webnovel

Sepuluh

Setelah berbagai serangkain prousedur dilakukan, akhirnya Mega baru bisa mengajukan cuti bekerja di kantornya. mengurusi Cuti menikah di kantornya tidak sesulit pengajuan menikah dengan tentara.

Mega mendapat izin 5 hari, resepsi di laksanakan hari minggu. sementara nikahnya di laksankan hari jum'at artinya Mega sudah bisa pulang ke kota Barabai di hari rabu itu pun lebih dari perkiraan.

Setelah mengurusi beberapa pekerjaan yang harus di tinggalkan hampir seminggu Mega memotar otak agar laporan Bendahara selesai paling tidak separu SPJ sudah terpenuhi.

Saat di ruang kepsek, Mega duduk berhadapan kepsek yang sudah berahun-tahun mengabdi di sekolah islam terpadu ini.

"jadi izinnya 5 hari? " tanya kepsek itu di balik kacamata tebalnya ia memandang Mega Bendahara teladan .

"iya pak, mungkin di hari selasa atau atau rabu saya sudah di sini" sahut mega dengan nada suara yang sangat sopan.

kepsek itu manggut tanda faham maksud Mega.

"saya setujui, dimana saya tanda tangan" tanya kepsek itu

"di sini pak! " runjuk mega mengarahkan mata pulpen itu ke kolom Ttd, dengan ringan hati kepsek itu membubuhkan tanda tangan di surat cuti yang di ajukan Mega.

"sudah, ada lagi? " tanya kepsek itu lagi

"tidak ada pak, terimakasih sebelumnya pak" kata Mega sambil membereakan kertas itu.

"resepsinya di gelar dimana mega? " tanya kepsek itu lagi, Mega menyodorkan undangan berwarna hijau ke pada pak Kepsek yang sangat ia hormati itu.

"di Kota Barabai pak, mudah-mudahn bisa datang ya! soalnya jauh. empat jam dari sini" kata Mega berharap.

"kalau hari minggu di usahakan datang" kata kepsek itu memberi harapan

"alhamdulillah, terimakasih pak" jawab Mega dengan rasa syukur yang tak terkira.

"tapi laporan Bosreg bagaimana? apa sudah ada perkembangan? " tanya pak Kepsek, seperti biasa pak kepsek terlihat lebih berwibawa.

Mega cengir sekenanya, sebab ia baru saja menyerahkan laporan itu kepada pak Zikri. sebenarnya Pak Zikri sudah dari semalam teriak -teriak memintanya datang ke dinas untuk mendiskusikan laporannya.

"hari ini saya akan ketemu pak Zikri untuk validasi laporan" jawab Mega

"kalau begitu cepat selesaikan, takutnya pada saat kamu cuti laporan justru di minta untuk selesai. saya bisa ketar-ketir kalau kamu belum menyelesaikannya"

"tenang pak" kata Mega memberikan angin segar di wajah Pak kepsek itu. Mega pamit untuk pergi ke Dinas Pendidikan menyelesaikan laporan keuangan yang bikin sakit kepala dan nafsu makan berkurang.

****

30 menit Mega menunggu Pak Zikri, sepupunya yang terkenal galak dingin tak tersentuh itu tak terlihat hari ini, padahal tadi pagi ia memiscol Hp Mega berkali-kali tapi Mega benar-benar sibuk hari ini. Akhirnya setelah lama menunggu datang juga.

"mas.. " kata Mega

"kenapa lama? " Zikri langsung membuat Mega menghilangkan senyumnya yang tadi ia tampilkan.

"kemaren sibuk sama Mas Abdi mengurus pengajuan, hari ini pak kepsek lama banget membirikan tanda tangan untuk pengajuan cuti"

" terus! " kata Zikri yang sambil melipat tangannya di dada.

"kemari!" perintah Zikri, sebab Mega memang agak jauh berdiri. Mega berjalan mendekat tapi masih kurang dekat.

"lebih dekat! " pinta Zikri lagi, tapi Mega masih belum faham, dan ia tetap mendekat meskipun kebingungan masih melanda fikirannya. Platak bunyi sebuah jitakan mengenai kening Mega.

"aduh... kenapa di jitak mas? sakit" sungut Mega sambil mengelus jidatnya yang menjadi sasaran sepupunya yang terkenal galak itu.

"aku menelponmu berkali-kali tidak di angkat" Zikri masih terlihat tidak mau memaafkan sepupunya itu.

"maaf? " sahut Mega

"sudah sholat dhuha? " tanya Zikri yang terlihat mulai santai.

"sudah dong" kata Mega sambil melayangkan senyumannya.

"ikuti saya" Ajak Zikri, Mega mengikuti Zikri menuju ruangannya. Tapi ketika Mega Dan zikri berjalan menuju ruangannya di sana sudah ada Khayla menunggu, duduk diam di kursi tunggu dekat dengan pintu rauangan Zikri. Mega melihat perubahan dari wajah sepupunya itu ketika melihat sahabatnya.

