

Tak peduli

Cinta mampu menodai kemurnian hati, membutakan jiwa, melumpuhkan rasional yang terjaga dan menumbangkan prinsip kokoh sekalipun karena ketika seseorang telah jatuh cinta, keinginannya hanya satu yaitu memiliki.

~~~

Suara pekikan itu sontak membuat mereka menghentikan perkelahian, baik George maupun Meena refleks menoleh kearah sumber suara itu. Tampak seorang gadis berambut blonde cantik menatap shock kearah mereka. Dengan rok denim mini dan crop top yang dipakainya dia terlihat begitu manis, bahkan dengan wajah yang memerah karena kesal sekalipun dia semakin indah dipandang. Kedua pria itupun seakan terpana.

"Kakak...!! what the hell is this!!? bentaknya sambil melotot kearah George kemudian kearah Meena.

Kedua pria itupun spontan bangkit berdiri.

" Ah..e.. kami hanya..." tapi sebelum kalimat George habis dia kembali memotongnya.

" Hanya apa!?, hanya membuat pertunjukan kecil yang nantinya akan viral disemua media didunia dan membuat reputasi kita menjadi semakin baik, begitu?" ucapnya morang-maring. Sifat Charlotte memang lebih dewasa dan bijaksana jika dibandingkan dengan kedua saudaranya. Dengan umurnya yang masih 19 tahun dia lebih bisa diandalkan oleh orang tuanya. Tapi tetap saja dia seorang perempuan, sehingga prioritas keduanya orang tuanya adalah George,mengingat dia adalah putra mahkota.

Keduanya hanya tertunduk diam seperti anak kecil yang dimarahi ibunya karena berbuat salah. Kemudian Meena membuka suara.

" E... Charlotte, bukan seperti itu, kami bisa jelaskan.." Sambil meringis dia mencoba beralasan tetapi tidak tau harus mengatakan apa. Kejadian itu sangat tiba-tiba, bahkan sekarang ia mengutuk George yang telah memukulnya duluan. Gadis itupun lalu menatapnya.

" Aku sangat penasaran masalah besar apakah yang kalian debatkan sehingga jadi seperti ini, kalian yang kupikir cukup solid untuk hal apapun ternyata bisa terpatahkan juga". ucapnya sinis.

" Aku kecewa dengan kalian berdua, terutama denganmu" ucapnya sambil menunjuk tepat kearah Meena dan berlalu pergi. Sedangkan Meena hanya menatapnya dengan perasaan menyesal.

" Lihat apa yang telah kau perbuat, dia jadi marah padaku." ucapnya lalu berlari mengejar charlotte. Sedangkan George yang sejak tadi mematung kemudian memberi isyarat kepada para pengawalnya agar mendekat dan menginstruksikan sesuatu. Setelah itu diapun meninggalkan tempat itu.

Sementara itu, Meena terlihat berlari kecil mengejar Charlotte dan berusaha mengimbangi langkah cepat gadis itu.

" Charlotte ayolah, pelankan langkahmu. Biarkan aku menjelaskannya dulu." ucapnya seraya menangkap pergelangan gadis itu. Yah, mereka memang berteman akrab dan hubungan mereka murni seperti saudara. Bahkan kasih sayang Charlotte kepada Meena cenderung lebih dari pada yang diberikan ke George. Oleh sebab itu perhatian dan kasih sayang Meena pun tidak main-main kepada gadis itu, dia sudah menganggapnya sebagai adik sekaligus teman kesayangan. Dibanding dengan George, Meena lebih sering menceritakan masalahnya atau apapun itu termasuk kisah percintaannya dengan banyak gadis dan Charlotte pun demikian.

" Mau menjelaskan apa?, semuanya sudah jelas terpampang didepan semua orang kalau kau bertikai dengan kak George." ucap Charlotte menatap tajam.

Meena terdiam sejenak, lalu dia menatap wajah cantiknya dan tersenyum.

" Apa kita bisa masuk kemobilmu dulu? nanti kuceritakan semuanya." tanyanya lalu menarik tangan Charlotte menuju mobil.

Begitu masuk mobil, Charlotte menatapnya tajam.

"Sekarang jelaskan padaku." ucapnya tidak sabar.

" Ini masalah cinta." Meena terdiam sejenak lalu melanjutkan. " yah.. kami mencintai gadis yang sama dan sialnya gadis itu ternyata mencintai kakakmu tapi aku tidak bisa melepaskan dia begitu saja. Aku mencintainya dan tidak ingin dia tersakiti. Kau tau kan kalau putri Silvia tau tentang ini maka gadis itu pasti akan celaka, aku tidak mau hal itu terjadi." Curhat Meena dengan wajah sedih sedangkan Charlotte hanya mengerutkan keningnya, dia tampak berpikir keras.

