webnovel

Suki Desu

Ngg..., ini sebenernya bagian ini tuh isinya lemon keras 🍋,,, tapi waktu Gao nulis, rasanya malu banget soalnya pikirannya Gao udah lari ke mana-mana nggak karuan, jadi deh Gao hapus bagian itu dan ngetik yang baru, soalnya Gao juga agak gimana gitu ya posting cerita itu....

Selain itu, juga ada mantan senpai di SMP ngikut terus sambil tereak-tereak: "Tobat! Tobat! Masih kecil lo! Brenti nulis beginian!!" Eh, dianya juga masih kecil baca beginian :v

Maaf mengecewakan yah...

##

Hinata mendorong bahu Sasuke yang lebar dengan keras sehingga ciuman mereka yang bertaut dengan erat mendadak terputus. Sasuke yang syok atas respons Hinata mengernyit ke arahnya demi meminta penjelasan.

Mereka sekarang berada di balkon apartemen Hinata yang luas, di atas sofa, dan duduk berhadap-hadapan seperti orang-orang dari suku Indian. Hembusan angin yang berhembus membuat mereka bergidik karena dingin, apalagi sekarang sudah malam.

Salahkan saja Sasuke! Pria itu malah memilih tempat ini dari semua ruangan yang ada di apartemen Hinata. Dia bahkan menolak usulan Hinata untuk melakukan'nya', eh maksudnya berlatih di kamar tidur Hinata yang jauh lebih nyaman. Dia bilang, suasana di balkon saat malam hari itu jauh lebih romantis daripada di kamar.

Setelah mereka keluar, Hinata memang harus mengakui kalau pemandangan kota di atas balkon di kamar apartemennya yang terletak di lantai 17 memang sangat indah. Lampu-lampu yang dinyalakan di setiap rumah di bawah mereka terlihat berkelap-kelip seperti kunang-kunang di tengah lapangan yang gelap, dan gedung-gedung lainnya yang terlihat jelas karena ukurannya yang lebih besar menyala seperti lentera. Bahkan, bintang nun jauh di atas sana tak tertutup oleh apa pun, begitu juga dengan bulan yang mekar dengan sempurna.

Yah, ini jelas-jelas suasana yang romantis. Bagaimana bisa aku yang tinggal di sini selama lebih dari dua tahun malah tidak pernah menyadari ini?

Beberapa menit lalu, setelah selesai menyiapkan tempat dan lain-lain, sesi latihan dimulai.

Sasuke dengan tenang mengajak Hinata duduk di atas sofa yang menempel di besi pembatas yang berulir rumit dan langsung menciumnya. Tapi itu tidak lebih dari lima belas detik karena Hinata dengan kejam mendorongnya menjauh.

Sambil menyeka mulutnya yang basah dengan punggung tangan, Sasuke menatap Hinata dengan kesal. Ironisnya, Hinata yang diciumi dengan begitu menggebu malah tidak mengubah ekspresinya yang bingung sama sekali, wajahnya juga bahkan tidak merona!

"Ada apa?" Tanya Sasuke, nyaris berteriak karena kesal. Bagaimana mungkin Hinata melepaskan pagutannya saat dia baru akan memulai? Menyedihkan sekali, Sasuke bahkan merasa akan menangis seketika.

Hinata yang ditanyai mendelik ke arah Sasuke dan cemberut dengan imut. "Seharusnya aku yang bertanya 'ada apa?'. Kau berniat mengajariku atau menciumiku?"

Sasuke mendadak merasa gugup.

Sambil mengalihkan pandangan ke pemandangan di bawahnya untuk menghindari tatapan Hinata yang sengit, Sasuke menyahut pelan dan langsung membenci dirinya sendiri karena berkata dengan kikuk, "Ngg... i-itu bagian dari... da-dari pembelajarannya..."

"Pelajaran apa?" Sahut Hinata dengan cepat. "Kau langsung menciumku dan tidak mendasariku lebih dulu dengan teori tertentu! Bagaimana bisa itu disebut pembelajaran?"

Sasuke yakin ia akan menangis sebentar lagi jika ia terus-menerus bersama dengan gadis yang kelebihan polos ini. Dan apa tadi dia bilang? "...tidak mendasariku lebih dulu dengan teori tertentu!" Ya Tuhan, memangnya ada teori dalam berciuman? Sasuke mendadak diserang vertigo.

