webnovel

Echoes Of Love|GAoW1| [36]

Waduh siapa lagi itu?

Penasaran kan? Sama aku juga penasaran hahaha.

Bagaimana hari-hari kalian? Apakah masih penuh semangat? Aku harap terus semangat ya.

Jangan lupa seperti biasa vote,coment,follow dan dukung terus karya aku.

Happy reading!

________

Suara ratusan langkah kaki manusia terus terdengar di kedua pasang telinga milik Lova. Sesekali indra pendengaran nya menangkap bunyi lain seperti suara kicauan burung, suara tawa anak kecil, suara tangis anak bayi, suara orang yang berbicara dengan berbagai macam bahasa, suara ranting pohon yang bergerak karena angin, suara musik yang berasal dari pengamen jalanan yang berdiri tak jauh dari tempat ia duduk dan suara lainnya yang tak bisa ia sebutkan semua.

Lova menutup kedua matanya lalu menengadahkan kepala nya kearah langit biru cerah yang berada diatasnya. Anak rambutnya bertebangan ke belakang akibat angin yang seolah ikut menyapa kehadiran wanita itu disana. Sinar matahari menyinari muka nya yang tidak ia beri polesan make up sedikitpun namun kecantikan alami tetap terpancar dari wajahnya. Mommy nya pernah mengatakan bahwa wanita itu semuanya memiliki kecantikan yang luar biasa, hanya saja yang membedakan kadar kecantikan mereka adalah tata sikap serta tutur kata nya.

Lova menghirup udara sampai memenuhi paru-paru miliknya. Bau paris sangat berbeda. Ditambah lagi suasana tenang dan damai seperti ini sangat ia sukai. Tidak ada yang perlu ia pikirkan atau khawatirkan. Yang ada hanyalah perasaan tenang dan damai yang menenangkan jiwa dan raga. Kalau dipikir-pikir keputusan Aiden membawa nya ke Paris tidak ada ruginya. Justru berkat Aiden dia sangat bersyukur dapat melihat dunia luar yang sebelumnya belum pernah dia lihat.

"Kau suka suasana Paris?." Ucap seorang pria asing berambut blonde dengan aksen british nya yang kental.

Lova membuka matanya lalu menatap pria yang duduk tak jauh dari tempat ia duduk dengan terkejut namun pria itu hanya membalas tatapan terkejut Lova dengan sebuah senyuman hangat. Kedua lesung pipi langsung tercetak dengan jelas di kedua pipi pria itu saat pria itu tersenyum. Kedua bola mata nya yang berwarna biru terlihat sangat cocok dengan raut wajahnya kecil. Kulitnya yang putih dengan sedikit freckles di pipinya menandakan kalau dia adalah orang Eropa. Pria itu terlihat tampan dengan kaos polos berwarna putih dan celana jeans yang melekat di badan nya yang atletis. Tatapan yang ramah walau tetap terlihat tajam dipastikan akan membuat semua orang meleleh.

Kalau dilihat secara keseluruhan pria itu sangat tampan namun kalau dibandingkan dengan Aiden. Pria ini dipastikan tak akan menang. Kenapa aku malah membandingkan mereka berdua?. Rutuk Lova dalam hati.

"Tenang saja. Aku bukan pria jahat ataupun pria aneh seperti yang kau bayangkan." Ucap nya lembut sambil mengotak-atik sebuah kamera yang tengah ia pegang.

Lova hanya diam sambil mengalihkan kembali tatapan nya kearah depan. Dia sebenarnya sedang tidak ingin ada yang mengganggunya di waktu sendiri nya yang sangat berharga. Bisa dikatakan dia hampir tidak punya waktu tenang sendiri seperti ini tapi dia juga tidak mungkin mengusir orang lain kan?. Bagaimana pun juga ini adalah tempat umum dan siapapun boleh berada dimana saja sesuai keinginan mereka kan?.

"Bolehkah aku duduk di sebelah mu?." Tanya pria itu sopan sambil menatap Lova dengan tatapan berharap.

"B-Baiklah."

Pria itu kembali tersenyum ramah kearah Lova dan Lova membalas senyuman pria itu selayaknya seseorang yang ramah pada orang lain.

"Aku tebak kau juga turis seperti ku." Ucap pria itu setelah membidik objek dengan kamera yang ia pegang.

"Iya aku berasal dari New York." Ucap Lova sambil melihat kegiatan pria itu dengan penasaran.

"Wow The City That Never Sleeps." Ucap pria itu sambil terkekeh.

"Yeah that's right." Ucap Lova dengan senyuman tipis.

"Gotham and Big Apple!."

"Kau tau semua julukan kota New York ternyata." Ucap Lova yang akhirnya tertawa walau sangat pelan.

"Oh cmon! Itu sesuatu hal yang global dan kau bisa lihat di internet. Tak perlu menghapalnya, cukup melihatnya saja kau pasti ingat."

Lova hanya menganggukkan kepalanya lalu kembali melihat apa yang pria itu lakukan. Ternyata pria itu kembali membidik sesuatu dengan kamera Miliknya. Sepertinya pria itu suka sekali dengan fotography atau mungkin pekerjaan pria itu memang seorang photographer.

"Kau mau melihat nya?." Tanya pria itu tiba-tiba dengan menyodorkan kamera nya pada Lova.

"Bolehkah?." Tanya Lova ragu.

"Tentu saja!."

Pria itu mendekat kearah Lova lalu memberi kamera nya pada Lova dan menunjukkan semua hasil foto yang ia ambil dari berbagai tempat. Lova mengerjapkan matanya kagum karena semua hasil jepretan pria itu sungguh luar biasa indah. Pria itu sangat tau sisi atau dari sudut mana dia harus mengambil gambar dari sebuah objek. Sangat luar biasa. Semua hasilnya adalah karya seni.