" Hmmm.... begitu ya, aku jadi semakin penasaran seperti apa sih gadis itu sampai kalian yang digilai semua wanita bisa bertekuk lutut dan memperebutkannya." ucapnya sambil mengelus-elus dagu lancipnya. Charlotte berpikir keras karena jujur saja dia tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi, kedua pria kesayangannya tiba-tiba memperebutkan gadis yang sama. Dia sebenarnya tidak setuju saudaranya George bertunangan dengan putri arogan itu dan berharap suatu saat kakakanya mendapatkan gadis yang dicintainya dan sekarang harapannya terkabul bahkan mereka saling mencintai, charlotte sangat senang mendengarnya. Tapi disisi lain kakak kesayangannya yang satu lagi juga mencintai gadis itu, kenapa mereka harus mencintai gadis yang sama sih?? dia menjadi pusing sendiri.

"Sekarang kau sudah tau kan alasannya, jadi kau dilarang untuk marah lagi padaku, sebaiknya kau marahi tuh George karena berusaha menghianati tunangannya." ucapan Meena membuyarkarkan pikirannya. Kemudian keningnya berkerut.

'Tapi dia tidak mencintai Selvia dan pertunangan mereka bisa saja diputuskan.' Kalimat itu hampir saja lepas dari mulutnya tapi beruntung dia tersadar. Dia tidak boleh memprovokasi Meena, karena nanti akan lebih memperburuk hubungannya dengan George.

" Ok aku ga akan marah lagi, tapi dengan satu syarat" ucapnya tersenyum manis.

" Syarat apa itu?" tanya Meena heran

Kemudian Charlotte perlahan mendekatkan wajahnya kearah telinga Meena dan membisikkan sesuatu. Meena serta merta mengangkat alis lalu tersenyum.

" Apa kau yakin?" tanyanya memastikan.

Charlotte hanya mengangguk girang.

"Baiklah, aku mau"

" Yeeeahh...., kau memang kakak terbaikku" ucapnya kegirangan seraya mengecup pipi Meena.

"Bagaimana dengan George, dia kan terbaik juga? tanya Meena sambil mengelus lembut kepala Charlotte.Gadis itu berpikir sejenak kemudian akhirnya merangkul Meena.

" Kau terbaik pertama dan dia yang kedua". ucapnya tersenyum. Mereka terlihat begitu akrab dan dekat satu sama lain. Tak lama kemudian mobil merekapun melaju.

Sementara itu diapartemen, Alesha terlihat sedang bermalas-malasan dikasurnya sambil membaca novel romantis. Yah, sejak saat George mengungkapkan perasaan padanya, dia menjadi banyak tersenyum. Wajah manisnya menjadi semakin berseri, diapun kini sering membaca buku- buku cerita romantis ketimbang buku-buku pelajaran.Dia juga barusaja menerima telpon rutin dari orangtuanya dan kakaknya di india yang menyampaikan kalau keponakan keduanya telah lahir, dia sangat bahagia mengetahui berita itu.

Meskipun semenjak George menyatakan perasaan kepadanya mereka sama sekali belum pernah lagi bertemu tapi pesan-pesan romantis dan perhatian George lewat tefon selalu menemaninya setiap hari. Meena dan Bella pun selalu ada untuknya. Awalnya itu tidak menjadi masalah baginya, akan tetapi setelah 3 minggu berlalu, perasaan gelisahpun mulai mengganggunya. Dia sangat merindukan kekasihnya itu. Sudah 3 hari terakhir ini George sama sekali tidak menghubunginya, dia juga tidak pernah terlihat dikampus. 'Apa yang terjadi dengannya ya?,apa dia selama ini bersama tunangannya? Oh...kenapa aku jadi gila begini sih, tidak sepatutnya aku mencintai seseorang yang sudah bertunangan. Sudah jelas dia bersama tunangannya dan suatu saat pasti akan menikahinya dan aku akan...' Protes batinnya. Air matanyapun berlinang, hatinya terasa sangat sakit membayangkan itu semua. Tapi karena rasa cintanya kepada George sangat kuat dan dia pun tau kalau George tidak mencintai tunangannya itu maka semua peringatan dari Olivia tidak pernah digubrisnya. Bahkan Meena yang selalu ada untuknya pun tidak bisa mengurangi rasa cintanya itu. Sungguh cinta memang buta. Tiba-tiba handphonenya berbunyi.

Chapitre suivant