"Oh ya sebentar," seru Hinata kemudian berlari dengan ringan kembali ke apartemennya. Sasuke mendengar suara barang pecah belah dan tidak bisa tidak memikirkan bahwa Hinata baru saja membuat rumahnya menjadi kapal pecah.

Tak lama kemudian, Hinata kembali dengan kondisi yang menyedihkan; pipinya memerah karena kelelahan, napasnya memburu dan rambutnya acak-acakan. Dia memegang kertas memo dan sebuah pena di tangannya dan langsung menulis sesuatu di atas permukaannya setelah duduk menghempaskan diri di samping Sasuke yang bingung.

Karena penasaran, Sasuke melirik kertas memo di tangan Hinata dan membaca tulisan tangan yang kecil dan rapi.

'Saat kau berciuman, hal yang harus kau lakukan adalah mulai mencium dengan lembut, menutup mata secara perlahan, kemudian mulai menghisap mulutnya. Biasanya, orang yang sedang berciuman tidak bernapas. Aku akan tanyakan pada Uchiha-sensei mengapa bisa begitu...'

Gadis ini... Sasuke langsung merasa sakit kepala. Dia benar-benar menulis apa yang aku lakukan saat berciuman dalam catatan?! Dan... Dia memanggilku Uchiha-sensei? Oh God...

Hinata yang tidak menyadari apa-apa mengesampingkan catatannya dan mendongak untuk menatap Sasuke. "Ayo belajar lagi."

Sambil menatap wajah polos itu, Sasuke mendengus, terlihat kesal, kemudian menyahut dengan suara yang disetel geram, "Kau memutus pembelajaran di tengah jalan. Aku tidak mau mengajarimu lagi!"

"Eh? Bagaimana bisa begitu? Aku kan memutus pembelajaran tadi karena aku harus mencatat penjelasanmu," sahut Hinata sambil cemberut. Sasuke mendelik, aku tidak pernah menjelaskan padanya apa apa! "Oh ya, daripada mengajariku, lebih baik latihan langsung menggunakan naskahnya!"

Latihan langsung menggunakan naskah.... Apa gadis ini tidak sadar bahwa dia perawan? Apa dia tidak tahu kalau adegan yang ada di naskah adalah benar-benar adegan vulgar?? Sasuke mengesampingkan itu dari benaknya dan menyeringai di benaknya. Ah, sebodo amatlah, toh dia yang menyerahkannya dengan cuma-cuma padaku.

Berdehem, Sasuke mengeluarkan naskah film yang terlipat dengan rapi di saku celana denimnya yang lega, kemudian menunjukkan benda itu. "Ini."

Hinata membaca sekilas naskah itu dan mengernyit. "Di sini dikatakan bahwa Sarutoby Sasuke menekan Otsutsuki Hinata ke tanah yang hanya dilapisi selimut ringan. Suasananya masih pagi dan ada suara burung di pepohonan hutan.... Oh, pantas saja Tuan Jiraya mengadakan syuting berikutnya di gunung."

"Um."

"Tapi kenapa di sini kita harus berciuman? Bukankah aku diracun oleh Gaara di adegan terakhir dan membawaku ke apartemennya, lalu kau menyelamatkanku? Apakah setelah itu kau langsung membawaku ke hutan?" Tanya Hinata. "Naskah ini benar benar ambigu."

Sasuke yang menangis darah di dalam hatinya menyerah pada harapannya untuk melatih Hinata 'adegan berbahaya' dan mendengus pelan, membiarkan pikiran mesumnya menguap dan memutuskan mengajari Hinata secara teori. Toh, gadis ini juga lebih percaya pada hal seperti itu.

Sayangnya, untuk pertanyaan Hinata yang kritis, Sasuke juga tidak tahu harus menjawab apa. Kalau dipikir-pikir, naskahnya memang membingungkan. Sasuke sendiri yang menjadi pemeran utamanya juga bingung. "Mungkin Jiraya merencanakan sesuatu. Tidak ada gunanya menebak apa yang dipikirkan sutradara itu."

Gadis itu mengguk. "Aku pernah membaca di buku..." Sasuke menarik napas, sekarang apa yang akan dia bicarakan? "...kalau ciuman bisa mengungkapkan cinta dan perasaan kasih sayang, juga ucapan terima kasih."

"Kau membaca itu di buku neraka jenis apa?" Sahut Sasuke.

Hinata langsung menjawab dengan senyum riang dan suara yang mantap, "Buku ketujuh, Harry Potter and The Deathly Hallows, buku kedua dalam serial Time Riders, serta di anime Koi to Uso."

