webnovel

Nafsu Atau Cinta?

"Jadi mana yang benar, kamu ingin menikahiku karena nafsu atau cinta?". tanya Ana dengan memicingkan mata nya.

"Tentu karena aku mencintaimu makanya aku ingin memilikimu sepenuhnya". Jawab Aldi dengan tegas.

"Cinta kamu bilang? bahkan menunggu barang sedikitpun kamu tidak sanggup padahal kamu tinggal akad pada hari itu setelah itu kamu bisa memilikiku, tapi kamu tidak sabar menunggu hari itu sampai kau mengkambing hitamkan cinta untuk nafsumu dan melampiaskan nya ke perempuan lain, dan perempuan itu adalah teman baik ku? apa itu pantas buat kalian berdua hah ." Suara Ana mulai meninggi ketika menekankan kata teman baik, dia kecewa dan sangat hancur dengan kenyataan ini.

Merasa tidak terima dengan ucapan Ana, Violin pun menyela pembicaraan mereka berdua dengan angkat bicara.

"Ms. Ana jangan sok suci kamu. Kami melakukannya sudah satu tahun, tapi sayang kamu terlalu bodoh untuk menyadarinya". ucap Violin dengan bangga.

Aldi melirik Violin dengan kesal karena perkataan nya yang tidak bisa di saring.

"Diam ... Kamu Violin..!". bentak Aldi.

Ekspresi Ana tetap tenang meskipun hatinya merasa geram ingin berteriak mendengar pengakuan Violin yang berarti Aldi sudah menghianatinya sejak lama, begitupun Violin yang tampak baik menyembunyikan perselingkuhan nya dengan Aldi.

"Violin kamu benar aku tidak begitu pintar karena tidak bisa membedakan mana ular dan yang bukan". lanjut Ana seraya tersenyum pahit ke arah Violin. Setelah itu Ana berbalik lagi menghadap pintu keluar.

Mendengar ucapan Ana, Violin semakin marah dan berteriak ke arah Ana.

"Dasar Janda, kamu kira kamu cantik, akan ku beritahu kamu kalau yang namanya janda itu pasti gatel gak tahan sendiri. Bisa saja kau menolak Aldi di depan nya tapi siapa tau di belakangnya lelaki mana yang kau mainkan, hanya karena jilbabmu kau sudah merasa paling suci haah!".

Kata-kata Violin yang menekankan kata "Janda". membuat hati Ana terkoyak seolah membuka luka lama yang begitu menusuk.

Aldi yang mendengarnya merasa kaget dan berlari mendekat ke arah Ana.

"Benarkah kamu seorang Janda? " tanya Aldi dengan tatapan mengintimidasi". Kenapa kamu diam? apa itu artinya benar? dan selama ini kamu berbohong padaku?". lanjut Aldi dengan ekspresi kesal.

Ana berbalik menatap Violin dengan tatapan sinis dan mengabaikan pertanyaan Aldi

"Dari mana violin tau kalau aku pernah menikah? apakah ini ulah Shasa?". Batin Ana.

Setelah beberapa saat terdiam, Aldi terlihat tidak sabar akan kediaman Ana.

"Ha ha ha. Jadi, selama ini calon istriku adalah seorang janda? sungguh menjijikan lelaki tua mana yang kamu nikahi? terus bagaimana kamu diceraikan tanpa sepeserpun harta? apakah kamu istri simpanan? jadi setelah kamu ketahuan istri pertama kamu langsung diceraikan begitu? untung aku tidak jadi menikahimu". ucap Aldi sambil tersenyum licik sekaligus kesal.

Ana masih terdiam dan menatap sinis ke arah dua pasangan yang tak tau malu di depan nya.

Dia tak habis pikir Aldi akan sampai hati mengatakan kata-kata yang begitu menyakitkan, Aldi yang dia tau adalah lelaki yang hangat dan selalu memperlakukannya dengan baik, dan tak pernah menyakiti hatinya.

"Dia hanya terdiam itu artinya yang kau katakan itu benar sayang, uhh menjijikan, pantas saja saudari dan neneknya begitu membencinya sayangnya Ayah tirinya masih membelanya karena ibunya". ejek Violin dengan penuh kemenangan.

"Astagfirulloh..ya Allah kuatkan aku, beri aku kesabaran ketika dua orang ini berusaha membuka luka ku tanpa perasaan". Gumam Ana dengan mata berkaca-kaca.

Ana masih terdiam tak mengatakan apa-apa, hanya beberapa butir air mata tanpa emosi yang menjawab semua pertanyaan dan tuduhan tak berdasar dari Aldi dan Violin.

Tanpa mengatakan apapun Ana langsung berlari pergi meninggalkan Aldi dan Violin.

Sedang Aldi tampak kacau, dia tidak berminat lagi melanjutkan adegan nya dengan Violin, dia mencintai Ana tapi dia juga merasa di bohongi dan membuatnya kecewa.

Setelah dari kantor Aldi. Ana kembali ke kos nya dengan ratapan hati yang memilukan. Di dalam kamar nya, dia membiarkan air mata nya meluncur deras sesegukan.

"Ya Allah, hatiku sangat sakit. Entah kenapa aku merasa putus asa, aku ingin berhenti dan tidak mau lagi membuka hatiku untuk siapapun. Apakah sendiri dan dilukai berang kali adalah takdirku?". Batin Ana sembari menatap langit-langit kamar nya.

"Ahhh ... Ada apa sih denganku? kenapa aku harus menangis demi lelaki menjijikan itu?, aduhhh gengsi banget ya, secara dia nya lagi main gila dan tertawa dengan wanita lain masak aku disini nangis, aduh enggak banget deh. Harus nya aku bersyukur karena Allah menjauhkan dia dariku, dan membuka mataku hari ini bahwa nyatanya aku memang sudah salah pilih. Apa engkau punya rencana lain untuk ku ya Allah?". Batin Ana lagi seraya menyeka air mata nya.

Setelah puas membatin dan menikmati kesedihan nya, Ana bangkit dari tempat tidur nya dan bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

»Satu Minggu Kemudian«

Seminggu telah berlalu sejak calon suaminya pergi di hari akad nikahnya.

Pengkhianatan Aldi dan Violin membuat Ana merasa putus asa dan kini dia benar-benar merasa lelah hingga memutuskan untuk tidak lagi memikirkan soal cinta.

Karena sudah pernah merasakan patah hati yang paling parah Ana pun tidak membutuhkan waktu lama untuk merapikan hati nya yang sudah dihancurkan oleh Aldi.

Kini Ana hanya fokus ke pekerjaannya yang biasa dan berusaha melupakan apa yang sudah terjadi, namun berita itu ternyata masih hangat dan menjadi topik utama di kampus.

Namun Ana yang pembawaanya memang selalu terlihat tenang tidak menunjukkan ekspresi apapun bahkan ketika dia menyadari pernikahanya batal, hatinya hanya berdenyut dan kecewa terhadap kenyataan yang di terimanya, baginya di fitnah dan di hina serta dikecewakan sudah menjadi hal biasa.

Chapitre suivant