webnovel

Dua Puluh Dua

Setelah pelukan mendadak dari belakang yang dilakukan Abdi,Mega masih merasa malu ketika harus berhadapan langsung apalagi bertatap muka dengan suaminya.Abdi baru saja beberapa menit yang lalu pergi untuk memenuhi panggilan dari atasanya yang tidak bisa di tunda besok pagi padahal dia sendiri baru datang. Mega merasa keheningan rumah itu lagi dia sangat tidak menyukai keheningan karena hal itu membuatnya takut.

ingatannya kemabali pada kampung halamannya yang telah lama ia tinggalkan dan menjadi mimpi buruknya dan ketakutannya. Dulu ketika masih sekolah SMP Mega ingin berangkat mengaji setelah sholat magrib di moshola dekat rumah malam yang mulanya tenang dan bintang bertebaran di langit hal ini membuat Mega semangat untuk berangkat mengaji menimba ilmu dan menjaga wahyu Allah agar tetap terpatri di sanubarinya.

Mega berjalan seorang diri bermodalkan senter yang tidak terlalu besar ayahnya pak Aru tak bisa mengantarnya samapi ke moshola jadilah ia berangkat sendirian, awalnya rasa takut itu tak pernah ia miliki hingga suatu hari ia menjadi saksi nyata sebuah pembunuhan di desanya. Gadis yang terkenal cantik di desanya mati dengan sangat menggenaskan di kegelapan malam tak ada satupun orang yang manolong sementara Mega bersembunyi di balik pohon besar, ia ketakutan luar biasa tangannya bahkan gemetaran ia melihat pembunuh itu mengayunkan pisau tanpa ampun dan mati sektika gadis itu bersimbah darah. mega ingin berteriak meminta toling tapi mulutnya kaku suaranya tercekat di dalam tenggorokan Dia berlari jauh meninggalkan tempat kejadian itu, sampai ayahnya bingung melihat Mega datang kerumah seperti orang linglung dan tak dapat bicara.

"Mega ada apa? " tanya ayahnya, mulut Mega kaku dia tak mampu mengatakan apapun.

"ada apa ini pak? " tanya bu Uty yang baru saja keluar kamar melihat putrinya pucat dan tidak bisa bicara sama srkali.

"Mega ada apa? " tanya bu Uty lagi,Mega malah menubruk ibunya, memeluk dengan erat dan tangannya masih gemetar. Tak lama ketukan pintu betubi-tubi di pintu rumahnya, ayah Mega adalah seorang ketua Rt jadi hal apa saja pasti akan cepat sampai ketelinganya.

Pak Aru membukakan pintu yang dari tadi seperti orang yang tak sabar karena ketokannya sangat kencang dan bertubi-tubi.

"ada apa? " tanya Pak Aru pada warga yang terlihat tergopoh-gopoh sehabis lari.

"ada mayat pak di dekat pohon mangga di samping moshola" kata orang itu

"apa... yang benar kamu? " tanya Pak Aru mencari kebenaran di wajah warganya itu.

"benar pak, sepertinya pembunuhannya masih baru, kita harus cepat hubungi polisi! " kata Warga itu lagi

"baik... kita kesan dan langsung melapor kepada kepala desa"

Setelah berpamitan pak Aru meninggalkan Mega dan ibunya. Mega masih sama diam tak mengatakan apapun yang baru saja ia lihat di kegelapan malam. Bu Uty dengan setia memeluk putrinya itu membimbing Mega untuk tidur setelah selesai sholat isha.

"Jangan di tinggal bu! " pinta Mega, bu Uty sempat heran melihat putrinya yang terkenal pemberani itu kini tak berani tidur sendirian.

"loh biasanya juga tidur sendiriankan" kata bu Uty,Mega menggeleng penuh harap agar ibunya tidak meninggalkannya sendirian.