"Bukannya ini aku.." Ucap Lova heran saat dia melihat ada fotonya didalam kamera pria itu.

"Ah iya.. Aku mengambil foto mu tadi karena aku merasa harus mengabadikan nya kedalam sebuah foto. Maafkan aku. Apa kau ingin aku menghapusnya?. Jika kau keberatan aku akan menghapusnya."

"Tidak apa-apa. Kau tidak perlu menghapusnya tapi dengan syarat kau juga harus membagi fotonya dengan ku " Ucap karena merasa serba salah.

"Baiklah. Nanti aku akan cetak fotomu dan akan aku berikan padamu." Ucap pria itu senang.

"Terima kasih."

"Aku yang seharusnya berterima kasih karena kau mengijinkan aku memotretmu." Ucap pria itu.

"Tidak masalah itu bukan sesuatu hal yang serius."

Pria itu kembali tersenyum lalu merogoh kantung celana nya guna memgambil sesuatu.

"Ini untukmu." Ucap pria itu sambil menyodorkan sebatang coklat yang dibungkus pita biru muda.

"Untukku?." Tanya Lova bingung sambil menatap coklat yang diberikan pria itu.

"Iya ini untukmu. Ayo terima!." Ucap pria itu kembali menyodorkan coklat nya agar diterima.

Lova menerima coklat itu. "Terima kasih."

Pria itu kembali tersenyum. "Itu adalah coklat terakhir milikku. Biasanya aku memberikan nya pada anak kecil agar mereka mau aku photo tapi berhubung aku bertemu dengan mu makan coklat terakhir itu menjadi milikmu."

Lova mengalihkan pandangan nya kembali ke kamera yang ia pegang. Jantung nya berdegup tidak karuan. Semburat merah muncul di kedua pipinya. Diperlakukan lembut dan sopan membuat dia salah tingkah. Padahal dia dan pria ini tidak saling mengenal dan baru bertemu tapi pria ini sukses membuat Lova salah tingkah.

"Semua karya mu sangat luar biasa." Puji Lova gugup sambil mengembalikan kamera milik pria itu.

"Terima kasih. Aku sangat senang kalau kau menyukai karya ku."

Pria itu menatap Lova lalu kembali tersenyum namun Lova tak berani menatap pria itu kembali. Lama-lama melihat pria itu tersenyum bisa-bisa membuat siapapun yang melihatnya langsung mendapatkan penyakit diabetes. Senyuman nya itu sangat berbahaya karena bisa membuat orang ketagihan untuk menatapnya berkali-kali. Ah mungkin faktor pria ini suka makan manis. Tapi itu teori darimana?? Setaunya tidak ada teori seperti itu. Rutuk Lova dalam hati.

"Oh ya.. aku belum berkenalan dengan benar. Perkenalkan namaku Rain." Ucap pria itu sambil menyodorkan tangan kanan nya dengan sopan.

"R-Rain? Namaku Lova." Ucap Lova sambil menjabat tangan pria itu dengan sopan juga.

"Lova? Nama yang indah. Seindah pemiliknya." Ucap pria itu sambil tersenyum tulus. Oh God! Please stop that smile!.

"Lova." Panggil pria itu.

"Ya?."

"Bolehkah aku memotret mu lagi?." Tanya Rain namun kali ini dengan tatapan serius.

Lova menatap pria itu dengan bingung. Dia tidak tau kenapa dia harus menjadi objek foto pria itu dan dia juga tidak punya alasan apapun untuk menyetujui permintaan pria itu. Lagian mereka baru saja bertemu beberapa jam yang lalu namun rasanya seperti mereka sudah mengenal satu sama lain dalam waktu yang lama. Apa karena berbicara dengan pria itu membuat nyaman?.

"Boleh." Jawab Lova.

"Terima kasih! Aku akan memotret mu dari jauh jadi jangan gugup ya. Bersikap normal dan biasa saja. Anggap saja aku tidak ada dan perasaan nyaman yang kau rasakan tadi kembali lagi." Ucap pria itu dan Lova hanya mengikuti semua perkataan pria itu.

'Ada apa dengan ku? kenapa aku dengan mudah nya mengikuti semua keinginan pria itu?.' batin Lova bingung.

Tapi Lova tak ambil pusing untuk hal itu. Lagian juga dia tidak akan bertemu lagi dengan pria itu karena dunia ini sangat luas. Seberapa besar sih kemungkinan kita akan kembali bertemu dengan orang yang pernah kita temui sekali?. Lova kembali memejamkan kedua matanya guna mencoba menikmati perasaan tenang nya kembali. Sejenak dia melupakan semuanya termasuk pria yang bernama Rain tadi. Semuanya benar-benar tenang dan damai saat suara seseorang mengacaukan semua kedamaian yang ia rasakan dan mengembalikan semua kesadarannya kembali.

"Nyonya Lova, anda diminta tuan untuk kembali ke kantor karena meeting nya telah selesai. Kalau anda tidak kembali dalam 5 menit maka tuan akan menjemput paksa anda." Ucap seorang pria dengan tubuh besar dengan pakaian formal serta alat komunikasi yang terpasang di telinga nya.

Lova menatap pria itu dengan pasrah. Dia baru ingat kalau dia diikuti beberapa orang pengawal Aiden karena dia memutuskan untuk pergi ke taman daripada menunggu Aiden selesai meeting di dalam ruangan kerja milik pria itu. Sebenarnya dia tidak ingin diikuti seperti ini namun Aiden tetap memaksa dengan segala ancaman nya. Dan ya seperti ini lah sekarang.

"Baiklah aku akan kembali sekarang."

__________

To be continuous

Chapitre suivant