webnovel

Salah Paham

Tampak tiga pria berbadan tegap berjalan menuju tempat keduanya, wajah mereka terlihat menggelap karena menahan emosi akan tetapi setelah mereka mendekat dan melihat salah satu dari keduanya tiba tiba saja wajah mereka berubah pucat pasi dan ragu.

Alesha yang melihat ketiga pria tersebut menuju kearahnya sembari masih menahan sakit hanya bisa pasrah menerima sanksi apapun yang akan dijatuhkan kepadanya nanti. Tapi kemudian dia mengerutkan keningnya ketika melihat ketiganya berdiri membeku tidak jauh dari tempatnya duduk. Dia kemudian memalingkan wajahnya dan memandang ke pria misterius yang menolongnya tadi dengan tatapan tak mengerti, sementara pria itu cuma tersenyum lembut penuh arti.

" Your highness,, ketiga pria itu menyapa sambil membungkukkan badan dengan hormat. " Kami mohon ijin untuk mengintrogasi teman anda untuk kecelakaan yang baru saja terjadi" ucap salah satu dari ketiga pria itu.

Alesha yang mendengar pembicaraan tersebut tertegun, dia sangat terkejut sampai sampai tidak menyadari kalau dirinya sudah berdiri dari tempat duduknya dengan rasa tidak percaya tapi " Ahh..." pekiknya rilih sesaat sebelum dia kembali jatuh terduduk ditempatnya semula karena rasa sakit dikakinya.

Dia kemudian kembali menatap pria misterius itu dengan tajam, sementara pria tersebut hanya menatapnya sambil berusaha untuk membantunya lagi tapi dengan refleks Alesha menghindar dengan menggeserkan tubuhnya menjauh.

Merasa mendapat penolakan halus pria itu hanya tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya keketiga pria bertubuh tegap tadi yang sudah lama mematung menunggu jawabannya.

" yup, go on" Balasnya sambil menggerakkan tangan memberi isyarat untuk menuju kearah Alesha berada.

Alesha kemudian menceritakan kronologi kejadian yang menimpanya meskipun dia sendiri tidak mengerti kenapa tiba tiba hal itu terjadi dan kejadiannya sangat cepat sekali.

Tapi meskipun demikian dia tetap harus bertanggung jawab dengan membayar konpensasi kerugian yang ditimbulkannya dan bisa dibayangkan harga yang harus dibayar Alesha untuk itu.

Tapi untungnya karena negosiasi dan bantuan dari pria misterius yang ternyata adalah seorang pangeran, maka kemudian biaya yang tadinya segunung banyaknya menjadi berkurang dan dia bersyukur dan sangat berterima kasih untuk itu.

Setelah kesepakatan selesai ketiga pria itu kemudian membungkukkan badan ke arah pangeran dan berlalu dari hadapan mereka. Alesha merasa sangat lega dan bangkit dari duduknya karna kakinya dan bahunya sudah tidak terasa sakit lagi. Tapi ketika baru saja dia ingin mengucapkan rasa terima kasihnya tiba tiba pangeran yang baik hati itu berbalik dan menuju kearahnya dengan senyuman sinis dan tatapan tajam seakan ingin menelan tubuhnya bulat bulat.

Sontak saja Alesha yang tersenyum lega kaget dan mengerutkan keningnya dan refleks melangkah mundur setiap kali pangeran itu melangkah maju kearahnya. Sampai akhirnya dia merasakan punggungnya tersandar pada dinding sehingga dia tidak bisa bergerak lagi, akan tetapi pangeran itu tidak menghentikan langkah melainkan terus bergerak kearahnya dengan tetap tersenyum sinis dan tatapan mata yang sama sekali dia tidak pahami, senyuman tulus pangeran yang menolongnya itu kini berubah menjadi senyum yang membuat jantung Alesha berdetak kencang, dia merasakan tubuhnya gemetar, keringat dingin membasahi wajahnya, badannya kaku, lututnya tiba tiba terasa lemas seakan tak mampu menopang tubuhnya sehingga tangannya berusaha menggapai tiang penyangga yang ada disisinya.

Tapi seakan tidak peduli, pangeran itu terus saja mendekat kearahnya sampai akhirnya Alesha merasakan nafas hangat pria itu berhembus tepat diwajahnya, dia seketika itu terperanjat merasakan sensasi aneh yang menjalar diseluruh tubuhnya, rasa yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, rasa yang membuat otaknya membeku. Tapi pria itu tidak sedikitpun mengalihkan pandangan tajamnya kearahnya seakan mencari sesuatu pada wajah manis gadis itu.

" Pa..pangeran, sa saya ma..." Alesha hanya bisa menelan kembali ucapannya ketika tiba tiba saja pria itu mendekatkan mulut kearah telinganya sehingga dia bisa mendengarkan suara nafas dan desahannya yang hangat.

" Well done, saya akui kamu sangat cerdik dan berani". ucap pria itu hampir berbisik tepat ditelinga Alesha yang mulai memerah.