"haii Khayla" sapa Mega sambil melambaikan tanganya, Khayla yang mendengar namanya di panggil menolehkan kepalanya kesumber suara, mata Khayla beradu pandang dengan Zikri Khayla gelisah bergelayut di hati sebab kemaren sudah mengerjai Pak Zikri di kedai bakso. Zikri berjalan datar melewati Khayla yang sudah berdiri di ambang pintu.

"apa kabar? " tanya Mega kepada Khayla

"alhamdulillah baik" sahut Khayla dengan senyuman manisnya.

"kamu ada perlu dengan pak Zikri kan? ayo masuk! " ajak Mega yang saat ini masih belum faham arti dari pandangan Zikri kepada Khayla.

Ruangan yang di huni oleh Zikri dan beberapa rekannya itu terlihat lenggang karena rekan kerjanya ada yang di kirim keluar kota. Zikri duduk di ruang kerjanya, ia mengeluarkan bantex yang isinya laporan milik Mega.

"ini laporan kamu Mega, sebelum cuti menikah lengkapi ini dulu! " pinta Zikri tanpa perasaan sama sekali.

"pak saya sudah mengajukan cuti besok sudah ngak masuk lagi, saya mau pulang" sahut Mega yang tidak terima jika ia di minta melengkapi sebelum cuti.

"baiklah.. setelah cuti menikah temui saya, bereskan ini! " kata Zikri lagi berujar, Khayla diam saja, ia masih menenagkan hatinya dan mencoba mencari cara agar masalah yang kemaren tidak di besar-besarkan oleh pak Zikri.

"siap" Mega mengambil bantex itu dan ingin berdiri meninggalkan ruangan itu tapi ujung lengannya langsung mendapatkan cengkraman oleh kaila. Mega melirik kepada sahabatnya yang begitu kuat memegang ujung lengan bajunya, Mega sempat bingung melihat kelakuan sahabtnya.

"ada apa? " kata Mega pelan isyarat mulut itu di fahami oleh Khayla

"tunggu aku! " pinta Khayla memelas kepada sahabtnya itu, Khayla sungguh takut jika Zikri mengungkit masalah yang kemaren. Mega mengalihkan pandangannya kepda Zikri yang dari tadi audah membolak-balik laporan milik Khayla, dan Mega faham mengapa temanya itu minta di tunggu.

tanpa banyak basa-basi Zikri menyerahkan laporan milik Khayla.

"beberapa masih belum sesuai, sesuaikan dulu baru bawa lagi kemari! " pinta Zikri dengan dinginya tidak seramah ketika berbicara dengan Mega barusan.

"iya" jawab Khayla.

***

Khayla meminum air mineral itu hampir tuntas satu botol, Mega sempat geleng-geleng kepala melihat kelakuan Khayla yang terlihat aneh, setelah keluar dari ruangan Zikri mereka langsung menuju parkiran pergi dan berhenti di sebuah mini market yang tak jauh dari dinas pendidikan.

"pelan-pelan! " pinta Mega

"ada masalha apa kamu sama pak Zikri? " tanya Mega lagi yang melihat temannya itu dari tadi tidak tenang sama sekali.

"sbenarnya itu tidak sengaja Mega" keluh Khayla yang sama sekali tidak di fahami oleh Mega.

"tidak sengaja bagaimana, aku bingung mencari benang merahnya "keluh Mega yang bingung melihat temannya itu.

"jadi kemaren itu ngerjain pak Zikri di tukang bakso" kata Khayla berujar, Mega mengerutkan keningnya tambah bingung.

"jadi begini.. kemaren itu setelah konsul RKA untuk tahun anggaran terbaru aku sempat di omelen habis-habisan kamu tau sendiri kan kepsek aku itu tidak terlalu faham dengan masalah RKA ini jadi segala sesuatu yang tidak ada di juknis di buat dalam RKA. pastinya Pak Zikri mengira aku malas membava juknis yang di beri" Terang Khayla

"terus" kata Mega tidak sabar dengan cerita itu

"setelah aku menyelesaikan RKA itu aku keluar untuk makan tapi aku malah mengosip pak Zikri dengan teman aku tapi ketahuan oleh dia, jelas aku lari terbirit -birit menghindari amukan pak Zikri tapi naas di tokang bakso aku malah ketemu dia lagi dan sialnya aku malah lari dan lupa bayar bakso tapi sebelum aku pergi aku sempat berteriak kalau yang bayar itu pak Zikri " tutup Khayla dengan nafas berat.

Mega tak bisa untuk tak menahan tawanya, ternyata itu masalahnya.

"aku tidak ikut campur ya.. selesaikan... minta maaf, bayar hutang baksonya! " kata Mega menasehati temannya yang sering banget berantem tidak jelas dengan Zikri. Siang itu mereka habiskan untuk mengobrol dan membahas masalah laporan keuangan.

ini saya berbaik hati menshare Bab selanjutnya.

jangan baca saat waktu sholat

perbanyak sholat dhuha

habiskan masa muda kalian untuk berbuat kebaikan.

typo merajalela

samalm saya Ken_tang_manis

29/3/2019

Haifa_Nurcreators' thoughts
Chapitre suivant