webnovel

Percobaan Hayabusa

Di sebuah gazebo kayu yang terletak di tepian halaman Mansion, Zilong dan Hayabusa sedang membersihkan senjata mereka masing-masing. Zilong sibuk dengan tombaknya, sedangkan Hayabusa sibuk dengan katananya. Selama itu, tak banyak dari mereka yang berbicara. Kali ini Zilong yang lebih banyak diam, tak seperti biasanya. Pemuda itu nampak sedang memikirkan sesuatu sambil mengelap ujung tombaknya yang runcing dan tajam.

"Ada yang kaupikirkan?" tanya Hayabusa akhirnya yang mencoba membuka percakapan.

Zilong menurunkan tombaknya dan masih membersihkannya. "Apa menurutmu dia tidak akan membuat masalah suatu saat nanti? Siapa tahu ini hanya bagian dari rencananya untuk mengelabuhi kita semua dengan berpura-pura belajar dan melatih kekuatannya di Mansion ini."

"Kau membicarakan siapa? Demon Hunter?" tanya Hayabusa lagi memastikan.

Zilong mengangguk.

"Bukankah Miya sudah menjelaskan tentangnya?"

"Tapi tidak memuaskan rasa ingin tahuku. Tadi aku mencoba menanyakan ini pada Aaron tetapi dia tidak ingin memberitahuku sebelum Flavian tiba di sini."

"Flavian? Ksatria Bangsawan pertama Raja Tigreal? Senior kita?"

"Benar."

"Lalu apa hubungan Flavian dengan Demon Hunter?"

Zilong mengedikkan bahunya. "Aku juga tidak mengerti. Aaron hanya memintaku menunggu sampai Flavian tiba. Saat itu dia akan menjelaskan semua yang ingin kuketahui."

"Jika Aaron sudah berkata begitu maka tunggulah."

Zilong tak menimpali perkataan Hayabusa. Dia kembali berkutat dengan senjatanya.

"Kau tidak berencana minta maaf padanya?" tanya Hayabusa lagi yang sukses membuat Zilong menghentikan aktifitasnya.

"Untuk apa? Kau juga berpikir aku yang salah?"

"Tidak. Hanya saja kau sudah menunjukkan kekuatan Dragon Knight padanya dan melukainya."

"Aku hanya melakukan apa yang ingin kulakukan. Aku hanya ingin melindungi wilayah kita. Itu saja."

"Tapi kuakui pemuda itu memang luar biasa. Esensi racun dari senjatamu bisa terbilang mematikan meskipun kau hanya mengenainya sedikit."

Zilong membuang napas perlahan. "Itu dia. Awalnya aku sempat heran karena dia bisa memulihkan diri secepat itu. Apakah itu kemampuan khusus yang dimiliki seluruh kaum Demon Hunter?"

"Tidak seluruhnya. Dulu aku pernah bertemu dengan seorang Demon Hunter dan dia tidak punya kemampuan seperti itu."

"Kalau begitu dengan kemampuan itu Alucard tidak mudah dikalahkan saat bertarung, bukan?"

"Kalau itu aku tidak sepenuhnya yakin."

"Biar bagaimanapun juga aku bisa merasakan dari duel kami waktu itu. Energi besar itu ada di dalam tubuhnya dan cukup kuat kurasakan. Ada kemungkinan dia memiliki kekuatan yang lebih besar dan berbahaya. Atau mungkinkah itu alasan dia sengaja mengalah dariku waktu itu?"

"Sepertinya kau harus berdoa lebih banyak agar Flavian cepat sampai ke sini. Dengan begitu kau akan mendapatkan jawaban dari semua pertanyaanmu ini."

"Kau ini—"

"Lihatlah, mereka datang," sahut Hayabusa yang tak membiarkan sang Dragon Knight meneruskan perkataannya yang mungkin mengandung umpatan terhadapnya.

Zilong melihat jauh ke arah pintu gerbang Mansion berada. Miya dan Alucard berjalan beriringan hendak memasuki Mansion. "Sejak kapan mereka jadi dekat?" desisnya.

"Entahlah."

