webnovel

Sekolah dan teman baru part 3

Beberapa hari setelah pertarungan antara ayah dan anak itu. Andika mulai berbicara, bercanda dan makan bersama teman-temannya.

Di kelas.

Andika melihat Maya yang sedang memijat kepalanya. "Maya kau kenapa? Kau sakit." Tanya Andika.

"Tidak hanya saja aku pusing saat melihat nilaiku turun."

"Hanya itu, coba kulihat nilaimu." Andika melihat nilai Maya.

Andika terkejut setelah melihat nilai Maya. Tidak lama datang Yatno berjalan mendekati mereka berdua.

"Kalian sedang apa?"

"Hei, Yatno coba lihat ini." Memberikan buku nilai Maya.

Yatno melihat nilai Maya. "Ya ampun nilai siapa ini? hancur sekali. Bahkan lebih buruk dari Yatna!" Melihat lembar demi lembar buku latihan milik Maya.

"Kau bisa melihatnya sendiri. Orangnya ada di depan kita."

Menutup buku latihan milik Maya. "Maya. MANA ADA NILAI SEPERTI INI!!!" Yatno membanting buku Maya ke meja.

"Aku minta maaf. Sungguh minta maaf."

"Kata maaf saja tidak cukup untuk mengganti nilai buruk di buku nilaimu Maya." Yatno marah. Kenapa bisa? Karena Yatno mempunyai tekat sebagai ketua kelas akan mencerdaskan seluruh teman-teman di kelasnya.

Tidak lama setelah itu Yatna datang, menaruh tasnya lalu mendekati Andika, Maya dan Yatno. "Kalian sedang membicarakan apa? "Tanya Yatna yang baru datang.

Andika memberikan buku latihan Maya. "Ini lihatlah."

"Ya ampun, sepertinya nilaiku lebih bagus dari pada nilai ini. Maya apa ini benar nilaimu."

"Ya." Maya menjawab pendek.

"Hahh, aku malu sekali menjadi ketua kelas."

"Lagi pula bagaimana bisa Maya mendapat nilai seperti ini. Jauh sekali dengan ayahnya."

"Ayah Maya?" Tanya Yatno.

"Kau tidak mengenal ayah Maya."

Yatno menggeleng.

"Kalau begitu. Akan ku beri tahu kalian. Rena Raika, salah satu murid hebat dari sekolah Khusus Militer. Memiliki nilai hampir sempurna di sekolah, ahli dalam teknik pedang bermata tajam satu, ahli dalam taktik menyerang maupun bertahan. Saat sekolah dia dijuluki sebagai si merah dari kelas S."

Kelas S adalah kelas tertinggi dari sistem peringkat kelas di sekolah khusus militer di Megazila, yang pertama kelas S lalu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, kelas E. tapi hanya berlaku pada sekolah-sekolah Khusus.

"Andika sepertinya kau tahu banyak ya tentang ayahku." Kata Maya.

"Aku tahu karena aku banyak membaca di perpustakaan dan sisanya aku diberi tahu oleh ayahku. Baiklah aku lanjutkan. Saat ini Raika bekerja sebagai tangan kanan Sukirto dan panglima perang sekaligus pertahanan Megazila. Dia juga sering ikut dalam operasi rahasia. Aku sangat terkesan karena ketenangannya saat ~

Tiba-tiba Akna datang menghampiri memotong pembicaraan. "Kalian membicarakan apa sih sampai tidak mendengar bel masuk waktu belajar." Memperlihatkan senyumannya.

Mereka melihat sekeliling kelas melihat semua murid telah duduk di meja masing-masing. "Kami sedang ~" bingung menjawab apa.

"Kami sedang membicarakan waktu belajar bersama untuk Maya karena akhir-akhir ini nilai Maya turun." Kata Yatno.

"Oh kalau begitu baguslah. Tapi jangan sampai lupa waktu, kalian membicarakannya sampai tidak mendengar bel masuk waktu belajar."

"Kami minta maaf." Mereka berempat minta maaf.

"Baiklah. Kalian sekarang duduklah di tempat duduk kalian masing-masing."

Mereka berempat segera duduk di meja mereka masing-masing. Tidak lupa setelah itu, Yatno menyiapkan seluruh murid.