Mendengar kalimat yang tidak terduga itu dia sangat terkejut dan tidak mengerti apa maksud dari perkataan itu, tetapi belum sempat gadis itu merespon pria itu kembali melanjutkan

"Tapi sayangnya trikmu itu tidak akan pernah bisa mempengaruhiku sedikitpun, kamu beruntung karna saya masih berbaik hati menolongmu dan tidak mencebloskanmu ke penjara akibat perbuatan nekat dan bodohmu itu, mulai sekarang jangan pernah muncul lagi dihadapanku, mengerti!!?" ucapnya kasar sambil berlalu meninggalkan Alesha yang hanya bisa terdiam.

Olivia yang baru saja kembali dan melihat sepupunya berdiri mematung langsung menghampirinya, dia tidak mengerti kenapa sepupunya itu bersikap aneh padahal sebelum meninggalkannya ke toilet dia terlihat baik baik saja. Rupanya Olivia tidak tau apa yang sudah dialami sepupunya karena setelah dari toilet dia di sapa oleh kawannya kemudian berbincang bincang.

" Hey, kamu kenapa?" tanyanya sambil menggenggam tangan Alesha, dia merasa sangat khawatir kepada sepupunya itu apalagi ketika dia melihat air matanya yang tidak berhenti mengalir dan tatapan yang kosong.

" Alesha,,,ada apa!?" kali ini dia sedikit meninggikan suaranya sambil mengguncang bahu sepupunya dengan lembut karena dia tidak bergeming sedikitpun.

Sesaat kemudian Alesha tersadar dan menatap orang yang ada didepannya, ketika yang dia lihat ternyata adalah Olivia, gadis itu langsung memeluknya erat sambil menangis tersedu.

Olivia yang sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi hanya membiarkan sepupunya itu menumpahkan semua air mata dan kesedihannya sembari menuntunnya kearah kursi. Setelah beberapa lama, Alesha terlihat sudah mulai menguasai perasaanya, dia kemudian melepaskan pelukannya dan mulai menatap Olivia tajam.

" Lo dari mana aja sih!? lo tau... gue sudah dipermalukan dan dihina tapi lo malah ga ada". Protesnya marah.

" lo ngomong apa sih? dipermalukan... dihina...? oleh siapa? gue bener bener ga ngerti apa maksud lo Lesha". jawabnya dengan ekpresi terkejut. Lalu kemudian Alesha menceritakan semua kejadian yang dialaminya.

Olivia yang mendengarkan cerita itu sontak kanget bukan main, dia benar benar tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Pangeran George berada di museum ini? dan parahnya lagi berkonflik dengan sepupunya. Dia sama sekali tidak menyangka dan menyesal telah meninggalkan sepupunya itu sendiri apalagi dihari pertanya dilondon. Niatnya ingin menyenangkan hati sepupunya yang sedang kacau tapi setelah kejadian ini dia bahkan tidak yakin lagi apakah dia bisa membuat sepupunya itu ceria kembali.

Sementara itu, George yang baru tiba di istana terlihat duduk terdiam dibalkon chambernya. Matanya yang coklat terlihat tidak seperti biasa, pandangan kosong. Entah kenapa, semenjak kejadian di museum itu pikirannya tidak lagi fokus, hatinya terasa berat dan nafasnya seakan sesak mengingat gadis yang dihinanya tadi. Dia tidak mengerti kegalauan apa yang menimpanya, setiap kali dia mencoba fokus kepekerjaanya wajah manis dan polos itu selalu saja terbayang merasuki rongga otaknya.

Padahal kejadian seperti itu salalu dia alami dan tak terhitung berapa gadis yang patah hati karea dihina olehnya, dia tidak peduli sama sekali. Tapi kali ini untuk pertama kalinya dia merasakan sesuatu yang berbeda, hatinya terasa sakit hanya ketika mengingat dirinya dengan sangat kasar melontarkan hinaan kepada gadis itu. Wajah yang begitu sangat manis, bibir yang sangat seksi mengundangnya untuk sekedar mencicipi walau hanya sedetik, mata yang begitu indah bulat dengan tatapan yang polos dan murni, semua itu dia rasakan sangat jauh berbeda dari gadis gadis yang lain.

Bahkan ketika dia membantunya bernegosiasi dengan pihak museum sebenarnya dia sama sekali tidak mengerti kenapa melakukannya. Karena seharusnya dia biarkan saja gadis itu membayar biaya konpensasi atau bahkan memenjarakannya sekalian. Tetapi seperti ada sesuatu pada gadis itu yang menyebabkan dirinya tidak sanggup melihatnya bersedih.

Walaupun demikian, ketika dia menyadari kalau itu semua sebenarnya hanya akting palsu dan trik kotor dan bahkan sangat nekat hanya untuk menarik perhatiannya dia kembali merasakan darahnya mendidih, giginya menggertak dan tangannya mengepal menahan emosi.

Chapitre suivant