webnovel

Situasi Genting

        Mira menggelembungkan pipinya, ia kesal dengan jawaban itu.

 

        Bagaimana tidak? Dirinya bisa di sebut sebagai beban untuk laki-laki itu karena pria itu akan mendapat masalah jika tidak membantunya.

 

        "Bapak jahat banget!" tegas Mira menyebut pria itu dengan sebutan jahat. Dika menatap heran gadis itu, kenapa tiba-tiba saja dia mengatakan hal tersebut? Apa yang Dika lakukan hingga dirinya disebut jahat?

 

        "Kenapa saya di sebut jahat?" tanya Dika tidak mengerti.

 

        "Bapak terpaksa menolong saya!" ngambek  Mira.

 

        "Memang benar, apa yang salah?" benar, tidak ada yang salah dengan pengakuan itu.

 

        "Saya merasa jadi beban Bapak kalau Bapak menolong saya dengan terpaksa."

 

        Ditka menggeleng kepala pelan, gadis itu benar-benar sungguh merepotkan. Namun tidak ada jalan lain yang bisa ia lakukan.

 

        "Ya sudah kalau begitu saya tidak memberikan tumpangan ini gratis, kamu harus membalas saya dengan memberikan sesuatu ke saya, apa itu terserah kamu," kata Dito kemudian bangit dari tempat duduknya.

 

        Syifa melihat pria itu kebingungan, memberikan sesuatu untuk Dito? Tapi apa itu? Mira menatap pria itu penuh curiga, bisa saja Dito akan merugikannya oleh karena itu dirinya jangan mau termakan oleh tawaran tersebut. Pokoknya kalau permintaan itu merugikan gue gue gak bakalan mau, ucap gadis itu dalam hati.

 

        "Apa itu?" tanya Mira menanyakan apa permintaan pria itu padanya, ia berharap Dika tidak akan meminta sesuatu yang macam-macam ia tidak akan mau dan lebih baik pulang sendiri dari sini. Ngapain juga gue harus kasih sesuatu ke dia, dia sendiri yang berhenti dan nawarin gue buat pulang bareng. Kalau sampai dia mengatakan yang aneh-aneh sebelum pergi gue tampar aja dulu pipinya.

 

        "Saya mau kita kerja sama," kata pria itu mengatakan apa yang ia inginkan.

 

        Lala mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh pria itu.

 

        Yang tadinya ingin menampar Dika jika mengatakan sesuatu yang aneh pun tidak jadi.

 

        "Maksud Pak Dika kerja sama apa?" tanya gadis itu ingin penjelasan yang lebih detail dari pria tersebut.

 

        "Kamu adalah gadis ke delapan yang Ibu saya jodohkan dengan saya dan saya ingin ini menjadi yang terakhir kalinya. Jadi, saya ingin membuat kerja sama dengan kamu untuk membuat hubungan palsu di depan orang tua kita.

 

        Deg. Mendengar apa yang dikatakan Dika membuat jantung Mira hampir saja berhenti berdetak, tapi apa dirinya tidak salah mendengar? Pria itu ingin membuat hubungan palsu dengannya? Bukankah mereka adalah musuh di dalam perusahaan? Bukankah bagaimana pun juga dirinya akan menolak laki-laki itu?

 

        Kalau tiba-tiba saja semua karyawan tahu dirinya dan pria ini memiliki hubungan khusus mau di mana wajahnya di kantor? Ia terkenal selalu menjelek-jelekkan Dika di hadapan karyawan lain, jangan sampai mereka mengira kalau dirinya menjilat ludahnya sendiri. Itu sangat tidak enak! Ini sangat merugikannya dan pasti gadi situ akan menolaknya.

 

        "Gak, saya gak mau." Mira melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah bête.

 

        "Kenapa kamu tidak mau?" tanya pria itu menanyakan alasan Mira menolaknya.

 

        "Kenapa? Pake di tanya lagi, saya tuh gak mau dan gak pernah mau!" tegas gadis itu.

 

        "Ya kenapa? Kalau kamu menolak pasti ada alasannya, gak mungkin kamu menolak sesuatu tanpa sebuah alasan."

 

        "Ya emang gak ada alasannya, mau Pak Dika tanya beberapa kali pun saya gak akan mau menerima perjodohan itu. Pak Dika tahu sendiri kan saya itu gak suka sama Bapak, emangnya gak kelihatan apa?"

 

        "Sepertinya kamu salah menangkap apa yang saya maksud," kata Dika mengerti arah perbicaraan gadis itu. Ia pun menjelaskannya lagi dnegan lebih detail lagi. "Kita gak sungguhan menerima perjodohan itu, tapi kita hanya berpura-pura. Kamu masih tetap boleh membenci saya, tapi hubungan spesial ini hanya terjadi di depan orang tua kita."

Mira menggelembungkan pipinya, ia kesal dengan jawaban itu.

 

        Bagaimana tidak? Dirinya bisa di sebut sebagai beban untuk laki-laki itu karena pria itu akan mendapat masalah jika tidak membantunya.

 

        "Bapak jahat banget!" tegas Mira menyebut pria itu dengan sebutan jahat. Dika menatap heran gadis itu, kenapa tiba-tiba saja dia mengatakan hal tersebut? Apa yang Dika lakukan hingga dirinya disebut jahat?

 

        "Kenapa saya di sebut jahat?" tanya Dika tidak mengerti.

 

        "Bapak terpaksa menolong saya!" ngambek  Mira.

 

        "Memang benar, apa yang salah?" benar, tidak ada yang salah dengan pengakuan itu.

 

        "Saya merasa jadi beban Bapak kalau Bapak menolong saya dengan terpaksa."

 

        Dika menggeleng kepala pelan, gadis itu benar-benar sungguh merepotkan. Namun tidak ada jalan lain yang bisa ia lakukan.

 

        "Ya sudah kalau begitu saya tidak memberikan tumpangan ini gratis, kamu harus membalas saya dengan memberikan sesuatu ke saya, apa itu terserah kamu," kata Dika kemudian banget dari tempat duduknya.

 

        Mira melihat pria itu kebingungan, memberikan sesuatu untuk Dika? Tapi apa itu? Mira menatap pria itu penuh curiga, bisa saja Dito akan merugikannya oleh karena itu dirinya jangan mau termakan oleh tawaran tersebut. Pokoknya kalau permintaan itu merugikan gue gue gak bakalan mau, ucap gadis itu dalam hati.

 

Chapitre suivant