"Oke anak-anak. Mari kita lanjutkan pelajaran kemarin. Kalau tidak salah tentang klan-klan pemakai Kristal Nebula. Baiklah biarku ulang pelajaran kemarin, karena kemarin tidak mengajar dan juga agar para pembaca juga bisa tahu." Akna menulis di papan tulis dengan kapurnya. Dia menulis tiga kristal alam yang memiliki kekuatan alam.

"Kalian pasti tahukan tentang Kristal Naltana, kristal ini dapat ditemukan kalau kalian menggali sampai 100 meter ke dalam tanah. Klan pengendali kristal ini sangat banyak tapi kekuatan kristal ini lemah. Penggunanya hanya diberi panjang umur dan memiliki fisik di atas manusia biasa. Kedua Kristal Nebula. Tidak mudah untuk mendapatkan kristal biru yang satu ini. Klan pengendali kristal ini juga sedikit, kalian bisa bertanya pada Andika jika ingin tahu rinciannya. Ketiga adalah Kristal Nagapasa. Kristal paling kuat yang ada di dunia ini, masih misteri klan apa yang memakainya dan bagaimana cara menemukannya. Tapi saat perang dunia ke-3, kira-kira sekitar lima ratus tahun lalu penyebab terpisahnya pulau Megazila, Javaind dan Kai. Karena ledakan dari kristal Nagapasa, karena saat itu ada proyek pencarian Kristal Nagapasa untuk memenangkan perang dunia ke-3, oleh aliansi pasukan merah. Ya kira-kira seperti itu, ada yang ingin bertanya?"

Salah satu murid mengangkat tangannya. "Pak memang dulu negara tetangga seperti Javaind dan Kai dulu menyatu dengan Megazila."

"Ya memang lima ratus tahun yang lalu seperti itu. Kalau tidak salah namanya benua Bandasa. Karena pencarian itu aliansi pasukan merah sampai menggali ke dalam tanah sejauh 1000 km, mereka pun mendapatkannya tapi tiba-tiba saja kristal tersebut meledak dan membuat bencana yang sangat besar. Benua Bandasa terbelah tiga, tsunami sampai ke benua Unikrain, gempa dan banyak makhluk hidup yang mati karena ledakan kristal merah itu. Ada lagi yang ingin bertanya?"

"Apa pengendali kristal Nebula hanya klan Kisana dan Gakriya?" salah satu murid bertanya.

"Andika pertanyaan ini kuserahkan pada mu," Akna menunjuk andika untuk menjawab pertanyaan temannya.

Andika berdiri. "Sebenarnya bukan hanya klan Kisana dan Gakriya saja, tapi ada beberapa yang lain seperti klan Ayu, Klan Gustri, dan Raton. Dari Javaind. Klan bukan maksudku keluarga Fildr, Desmon, S, dan Floda dari benua Umaz. Dan masih banyak lagi, tapi klan atau keluarga pengendali Kristal Nebula hanya tinggal di negara atau kerajaan berkembang, walaupun tinggal di negara atau kerajaan maju akan terjadi pertentangan antara manusia biasa dan para pengendali kristal."

"Bagaimana sudah jelas dengan jawabannya." Akna berbicara pada murid yang bertanya tadi.

"Ya pak." Murid itu menjawab pendek.

"Baiklah, apa masih ada yang belum mengerti."

Semua murid menggelengkan kepalanya.

"Baguslah kalau kalian sudah mengerti, pelajaran sejarah adalah pelajaran paling mudah. Kalau kalian mendapat nilai jelek saat ulangan harian, kalian sangat keterlaluan. Iya kan Maya."

"Ah, iya pak." Maya terkejut namanya di panggil.

"Bagaimana denganmu Maya, apa kau sudah mengerti."

"Maaf pak." Maya minta maaf karena tidak mendengarkan.

"Jangan begitu Maya kau harus bisa belajar lebih giat lagi agar bisa melebihi ayahmu. Kalau kau hanya setengah-setengah dalam pelajaran tertulis seperti ini, kau akan sangat sulit di masa depan nanti." Akna menasihati Maya.

"Iya pak." Maya meminta maaf.