"Mega takut bu" Jatuh sudah air mata itu, nyali Mega menciut sejak saat itu ia bahkan sangat takut ketika gelap dan sendirian bayangan itu selalu hadir meski terasa samar. Pembunuhan di kegelapan yang terjadi di desanya Membuat Mega hampir tak pernah lagi pergi sendirian dia selalu di antar ayahnya kemanapun itu. Bahkan ketika memutuskan untuk bekerja jauh ayahnya bahkan hampir tiap minggu datang menjenguknya. Untung Mega cepat bertemu Willy hingga mereka bisa tinggal satu rumah dan satu kamar hal itu sedikit membuat Mega tenang dari rasa takutnya.

***

Jam sudah menunjukkan jam 21.00 Abdi bahkan belum pulang sama sekali dia tadi berjanji akan pulang cepat jika sudah selesai urusannya tapi ternyata tidak dia tidak pulang padahal sudah jam malam. Dari tadi Mega membolak-balik badanya mencari posisi tidur yang nyaman agar mata yang terasa manja ini tertidur. Kepalanya sudah terasa mendingan bahkan suhu badannya juga mulai turun.

Mega kembali melirik jam dinding dan desahan keluar dari mulutnya "sepertinya ia tidak akan bisa tidur malam ini" berulang kali Mega bangun dan rebahan lagi, menutup kepalanya dengan bantal hal itu tak berpengaruh matanya tetap setia tak mengantuk bahkan telinganya sekarang sudah mulai menangkap suara-suara aneh di luar rumahnya.

Karena mulai takut dia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut menyetel morotal di hpnya cukup kencang hingga menggema di seluruh ruangan kamarnya.

"semoga mas Abdi cepat pulang! " batin Mega memohon dia masih belum bisa menghilangkan pobia takutnya itu.

Saat ini Abdi sudah memasuki rumahnya dari tadi dia memanggil istrinya itu tak ada sahutan sama sekali mungkin tidak terdengar sampai kedalam, jadilah Abdi membuka pintu rumah yang tadi di kunci Mega dari dalam menggunakan kunci cadangan yang selalu ia bawa.

Langlah kakinya dia bawa menuju ruang televisi yang masih menyala dia mengira Mega masih di depan tv ternya di situ tak ada penghuni sama sekali tapi tv itu tetap menyala tanpa tuannya. Setelah mematikan tv yang di tinggalkan tuannya begitu saja, langkah kakinya ia bawa lagi menuju kamarnya dan benar saja suara morotal surah al baqarah itu terdengar kencang di dalam kamar, sementara yang ia lihat Mega bersembunyi dalam gulungan selimut. Abdi mematikan suara hp itu yang terletak di nakas dekat tempat tidur, pergerakan terlihat dari selimut yang menutupi tubuh Mega. Abdi berusaha menarik selimut itu tapi sepertinya Mega memegangnya sangat kuat.

"sudah pergi saja sana, aku takut jangan di ganggu" pinta Mega, hal itu membuat Abdi penasaran dan menyentak selimut itu dengan kencang dan melihat Mega meringkuk di tempat tidur menyamping.

"Mega" Tangan Abdi menyentuh pundak Mega ada kekagettan yang jelas terlihat, Mega mengenali suara itu dan ia langsung berhadapan dengan suaminya itu.

"kenapa? takut kok sampai menyetel morotal sekencang itu" kata Abdi

"Mega takut mas" rengeknya yang langsung mendapatkan tawa dari Abdi.

"kamu sudah sebesar ini masi takut" kata Abdi sambil beranjak berdiri melepas jaketnya yang tadi ia tunda untuk melepasnya.

"apa yang kamu takutkan, rumah ini aman saya sering tinggal sendirian di sini. " kata Abdi

"tetap saja Mega takut... ya takut" sahut Mega kesal ketika melihat respon Abdi kepadanya.

"apa Ac kamar ini kamu matikan? " tanya Abdi ketika merasa hawa panas mulai terasa di kulit. Mega mengangguk pasti karena kondisi badan seperti ini hawa Ac terasa sangat dingin.

"sudah mending kamu tidur! " pinta Abdi sambil menyalakan Ac di kamar itu lagi.