Err, dia menghapalnya dengan sengaja atau dia memang punya ingatan yang kuat? Dan apa tadi dia bilang? Apa-apaan tadi maksudnya dengan bilang kalau dia membaca buku dan menonton anime? Dia tidak menyebutkan satu film saja yang sungguh-sungguh diperankan manusia? Sasuke langsung migrain.

"Owh, mungkin aku menciummu di adegan itu untuk menyatakan kasih sayang."

"Tidak," sahut Hinata dengan cepat. "Di sini dikatakan bahwa aku yang menyerangmu. Apa aku akan membunuhmu lalu menciummu untuk meminta maaf?"

Innalillahi wainna ilaihi roji'un, telah meninggal dunia, Sasuke Uchiha, karena sangat bingung atas semua pertanyaan kritis dari Nona Hinata Hyuga.

Akan tetapi, betapapun memusingkannya gadis ini, Sasuke tetap menelengkan kepala ke satu sisi dan tersenyum dengan lembut saat menatap wajah Hinata yang berkerut karena bingung. Kelopak matanya mengerjap dengan tegas dan mulutnya yang berwarna ceri alami membuatnya terlihat sangat manis.

Harus diakui, Sasuke tidak pernah bertemu gadis yang membuatnya merasa seperti ini; merasa bodoh karena tidak bisa menjawab pertanyaannya, dan membuatnya berpikiran mesum hanya dengan melihat matanya. Sasuke tidak pernah tergoda pada gadis manapun, dan tampaknya dunia menjadi berbeda setelah Hinata datang. Sasuke benar-benar menginginkan Hinata di dalam dirinya seutuhnya. Mungkin karena mereka bertemu setiap hari, berinteraksi di setiap adegan, dan mengetahui sifat asli masing-masing, cinta perlahan mulai tumbuh?

Tapi apa keinginan Sasuke untuk memiliki Hinata seutuhnya bisa disebut cinta? Dia merasa tidak bisa membiarkan Hinata bersama orang lain, termasuk Naruto, bahkan kalaupun gadis itu merasa bahagia bersamanya.

Sasuke mengingat sebuah kalimat yang ditulis oleh seorang penulis dalam buku hariannya yang dipublikasikan setelah kematiannya:

"Ngg, itu kedengerannya agak klise yah, tapi kalo kamu pernah ngerasain yang namanya cinta yang tulus sama seseorang, kamu juga pasti bakalan rela berkorban apa pun demi dia. Kalo kamu lebih kepengin mendominasi dia dalam hubungan, percaya deh, itu bukan cinta, tapi nafsu, dan dua frasa itu bedanya jauuuuh banget!!"

Yah, Sasuke benar-benar buruk terkait dengan hal-hal seperti ini...

"Hei!!" Seru Hinata sambil menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah Sasuke. Pria itu tersentak saat gadis di depannya menghancurkan imajinasinya seperti memecahkan sebuah gelembung, tapi dia dengan cepat kembali menguasai dirinya. "Kau mendengarkan aku tidak?"

"Oh um..." tadi gadis ini berkoar-koar tentang apa? "Kau bisa mengulanginya, Hime?"

Blush! Pipi Hinata merona sempurna mendengar panggilan kesayangan yang dilontarkan Sasuke, dan dia mendadak menjadi malu dan nyaris melupakan apa yang dia katakan tadi, "A-ano... di anime itu... juga di-disebutkan kalau... jika kamu mencintai seseorang, kamu merasa ingin mencium mereka se-setiap saat..."

Ah, aku merasakan itu setiap saat ketika aku bersama denganmu...

Untungnya, Sasuke bisa menahan itu hanya sampai di ujung lidahnya, tapi tidak mampu menahan tangannya untuk menyentakkan kepala Hinata ke arahnya dan kembali menciumnya, tapi kali ini bibirnya menekan dengan lembut dan hanya menautkannya tanpa melibatkan bagian mulutnya yang lain; itu nyaris seperti ciuman anak kecil!

Tapi bagaimanapun, dicium tiba-tiba dengan lembut oleh seorang pria seperti itu, mau tak mau membuat Hinata membelalak kaget. Ironisnya, dia hanya diam dan merasa aneh karena dia sama sekali tidak merasa tidak nyaman...

Sasuke melepaskan mulut mereka dan menekan kening Hinata ke keningnya, lalu dengan lembut berucap, "Suki desu."

Chapitre suivant