webnovel

Tolong Duduklah!

Éditeur: EndlessFantasy Translation

Liu Zilang akhirnya menunggu hingga keesokan paginya, dan karakter 'burung hantu malam'-nya telah kembali.

Dia mengubur dirinya di bantal dan tidur terlelap sehingga dia tidak bisa bangun.

Dia merasa tidak berdaya. Itu salahnya karena memiliki kehidupan yang terbalik antara siang dan malam untuk beberapa tahun terakhir, dan akibatnya, dia merusak jam biologisnya di masa liburan.

Pada saat yang sama, saat dia masih linglung, bel rumah berbunyi.

Liu Zilang, yang masih terbaring di tempat tidur, tiba-tiba terbangun. Dia segera menggeledah bagian atas dan bawah tempat tidurnya untuk mencari baju sebelum tergesa-gesa mengenakannya. Lalu, dia melompat dari tempat tidurnya.

Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, pada waktu-waktu ini pasti Ayahnya, Liu Yigang yang datang mengetuk untuk 'mengecek kamar'.

Dia ingat bahwa setelah dia kembali ke rumah untuk beberapa waktu, Liu Yigang menggunakan metode ini untuk memaksa Liu Zilang mengubah jam biologisnya.

Liu Zilang merasa mual mengingat hari-hari itu.

Saar Liu Zilang membuka pintu kamarnya, pintu kamar Zhang Xiaotong terbuka pula.

Mereka bertemu satu sama lain, bertatapan wajah.

"Hai!" Liu Zilang mengangkat tangannya dan menyapanya dengan senyuman.

"Hmmff!" Sebaliknya, sikap Zhang Xiaotong tetap dingin saat dia berbalik ke arah pintu.

"Biarkan aku yang buka!" Liu Zilang berjalan melewati Zhang Xiaotong. Saat dia tiba di pintu, dia berbalik dan menyeringai sambil menunjukan ekspresi 'ya' sebelum membuka pintu.

Yang mengejutkan, yang berdiri diluar pintu bukanlah ayahnya, Liu Yigang, melainkan gadis berkacamata yang dilihat Liu Zilang sebelumnya.

Ah!

Saat gadis kecil diluar melihat kedatangan tiba-tiba Liu Zilang, dia juga terkejut.

Wajahnya memerah dengan kepala tertunduk dan jemari yang diputar-putar. Dia lalu berkata, "A...aku mau bertemu Xiaotong."

"Yumeng, abaikan dia dan masuk sini," Zhang Xiaotong berkata tanpa basa-basi di depan pintu.

Walau karena apa yang terjadi semalam, Liu Zilang tahu bahwa dia melakukan kesalahan.

Mendengar apa yang Zhang Xiaotong katakan, dia tidak dapat menjaga citranya di depan si 'gadis cilik'. Jadi dia bergeser ke samping dan berdiri tepat di samping pintu.

Gadis cilik itu sejenak ragu-ragu, namun akhirnya ia masuk ke dalam.

Saat dia melewati Liu Zilang, dia tampak kebingungan.

Saat Liu Zilang menyadari tatapan gadis cilik itu, dia menyunggingkan senyum sampai menunjukan giginya.

Gadis cilik itu tersentak sampai dia segera menundukan kepalanya dan mengikuti Zhang Xiaotong menuju kamarnya.

Ditinggal sendirian, Liu Zilang menyeka dagunya dengan sedih sementara dia meragukan dirinya.

Lupakan!

Karena ternyata bukan ayah, lebih baik kembali tidur!

Liu Zilang berjalan untuk kembali ke kamarnya. Samar-samar ia mendengar Zhang Xiaotong dan si gadis cilik bercakap tentang kunang-kunang dan sejenisnya...

Kunang-kunang?

Apa mereka akan menangkap kunang-kunang?

Liu Zilang berhenti sesaat, lalu tiba-tiba teringat sesuatu!

Sialan!

Itu adalah tempat yang disebutkan si bocah semalam?

Zhang Xiaorong akan pergi ke tempat itu juga hari ini?

Sekarang, Liu Zilang benar-benar terjaga!

Tidak!

Dia tidak boleh membiarkan Xiaotong pergi.

Liu Zilang berpikir untuk mengetuk pintu kamarnya untuk berkata sesuatu, namun lalu dia berpikir sikap acuh tak acuh Zhang Xiaotong terhadapnya.

Dia bahkan tidak mendapat kesempatan untuk meminta maaf semalam, dan dia akan menahan dia untuk pergi keluar hari ini?

He did not even have the chance to apologize last night, and he was going to give her a 'restraining order' set meal today?

Saat dia memikirkan hal itu, Liu Zilang merasa menjadi orang yang mudah tersinggung...

Setengah jam kemudian.

Zhang Xiaotong membuka pintunya kembali. Bersama dengan si gadis kacamata, mereka menggendong tas mereka dan meninggalkan rumah.

Saat mereka akan pergi, Zhang Xiaotong melihat pintu kamar Liu Zilang. Lalu, dia mencibir dan berkata 'hmpf'.

Setelah Zhang Xiaotong pergi, pintu kamar Liu Zilang terbuka.