Hayabusa mengamati Alucard dari kejauhan. Entah mengapa pemuda itu berhasil menarik perhatiannya sejak pertama kali dia datang. Tiba-tiba timbul dari dalam hatinya untuk menguji sang Demon Hunter. Hayabusa mengambil shuriken miliknya dan melesatkannya dengan cepat ke arah pemuda itu. Tak ada yang bisa menandingi lemparan shuriken Hayabusa yang terbilang cukup jauh dan cepat mengenai sasaran.

"Hei, sedang apa kau?" tanya Zilong yang terkejut dengan aksi dadakan Hayabusa.

"Hanya mengetes."

Tanpa banyak bicara lagi, Hayabusa melesatkan dirinya menuju sang Demon Hunter.

Di sisi lain, Alucard merasakan ada sesuatu yang bergerak ke arahnya. Dengan cepat dia menyadari kedatangan benda yang hampir mengenainya dan reflek melakukan salto mundur dan segera menangkis benda itu dengan pedangnya. Shuriken-shuriken itu berjatuhan. Alucard dan Miya terbengong melihatnya.

"Ini..."

Tak sempat Miya melanjutkan ucapannya, beberapa kelebatan bayangan hitam datang mengepung Alucard. Dia mengenali bayangan itu dan langsung bisa menebak siapa pemiliknya. Alucard nampak tidak keberatan menerima serangan dadakan yang ditujukan padanya. Dia mengangkat pedangnya dan mulai melakukan serangan balik.

Dua senjata berdenting nyaring. Hayabusa kini menggunakan katananya dan berduel dengan seseorang yang ingin dia uji kehebatannya. Berkali-kali Alucard melakukan gerakan tipuan, namun dapat terbaca dengan cepat oleh Hayabusa. Akibatnya, dia terpukul mundur oleh tendangan sang Ninja.

Kini Alucard mengincar kaki Hayabusa dan berusaha mencuri pukulan ke arah rusuknya. Itu merupakan salah satu teknik eksperimennya ketika sedang berduel. Meskipun teknik itu sering dia gunakan, tetapi kali ini dia ingin menunjukkannya pada sang Ninja muda itu. Hayabusa menghentakkan kakinya dan melompat ke udara. Alucard tidak berhasil mengenainya. Dengan cepat Hayabusa membuat kembali bayangan dirinya dan menyerang Alucard dengan gerakan cepat dan senyap.

Alucard menyabetkan pedangnya dan menangkis setiap serangan Hayabusa. Di waktu yang sama, Hayabusa melesatkan shurikennya dan berpindah ke dalam bayangannya yang berada di posisi lain sambil menyerang pemuda itu dengan katananya. Alucard dengan sigap meliukkan tubuhnya dan berhasil menghindar.

"Kau sangat lincah ternyata," ucap Hayabusa di sela jeda duelnya.

"Kau juga lebih gesit dari yang kubayangkan."

"Menurutmu begitu?"

"Mungkin."

"Beraninya kau mengalihkan perhatianmu dariku!"

BUGGHHH!!

Tiba-tiba Hayabusa datang dari belakang dan menendang punggung Alucard dengan keras. Alucard tersungkur ke tanah. Pedangnya terlepas dari tangannya.

"Eghh," rintih Alucard pelan.

Miya tersentak kaget melihat Alucard dapat dirobohkan oleh seorang Ninja. Dia bergegas menghampirinya.

Hayabusa mengulurkan tangannya pada sang Demon Hunter bermaksud memberinya bantuan untuk berdiri. Alucard menatapnya sejenak lalu meraih uluran tangan itu. Alucard membuang napas dan melihat ke tempat dia barusan berbicara pada sang Ninja tetapi sosok itu sudah tidak ada lagi di tempatnya.

"Apa yang kaulakukan?"

"Bagaimana kau bisa...," jawab Alucard kebingungan. Pasalnya dia belum pernah melihat kemampuan Hayabusa yang satu ini kecuali hanya bayangan hitam miliknya saja.