"Tenang saja Maya, tidak perlu di pikirkan dalam-dalam, kau pasti punya kelebihan lain. Contohnya kau sangat hebat dalam hal bela diri berpedang khususnya pedang bermata tajam satu dan menyusun strategi perang. Mungkin nanti jika Andika menjadi pemimpin selanjutnya dia akan menjadikannya panglima perang atau salah satu dari jenderal andalannya nanti. Atau mungkin akan lebih dari itu." Akna mulai bercanda lagi.

Ruangan kelas itu penuh dengan tawa. Maya menahan malu sedangkan Andika menahan marah.

"Ciye." Kata Yatna mengejek Andika dan Maya.

"Mana mungkin." Andika membalas.

"Jangan begitu Andika teknik pedang kalian perdua itu sama, lalu ayahmu dan ayah Maya juga saling kenal satu sama lain. Jadikan mungkin saja kan."

"Terserahlah." Andika terpojok oleh kata-kata Akna.

Sekali lagi kelas penuh tawa, karena candaan Akna. Waktu berjalan begitu cepat, sang surya telah mencapai di tempat tertingginya. Semua murid bersiap mengganti baju mereka dengan pakaian untuk pelajaran bela diri berpedang. Setelah selesai mengganti pakaian, para murid pindah ke ruangan lain.

"Baiklah, sudah siap semuanya." Akna teriak di depan para muridnya.

"Yaa." Semua murid bersorak kompak.

"Oke latihan kali ini kita awali seperti biasa lari mengelilingi sekolah 5 kali, pemanasan lalu mengayunkan pedang 100 kali. Dimulai dari sekarang." Akna lari pertama diikuti para muridnya di belakangnya. "Ayo lebih semangat lagi keluarkan semangat masa muda kalian." Setelah lari mengelilingi sekolah Akna memimpin pemanasan lalu setelah pemanasan mereka kembali ke ruangan.

"Hei Andika, Maya?" Yatna memanggil.

"Kenapa?" Andika menjawab.

"Jangan dipikirkan ya kata-kata ayahku tadi."

"Ya, aku sudah biasa." Andika menjawab santai. "Lagi pula itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan jadi penerus ayahku."

Mereka terdiam karena kata-kata Andika.

"Iya juga ya. Lagi pula Klan Kisana pengendali Kristal Nebula jadi bisa saja mereka hidup selamanya." Akna datang memecah keheningan.

"Iya juga ya." Kata Maya.

"Dibandingkan dengan klan lain, klan pengguna Kristal Nebula memiliki umur yang sangat panjang." Kata Yatna.

"Kalau begitu ayo, cepat masuk ke ruangan."

Mereka mengangguk kecuali Andika. Maya dan Yatna lari menuju ruangan latihan.

"Andika kau berani juga ya bicara seperti itu di depan dua temanmu." Kata Akna.

"Bukan urusanmu." Andika menjawab pendek.

"Ayahmu sudah mengetahuikan kalau kau tidak mau jadi penerusnya. Kalau iya artinya ini juga jadi masalahku."

"Aku tidak peduli."

"Ingat Andika. Di tanganmu terdapat sebuah janji yang harus kau penuhi sebagai putra dari seorang raja. Yaitu menjadi penurusnya yang lebih baik dari ayahnya."

"Kau tahu paman kau ~

"Tapi, sepertinya aku bisa membantumu." Akna tersenyum.

"Membantu apa?"

"Ya nanti kau juga tahu. Tapi kau harus latihan dulu, ayo teman-temanmu sudah menunggu."

"Hey Andika. Kau lama sekali, ayo cepat." Yatna teriak memanggil Andika dari jauh.

Andika tersenyum. "Sepertinya tidak buruk sekolah di sini."

"Benarkan." Kata Akna.

"Hei kalian membicarakan apa, lama sekali." Kata Maya.

"Sudah pergi berlatihlah dengan teman-temanmu."

"Terserah." Andika menjawab pendek. Kemudian Andika berlari menuju arah ruangan latihan.

"Andika selama kau masih menahan diri untuk melakukan hal lain dan selama kutukan dari Klan Kisana masih ada dalam dirimu, aku berani jamin hidupmu pasti akan sulit." Gumam Akna lalu menatap langit yang biru.

Chapitre suivant