"mas Abdi masih belum mau tidur? " tanya Mega

"saya ada sedikit yang akan di kerjakan, tapi melihat tatapan horor di wajahmu sepertinya saya akan menunda pekerjaan itu sementara, saya akan temani kamu tidur" kata Abdi sambil merebahkan tubuhnya yang sudah sangat penat dan meminta untuk istirahat. Setelah membaca do'a sebelum tidur Abdi dan Mega siap merebahkan punggungnya di kasur yang empuk.

"Mega" panggil Abdi yang sudah memiringkan tubuhnya kearah mega.

"hemm" sahut Mega singkat yang sibuk merapikan letak selimutnya.

"apa selama saya pergi, kamu selalu ketakutan seperti itu? " tanya Abdi

"kalau di siang hari Mega masih berani tapi kalau sudah beranjak malam seperti ini apapun yang terlihat seperti bergerak sendiri" sahut Mega sambil menampilkan senyum manisnya.

"itu cuma hayalan kamu saja" kata Abdi

"tapi itu kenyataannya" sahut Mega agak sewot karena respon Abdi biasa-biasa saja.

"kamu kebanyakan nonton horor kali, jadi melihat apapun bisa bergerak sendiri" sergah Abdi.

"ngak sumpah deh, swer malah" sahut Mega tak mau kalah

"jangan jadikan sumpah sebagai candaann" kata Abdi langsung menarik hidung Mega

"aduh... mas ini sakit, lepas..! " pinta Mega karena hidungnya menjadi sasaran kekesalan Abdi, untungnya laki-laki itu melepaskannya, kalau tidak apa kabar dengan didung Mega yang menjadi sasaran ini.

"Sudah mendingan kamu tidur" pinta Abdi kemudian.

"sudah menelpon ibu? katanya ibu sakit makanya Ayu pulang lebih cepat " tanya Mega membuka pembicaraan.

"sudah... kata ibu dia baik-baik saja dan melarang saya untuk pulang"

"apa sakit kepalamu sudah hilang?" tanya Abdi sambil menyentuh kening istrinya untuk memastikan apakah suhu tubuh istrinya itu juga sudah turun.

"sudah lebih baik" sahut Mega canggung karena Abdi hari ini sangat sering menyentuhnya.

"kalau begitu cepat tidur" pinta Abdi dan Mega langsung membenarkan tidurnya mencari posisi yang nyaman untuk tidur.

Mereka diam sesaat karena sudah tak ada lagi yang ingin di bahas Abdi sudah merubah posisi tidurnya dengan telentang dan mulai memejamkan matanya. Tapi Mega masih belum bisa memejamkan matanya.

"mas" kata Mega di sela kesunyian

"hemm"

"Ac nya dimatikan saja ya, dingin.. " keluh Mega sambil ia bangun untuk mengambil remot Ac yang berada di atas nakas tapi Abdi melarangnya.

"jangan... "

"tapi mas ini itu dingin, matikan saja saya Acnya! " rengek Mega lagi tapi Abdi tetap dengan pendiriannya. Masa malam-malam begini malah berdebat masalah Ac. Mega merebahkan kembali badannya mencoba menyembunyikan tubuhnya di dalam selimut untuk mengurangi rasa dingin Ac yang menusuk kulit. Hal itu tak lepas dari perkiraan Abdi, dia menarik istrinya agar lebih dekat dengannya dan memeluknya, Mega sedikit heran dengan tarikan Abdi yang mendadak menempatkan dia dalam pelukan hangatnya.

"cepatlah tidur! besok kita sudah harus bangun lebih pagi" kata Abdi sambil memejamkan matanya, Mega mulai memejamkan matanya, terbuai dalam pelukan hangat suaminya tidur dalam mimpi yang indah.

***

typo bertebaran

votes yang banyak maka akan saya lanjutkan lagi, Insyaallah

Selamat membaca

martapura

27/4/2019

Haifa_Nurcreators' thoughts
Chapitre suivant