"Iya, bagaimana kau bisa melakukannya? Jelas-jelas aku sendiri juga melihatmu bicara padanya, tapi tiba-tiba kau datang entah dari mana," imbuh Miya penasaran. Dia juga merasa takjub dengan kemampuan Hayabusa yang tidak pernah ditunjukkannya selama di Mansion.

Hayabusa menyarungkan kembali katananya yang berada di punggungnya. "Aku baru mempelajarinya. Sangat sulit, kau tahu. Dan aku cukup puas, ternyata aku berhasil."

"Jadi kau menggunakanku sebagai obyek percobaan?"

"Benar. Kau memang cukup tangguh."

"Dia bukan cukup tangguh lagi. Tuan Alucard ini memang kuat," sahut Miya tak terima.

"Tidak," kata Alucard menampik pembelaan Miya. "Sejak awal aku memang sudah terkesan dengan kemampuanmu, Hayabusa. Diantara banyaknya ninja, aku belum pernah bertemu dengan seorang ninja sepertimu. Bakatmu luar biasa," puji Alucard sungguh-sungguh.

Hayabusa tidak terlalu senang dipuji. Baginya, kemampuannya itu masih belum sempurna. "Jadi, ada kabar tentang kedatangan Flavian? Kudengar dia akan datang," tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Kau sudah mengetahuinya?"

"Aku baru dengar dari Zilong."

Alucard sudah menduganya. Sebuah berita pasti akan cepat muncul ke permukaan. "Kami masih menunggu. Kuyakin perjalanannya masih sangat jauh."

"Sebaiknya kita masuk sebelum Tuan Aaron melihat kita berkasak-kusuk di sini." Miya melewati mereka berdua dan lebih dulu berjalan masuk ke dalam Mansion.

"Flavian bertugas di Kerajaan Ratu Eudora, kan? Dulu aku pernah satu kali ke sana untuk mengantar hadiah dari petinggi kami. Kudengar ada jalan pintas menuju Calestine Land. Tapi aku tidak pernah tahu di mana letaknya. Kalau Flavian tahu jalan itu, seharusnya dia bisa cepat sampai ke sini."

"Begitukah? Kuharap begitu."

"Baiklah. Aku mau kembali ke tempatku."

Hayabusa mulai melangkah menjauhi Alucard, namun dia kembali berhenti tanpa menoleh ke pemuda itu.

"Aku menyebutnya teknik penggandaan diri. Tidak mudah bagiku mengeluarkan jurus itu. Tapi meskipun ini hanya uji coba, aku tidak menyangka kalau kau akan terkecoh dan tertipu oleh sebuah bayangan. Nampaknya kau tidak memperhatikan apakah ada bayanganku di tanah atau tidak."

Alucard mengakui kecerobohannya. Dia memang mengutamakan emosinya untuk melemahkan Hayabusa, tetapi ternyata dia pun bisa tertipu.

"Kau benar. Aku tidak seharusnya lengah. Terima kasih sudah memperlihatkan kemampuan barumu padaku."

"Berhenti bersikap bodoh dan pertahankan kehebatanmu. Orang-orang di sini percaya kalau kau yang terhebat. Setidaknya tingkatkan kewaspadaanmu. Kau tidak akan pernah tahu siapa musuhmu."

Selesai bicara, Hayabusa langsung melesat dan menghilang dari hadapan Alucard.

Alucard diam terpaku. Sorot matanya masih memandang ke tempat tadi Hayabusa berdiri. Untuk pertama kalinya dia dikalahkan dalam duel percobaan. Dia menyadari kekeliruannya, tapi juga tak menampik bahwa kemampuan baru Hayabusa memang sangat sulit dihindari. Bahkan dia yakin yang tadi bicara padanya itu memang sosok Hayabusa yang asli, bukan bayangannya. Dan tentang bayangan aslinya di tanah, Alucard akui juga tak sempat memerhatikannya. Dia sama sekali tak berpikir ke arah sana.

Dengan perasaan takjub, juga kecewa dengan dirinya sendiri, Alucard mengambil pedangnya yang terjatuh di tanah. Dia membersihkan debu yang mengotori pedangnya dengan dua jarinya.

"Maaf, aku lengah sesaat."

Chapitre suivant