webnovel

Liburan di Pulau F

Finland masih belum menutup mulutnya yang tercengang saat mereka masuk ke villa di tepi pantai itu dan Caspar menuntunnya ke kamar tidur sangat luas yang ditata bagaikan kamar istana. Pintu geser serba kaca yang membuka ke kolam renang yang menghadap pantai memberi udara segar ke dalam ruangan dan juga pencahayaan yang sangat bagus.

"Ini.... indah sekali..." bisik Finland ketika melihat pemandangan dari kamar itu. Di teras kamar yang menghadap kolam renang infinity ada sun lounger besar dari rotan dan dengan bantalan yang empuk sekali, sangat sempurna untuk duduk membaca sambil berjemur.

"Aku senang kau menyukainya."

Caspar memeluk Finland dari belakang dan membenamkan wajahnya di rambut gadis itu.

"Kau serius, sudah membeli pulau ini tiga bulan yang lalu?" tanya Finland dengan nada tidak percaya, "Tiga bulan lalu kau bahkan belum memenangkan taruhan untuk menciumku."

"Aku tahu kau akan menjadi milikku cepat atau lambat," bisik Caspar, "Saat aku menemukan pulau ini, aku menganggapnya sebagai pertanda baik."

Finland tersenyum mendengarnya. Ia tahu Caspar bisa dengan mudah membeli hal-hal yang ia sukai, seperti membeli Hotel Continental karena menyukai restorannya, lalu membeli Atlas Corp karena ia ingin memecat Noah Jannsen... dan entah apa lagi.

Finland bahagia karena sebagian dari pembelian yang dilakukan oleh Caspar adalah untuk dirinya. Ia merasa dimanjakan dan dicintai.

***

Walaupun di villa itu ada butler, pria setengah baya yang menyambut kedatangan mereka, beberapa pelayan, dan dua pengawal pribadi Caspar, tetapi Finland tidak melihat mereka saat ia dan Caspar berlibur di Pulau F. Mereka sangat pandai mengatur diri untuk memberikan privasi seluas-luasnya bagi tuan dan calon nyonya mereka. Caspar dan Finland merasa seolah mereka hanya berdua di pulau kecil itu.

Setiap hari makanan dan buah-buahan tersedia, dan villa dibersihkan dengan sempurna. Finland merasa sangat bahagia, dan ia tak bisa membayangkan seumur hidup akan dapat mengalami sendiri bagaimana orang sangat kaya berlibur.

"Kalau kita tidak di sini, apakah ada orang di pulau?" tanya Finland suatu ketika saat mereka sedang membaca buku di tepi kolam renang.

"Pulau ini ditawarkan dalam website 'private island', jadi orang luar bisa menyewa pulau untuk pesta, bulan madu, dll. Butler dan pelayan tetap tinggal di sini untuk mengurusi villa dan tamu. Soalnya sayang kalau tempat ini dibiarkan kosong, nanti cepat rusak, padahal kita mungkin hanya akan berlibur ke sini beberapa kali dalam setahun." Caspar menjelaskan.

Saat itu Finland tergoda untuk bertanya apa saja aset yang dimiliki oleh Caspar. Bukankah pemuda itu sendiri yang bilang bahwa kalau ia memberikan hati, hidup, dan segala milliknya kepada Finland? Finland ingin tahu apa saja yang menjadi miliknya itu...

Seperti membaca pikiran Finland, Caspar tiba-tiba memberikan ponselnya kepada gadis itu.

"Aku bahkan tidak tahu aset apa saja yang kumiliki, terlalu banyak. Kalau ada yang ingin kautanyakan tentang harta milikku kau bisa menghubungi Stanis. Aku sudah hidup terlalu lama dan susah melacak apa-apa saja yang pernah kubeli dan kumiliki." Ia mengangkat bahu."Kalau yang besar-besar atau masih baru aku pasti ingat, tapi banyak yang lain yang mungkin aku hanya ingat selintas. Aku pernah menyukai sebuah rumah kolonial yang bagus sekali di Afrika Selatan, dan saat aku meminta Stanis membelinya, dia bilang itu adalah rumahku sendiri, yang kubeli puluhan tahun lalu."

Finland tertawa mendengarnya...

Ternyata orang super kaya juga punya masalahnya sendiri, pikirnya.

"Kau sepertinya sangat mempercayai Stanis," kata Finland kemudian. Ia sudah mengurungkan niatnya untuk menanyakan detail tentang harta Caspar karena sekarang ia sadar mungkin itu sia-sia. "Apakah ada orang lain yang kau percayai selain dia?"

