webnovel

Di panggil?

        Gina mengambilkan makanan untuk anak laki-laki semata wayangnya itu, semua yang diambilnya adalah makanan kesukaan Dika semua.

        Karena di paksa untuk memakan nya, Dika pun terpaksa memakan makanan tersebut. Gina menyuruh laki-laki itu untuk menghabiskannya dan Dika pun melakukannya.  Tentu saja dirinya tidak menolaknya, karena makanan tersebut adalah makanan kesukaannya. Gina senang melihat sang anak yang makan dengan semangat.

        "Gimana rasanya? Enak?" tanya wanita itu pada Dika dan sang anak mengangguk sebagai jawaban iya sembari memakan makanan tersebut dengan lahapnya. Sepertinya, mood pria itu sudah membaik, Gina pun langsung menjalankan misinya untuk memberitahu rencana dirinya dengan orang tua Mira untuk mempercepat proses pertunangan mereka. Meskipun ini akan terasa sangat sulit untuk anak laki-laki nya.

        "Dika," panggil wanita itu pada sang anak yang masih melahap makanannya.

        "Ng? Kenapa,  Bu?" tanya Dika masih memakan makanan kesukaannya ini.

        "Sebenarnya, masakan ini semua Ibu buatkan bukan karena tidak ada apa-apanya."

        "Huh, tuh kan, saya bilang juga apa, Ibu pasti mau meminta sesuatu kan?" kata Dika sudah menebak maksud tujuan Ibunya dari awal. "Sekarang Ibu mau apa?"

        "Bukan Ibu mau apa, Ibu kan sudah bilang semua makanan kesukaan kamu ini saya buatkan bukan karena saya menginginkan sesuatu. Tapi ini untuk ucapan selamat ke kamu karena sebentar lagi hari yang  paling indah akan kamu rasakan sekali seumur hidup," ucap wanita itu.

        "Eh? Ucapan selamat? Memangnya selamat untuk apa?" tanya Dika tidak mengerti.

        "Untuk hari pertunangan kamu minggu depan." Senang Gina mengatakan hal itu dengan wajah gembira.

        "What????" Dika terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh wanita tersebut. Pertunangan katanya?

        Apa gue gak salah dengar? Tadi Ibu bilang pertunangan gue dan Mira tinggal seminggu lagi? Kata pria itu dalam hati. Dika berusaha mencerna kalimat tersebut dan benar, apa yang ia dengar tidak salah.

        Melihat tidak ada respon dari Dika, Gina pun berpindah tempat duduk ke samping laki-laki itu. Beliau tahu pasti anaknya sangat tertekan dengan penguman yang tiba-tiba itu. Ia mengusap pundak anaknya sambil berkata, "sudah sudah, saya tahu kalau ini sangat tiba-tiba. Tapi tadi siang saya membicarakannya dengan Ibu Mira dan dia setuju dengan rencana ini."

        "Tapi, Bu. Saya kan belum bilang kalau saya menerima perjodohan ini," kata Dika yang tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Ia sangat terkejut dengan pengumuman tersebut sehingga otaknya mendadak tidak bisa berpikir dengan jernih. Belum lama ini juga dirinya merencanakan untuk berpura-pura untuk menerima perjodohan ini tapi gadis yang bersangkutan tidak ingin bekerja sama dengannya. Kalau begini, bagaimana bisa dirinya bebas dari hal-hal yang tidak ia inginkan?

        Belum lagi bagaimana dengan Mira yang mendengar pengumuman yang sama dengannya? Kalau Ibunya saja mengatakan hal seperti ini, pasti berita ini juga sampai di telinganya, bukan?

        "Dikaaa, Ibu pikir kamu suka sama Mira?" Gina berpikir anaknya ini menyukai gadis pilihannya kali ini.

        "Saya kan belum bilang saya menyukainya, bagaimana bisa Ibu berpikir begitu?" kata Dika sedikit kesal.

        "Habis, biasanya kamu tuh langsung menolak gadis yang Ibu kirimkan untuk kencan buta dengan kamu."

        "Berbeda dengan ketika saya mempertemukan kamu dengan Mira, kamu tidak menolaknya tapi justru menyetujui makan malam dengan orang tuanya. Bagaimana itu tidak disebut kalau kamu menyukainya?"

        Mungkin yang dikatakan oleh wanita itu benar, dari sekian banyak wanita yang ditolak mentah-mentah oleh pria itu, hanya dengan Mira saja Dika tidak menunjukkan kalau dirinya tidak menyukai gadis itu, jadi wanita itu berpikir kalau anaknya ini menyukai gadis pilihannya yang satu ini.

        Namun, sangat berbeda jauh dari apa yang ada di dalam pikiran sang Ibu. Dika sengaja tidak mengatakan apa-apa dan mengikuti alur yang dibuat oleh Ibunya agar dirinya tidak terjebak dalam perjodohan lain yang dibuat oleh wanita tersebut. Ia kapok bertemu dengan gadis yang ia tidak memiliki minat untuk menikahi mereka, ia membangun niat untuk menjadikan Mira adalah gadis yang akan melakukan kencan buta terakhirnya.

        "Bu, saya belum menanggapi apa-apa. Jadi, bukan berarti saya menerima perjodohan ini," kata Dika mulai mengatakan apa yang ia rasakan. Sebenarnya, dirinya bukannya tidak menyukai gadis itu, namun dirinya sendiri memang tidak ada niat untuk menikah sekarang ini. "Bu, jika hanya melakukan kencan buta atau makan malam bersama saja saya akan menerimanya, tapi untuk melangsungkan pertunangan apalagi sampai pernikahan saya belum bisa memikirkannya. Lagi pula saya juga sibuk mengurusi pekerjaan saya. Saya tidak bisa memikirkan hal yang lain selain kerjaan saya."

        "Dikaaa, kamu ini gimana sih? Saya sudah bilang kalau kamu setuju ke Ibu-nya Mira, kalau saya datang ke sana lagi dan mengatakan kalau kamu sebenarnya tidak menyukai anaknya mau ditaruh di mana muka sayaaa???" kesal Gina kepada anaknya. Ia sedikit kesal pada Dika yang terlalu egois pada dirinya sendiri.

        "Ya, Ibu bilang saja yang sebenarnya. Lagian saya juga gak pernah bilang kalau saya menyukai Mira, gadis itu juga belum tentu menyukai saya," kata Dika tidak mau tahu.

        "Dikaaa, kamu ini gak malu apa sama umur?" tanya wanita itu pada anaknya.

        "Jangan kayak anak kecil begini dong, kamu tuh sudah dewasa, bersikaplah seperti seorang pria.

        "Pokoknya kamu harus menerimanya dan pertunangan itu akan tetap berlangsung!" tegas Gina.

Chapitre suivant