Mengenakan sweater bertudung, dia mengeluakan kepalanya keluar pintu dan melihat sekitar. Lalu dia pergi ke arah pintu untuk mencari taksi. Dia memberitahu sang supir alamat dari konvensi anime dan video game 'Kunang-Kunang' yang dia baru saja cari dan ikuti secara online.

Ya benar!

Liu Zilang ingin mengikuti...

Tidak benar!

Dia menguntit.

Itu juga tidak benar. Bagaimanapun, itu artinya bahwa...

Secara singkat, sebagai wali, Liu Zilang merasa bahwa dia tidak bisa diam saja dan hanya melihat saat Zhang Xiaotong mendapatkan pengalaman cinta monyet pertamanya di SMP.

Wabah ini harus segera dihentikan dan dihilangkan!

Liu Zilang mendapatkan ide yang bagus namun saat ia tiba di lokasi, dia takjub.

Tempat itu benar-benar luas!

Ada terlalu banyak pengunjung!

Aula pameran dipenuhi dengan bermacam-macam anime dan games. 'Kimo-Ota' yang tak terhitung jumlahnya terlihat berlompatan seperti ikan asin di jalan, bersemangat memegang kamera dan mengambil foto dari aula pameran, dan juga para artis cosplay di sisi jalan...

Orang-orang seperti Liu Zilang yang mengenakan sweater bertudung, celana baggy, dan datang dengan tangan di sakunya pada dasarnya tidak dapat ditemukan.

Jelas sekali, mencari dua gadis kecil di tempat seperti ini akan menjadi tantangan yang besar.

Liu Zilang menggaruk kepalanya, merasa sedikit tak berdaya.

Namun, dia tidak bisa pulang tanpa melakukan apa-apa mengingat ia telah datang jauh-jauh kemari.

Jadi, dia hanya dapat memasukan tangannya ke saku celana dan berkeliaran di ruang aula pameran utama. Sementara, dia berharap untuk pertemuan yang tidak disengaja yang akan diatur oleh Tuhan.

Meskipun demikian, layak disebutkan bahwa hal-hal seperti pertemuan karena takdir tidak hanya terjadi di tv dan cerita fiksi.

Ia dapat juga terjadi di kehidupan nyata.

Ketika Liu Zilang berkeliaran tanpa arah, seseorang di belakangnya menepuk bahunya tiba-tiba.

Xiaotong?

Merasa senang, Liu berbalik untuk melihat.

Namun ternyata, seorang pria setinggi enam kaki muncul di belakang Liu Zilang dan menatap Liu Zilang dengan ekspresi terkejut senang.

Terkejut senang, atau bukan?

Tidak menyangka, atau bukan?

Liu Zilang menggaruk kepalanya. Dengan ragu, ia bertanya, "Kau adalah?"

Orang yang tinggi menjulang itu dengan riang menjawab Liu Zilang, "Oh Tuhan, Liu Zilang! Kau sudah melupakanku, bukan… Ingat lagi…"

"Oh oh…" Liu Zilang mencoba sangat keras untuk mengingat-ingat, namun ia tetap lupa. Dia hanya dapat berpura-pura ingat tiba-tiba, "Kau adalah… itu… itu…"

"Zaho Tiezhu!" Pria itu menepuk bahu Liu Zilang perlahan, dan berkata dengan senyum hangat, "Kita satu kelas semester ini, dan kamar asrama kita berseberangan darimu. Aku tidak menyangka bertemu kau disini."

"Ya ya! Zhao Tiezhu! Ya, suatu kebetulan."

Liu Zilang menganggukan kepalanya berulang kali. Dia menengadah pada Zhao Tiezhu, diam-diam berharap jika mereka dapat duduk dan mengobrol.

Zhao Tiezhu menjawab dengan ceria, "Aku disini untuk mengunjungi stan PUBG. Aku dengar akan ada sejumlah pemain ahli kelas berat yang terkenal datang kemari hari ini. Kau mungkin juga datang kemari untuk itu, kan?"

"Huh?" Liu Zilang tertegun untuk beberapa saat.

Ini bukan saatnya untuk mengatakan dia sedang menguntit adiknya lalu tidak menemukannya; akan terlalu memalukan. Karenanya, dia hanya mampu menjawabnya dengan anggukan.

Lalu, riuh teriakan bersemangat terdengar dari kerumunan!

"Ah! Li Muqiu!"

Setelah terdengar bunyi dengungan, teriakan bersemangat memenuhi seluruh ruangan!

"Li Muqiu? Mentornya Lech disini?"

"Dimana? Dimana?"

"Bodoh, tentu saja dia akan berada di stan PUBG!"

"Ya Tuhan! Aku harus mendapatkan tanda tangan mentor Li Muqiu hari ini!"

"Jika aku dapat berjabatan tangan dengannya, aku pasti tidak akan mencuci tanganku setelahnya. Aku akan selalu mendapatkan chicken dinner nantinya."

"Qiu Qiu! Kami cinta padamu!"

"..."

Dari nama Li Muqiu hingga sejumlah debat dan teriakan, kepala Liu Zilang seketika terasa penuh. Pada akhirnya, bahkan kata 'Qiu Qiu' membuatnya merinding.

Melihat hal itu, Liu Zilang hanya dapat mengelus dagunya.

Sejak kapan anak itu jadi sangat terkenal?

...

Chapitre suivant