"Ada banyak orang yang kupercayai," kata Caspar. Ia telah meletakkan buku yang dibacanya ke samping dan menuangkan prosecco untuk mereka berdua, "Stanis adalah kepala rumah tanggaku - kau akan bertemu dia di Jerman nanti - dan ia yang akan menyeleksi semua orang yang bekerja untukku. Selain Stanis, tentu saja ada Ben. Mereka berdua cucu dari ajudan kepercayaanku yang sekarang sudah meninggal. Kakek mereka sangat setia, ia tewas saat berusaha melindungi kedua orang tuaku saat terjadi perang. Ayah mereka bekerja untukku seumur hidupnya, juga sangat setia. Lalu tentu saja aku punya beberapa pengawal pribadi. Dari keenam pengawalku, dua di antaranya adalah kaum Alchemist, kau sudah bertemu Jadeith..."

Finland tersentak, "Jadeith juga alchemist? Tapi dia kelihatan jauh lebih tua darimu, seperti berusia 30-an."

"Aku sudah bilang bahwa puncak pertumbuhan setiap manusia berbeda-beda. Jadeith berhenti menua ketika ia berumur 35 tahun. Sebenarnya aku jauh lebih tua dari dia, Jadeith itu umurnya baru 120 tahunan..." Caspar tertawa sambil menyesap wine-nya. "Aku yang menggendongnya sejak lahir. Dia itu anak Flora, jadi sebenarnya keponakanku."

Finland sama sekali tidak menduga hal ini. Jadeith, keponakan Caspar?

"Kenapa dia memanggilmu Tuan? Bukan Paman?"

"Karena empat pengawalku yang lain tidak tahu bahwa ia adalah keponakanku. Ia ingin bekerja secara profesional." jawab Caspar. "Jadeith adalah keponakanku, lalu ada empat pengawal biasa yang merupakan mantan anggota pasukan elit dunia, dan satu lagi pengawal perempuan yang juga seorang alchemist, namanya Famke. Dia adalah gadis istimewa yang banyak membantuku dalam operasi-operasi rahasia. Mungkin suatu hari nanti kau akan dapat bertemu dengannya. Saat ini Famke lebih banyak menutup diri."

Pengawal perempuan? Tiba-tiba Finland merasa dadanya sedikit sesak. Ternyata Caspar memiliki seorang pengawal pribadi perempuan yang disebutnya sebagai gadis istimewa... dan Famke adalah seorang alchemist yang juga hidup abadi sepertinya...

"Mengapa dua orang alchemist mau bekerja untukmu? Bukankah semua anggota klan Alchemist itu kaya dan berkuasa?" tanya Finland penasaran.

Caspar menggeleng, "Tentu saja tidak. Sama seperti tidak semua orang Asia itu suka makan nasi, tidak semua kaum Alchemist kaya dan berkuasa. Ada yang pintar dan mampu menyimpan pengetahuan yang mereka peroleh selama ratusan tahun untuk menumpuk harta, investasi, dan kekuasaan, tetapi ada juga yang tidak memanfaatkannya dengan baik. Kalau kau hidup seratus tahun tetapi malas belajar dan tidak memanfaatkan waktu dengan baik, maka tidak ada bedanya jika kau hanya hidup 50 tahun."

"Oh.. apakah banyak kaum Alchemist sepertimu?" tanya Finland semakin penasaran. Tadinya ia mengira semua orang Alchemist sama seperti Caspar, ternyata ia salah.

"Ada lima keluarga yang berpengaruh dalam klan kami. Ini adalah keluarga penggiat Alchemy sejak abad pertama. Ketika kakekku akhirnya menemukan formula batu bertuah tersebut, masyarakat alchemy dunia mengangkatnya sebagai pemimpin kaum alchemist, yang kemudian diteruskan oleh ayahku, dan sekarang aku. Kau akan bertemu orang-orang dari kelima keluarga tersebut dan banyak orang lainnya saat pernikahan kita mendatang." Caspar mengusap rambut Finland dengan penuh kasih sayang, "Aku tak sabar menunjukkanmu kepada Flora dan Aldebar. Mereka pasti akan sangat menyukaimu."

Finland tersenyum mendengarnya. Ia juga ingin sekali bertemu keluarga Caspar. Empat bulan yang lalu ia tidak punya siapa-siapa, hanya Jean sebagai sahabatnya, dan bulan depan, ia akan mempunyai seorang suami, dan dua adik ipar serta keluarga instan, bahkan keluarga besar karena Flora memiliki anak-anak dan cucu yang membuatnya langsung memiliki keponakan. Ini sungguh tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Finland.

"Aku sudah berjanji kepada Jean untuk ambil cuti dan mengunjunginya di Paris pada pertengahan bulan Januari," kata Finland kemudian, "Tadinya aku mau memberi tahu Jean bahwa kita akan menikah saat aku bertemu langsung dengannya, tetapi kau ingin agar kita menikah pada tanggal 31 Desember... lebih cepat dari yang kubayangkan. Apakah aku boleh memberi tahu Jean kabar baik ini lewat telepon?"

Caspar menatap Finland agak lama dan kemudian menggeleng, "Maafkan aku, Finland, tapi kita tidak bisa melakukannya. Kalau kau memberi tahu Jean, kita harus mengundangnya.. Dan aku tak bisa mengundang seorang manusia biasa ke acara yang dipenuhi oleh orang-orang Alchemist."

Finland terdiam. Ia menggigit bibirnya dan berusaha mengangguk tanda ia mengerti.

"Kau benar... Aku tidak akan sampai hati memberi tahu Jean dan tidak mengundangnya datang." Finland mendesah. "Lalu bagaimana nanti caraku 'menghilang' dari kehidupannya? Apa yang biasanya kalian lakukan?"

"Kau akan pergi liburan dengan yacht dan kapalnya tengggelam... Itu lebih masuk akal daripada pura-pura pindah ke negara lain, karena di era internet ini semua orang pasti bisa tetap memberi kabar walaupun sudah ada di belahan dunia yang lain." Caspar mengangkat bahu, "kecuali kau punya skenario lebih baik."

Finland menghapus setitik air mata yang hampir jatuh ke pipinya dan berusaha tersenyum, "kapal tenggelam rasanya lebih baik daripada kecelakaan pesawat atau yang lain... Tidak terlalu mengerikan. Tapi dia pasti sedih sekali..."

"Aku mengerti,"

"Aku mau bertemu Jean di bulan Januari dan menghabiskan waktu bersamanya seperti yang kami rencanakan, kau tidak keberatan?" tanya Finland, "Aku perlu waktu setahun... setelah Januari aku akan pelan-pelan mencari waktu yang pas untuk menghilang."

Caspar mengangguk.

"Kita bisa berangkat ke Jerman pada akhir tahun untuk ulang tahun Aldebar dan pernikahan kita, setelah itu kita bisa berbulan madu selama dua minggu di Eropa, dan pertengahan Januari aku kembali mengurus perusahaan dan kau ke Paris untuk bertemu Jean."

"Aku ingin berkeliling Eropa dengan Jean, jadi mungkin akan perlu waktu dua minggu..." kata Finland dengan suara agak tercekat, "Kurang dari dua minggu tidak akan cukup."

"Kau bisa minta cuti panjang kepada LTX, seharusnya mereka bersedia memenuhinya, kalau tidak Atlas Corp tidak akan memperpanjang kontrak berikutnya, Ingat, aku sekarang adalah salah satu klien penting LTX..." Caspar mendekatkan wajahnya ke wajah Finland dan mencium matanya yang basah lalu mendekap gadis itu di dadanya. "Jangan menangis, hatiku merasa susah kalau melihatmu sedih begini... Ini seharusnya menjadi liburan yang menyenangkan."

Finland mengangguk, "Terima kasih."

Akhirnya Finland hanya mengirimkan beberapa foto liburannya kepada Jean dan tidak membahas pernikahannya sama sekali.

[You, lucky girl! Di sini sedang dingin sekali dan kau malah berjemur di pantai.] balas Jean.

[Coba tebak aku ada di mana?] tanya Finland.

[Di Maldives? Kalau lihat foto-fotonya sih mirip Maldives, tapi itu terlalu mainstream, jadi aku akan bilang mungkin bukan Maldives tapi.... pulau pribadi?]

Jean memang cerdas sekali, ia bisa langsung menebak dengan mudah bahwa Finland dibawa Caspar berlibur ke sebuah pulau pribadi.

[Kau pintar sekali, Jean! Ya kami sedang berlibur di Pulau F, dari namaku, Finland. Ini pulauku.]

[Wow.... selamat berlibur kalau begitu. Aku akan menangis dulu di pojokan.] balas Jean sambil menambahkan emotikon menangis.

[Hahaha... Aku tak sabar ke Paris untuk bertemu denganmu. Take care, Jean.]

[Take care, Finland.]

Chapitre suivant