webnovel

DEUS GINSENG

Fei...

Tunggu aku...

Aku akan menemukanmu...

***

Seperti biasa, langit perbatasan antara dunia mimpi dan dunia manusia tidak mengenal pagi, siang ataupun malam. Gelap selalu menemani dengan cahaya dari rembulan dan kerlip bintang. Tak kalah Milkyway juga melintang di atas toko Dream Wishes.

Tempat tak berujung, semakin jauh berlari semakin jauh dari toko.

Manusia yang gundah dan tersesat jiwanya akan datang dengan sendirinya ke toko Dream Wishes.

Bisikan yang membuat hati merinding membangunkan Fei dari tidurnya. Matanya yg semula terpejam langsung terbuka, ia segera bangkit dari kasurnya dan bergumam, "Nick."

Dengan pelan ia melangkah ke jendela, degupan hati yang kencang membuat malam yang sunyi menjadi berirama.

Matanya yang kecoklatan terus menatap bulan purnama yang berada jauh di depannya. Kawah2 di permukaan bulan tampak seperti wajah yang sedang mengawasinya.

Sejenak jemari tangan kanan Fei mencengkram erat lengan kirinya.

Perasaan ini seperti... Ah.. Tidak mungkin. Dia sudah mendekam jauh di dalam lubang hitam. Tidak jalan untuk kembali ke dunia manusia maupun dunia penyihir.

Hati Fei menjadi semakin resah tidak karuan, kebigungan mulai menggerogoti hatinya. Jika Leo sampai mengetahuinya, entah apa yang akan dilakukannya.

"Fei!" Panggil Lynx dengan suara ngantuk yg tertahan.

PHOM!!

Terdengar suara bantingan pintu- "Apaan sih kamu? Tengah malam gini teriak-teriak." protes Leo dengan mengacak-ngacak rambutnya. Kesal karna mimpi indahnya terganggu.

"Yeee.. Belagu." Lynx memutar bola matanya, risau dengan sikap arogan Leo. "Lagian disini memang tiap hari malam juga, gelap, banyak gaya lo," lanjutnya.

Fei menarik kimono hitamnya dan bergegas turun ke bawah. Dan kedua spesies langka ini masih beradu mulut, yang satu arogan, yang satunya lagi cerewet bawel.

Ia hanya bisa menghela nafas, tidak menghiraukan mereka. Pemandangan seperti ini sudah biasa, bukan hal yang perlu di-wah-kan. Kadang mereka sampai berkelahi hanya karna hal sepele, seperti Tom and Jerry.

"Apakah kalian tidak malu berantem di depan tamu kita?" Fei berdiri di tengah-tengah mereka dengan kedua telapak tangan menghadang wajah mereka.

Tamu yang berkemeja putih itu hanya menyengir melihat kelakuan mereka bertiga. Lynx tertunduk malu, Leo dengan gaya cueknya memalingkan wajah dan mengibaskan poni panjangnya.

"Kamu...." kalimat Fei terhenti, baunya yang khas membuat Fei mengamati cowok itu dengan seksama sebelum Leo menghalanginya mengamati lebih jelas.

"Awassssss Leo-" Lynx menarik piyama Navy Leo dengan taring tajamnya. "- ngak usah ngalang-ngalang," lanjutnya.

"Iya, saya Magnolia Stellata Spirit." Ia tersenyum lembut sembari menatap Fei dengan tatapan mata yang sangat mendalam.

"A... Kenapa rasanya kok creepy banget yah. Merinding jadinya dengan tatapan mata yang menjijikkan seperti ini." Leo menghalangi pandangan cowok itu dengan mendekatkan wajahnya yang ketus.

"Kamu yang menjijikkan, dasar Leo tak tau malu!" Lynx kembali menarik Leo masuk dalam kamar.

Fei dan tamu itu tersenyum bersamaan, "Jadi.. Kamu sekarang sudah tumbuh dewasa yah," kata Fei.

"Iya, lama kita tidak berjumpa." tangannya menyambut uluran tangan Fei.

"Ada hal apa yang membuatmu datang ke sini, Stello?"

"Kamu masih ingat dengan gadis kecil yang menyelamatkanku dari gerombolan berandalan kecil yang mencoba mencabutku dari dalam tanah?" Stello mencoba mengingatkan Fei akan kejadian 20 tahun yang lalu.

Fei tersenyum kecil, " Ah..iya, saat itu ia memohonku untuk memberikannya obat yang bisa menyuburkanmu kembali-" Fei kemudian tertawa, "- Dan tangisan kuatnya serasa memekakkan telinga kami bertiga, sampai seminggu telinga kami rasanya masih berdegung," lanjut Fei sembari mempersilahkan Stello duduk.

Stello menghela nafas, "Karna hal inilah aku datang ke sini. Aku ingin memintamu merubahku menjadi manusia, supaya aku bisa memberinya semangat hidup dan mau menjalani operasi."

Seperti tersambar petir di siang bolong, Fei tidak menyangka anak yg 20 tahun lalu terlihat sangat energic dan sehat sekarang dalam ambang kematian.

Seperti tersambar petir di siang bolong, Fei tidak menyangka anak yg 20 tahun lalu terlihat sangat energic dan sehat sekarang dalam ambang kematian.

Tanpa banyak bertanya lebih jauh Fei membuka suaranya, "Baiklah, aku mengerti-" ia berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan kecil di bawah tangga, dibukanya lemari kaca kecil dan mengambil sebuah kendi kecil.

Ya, semuanya serba kecil.

"-minumlah ramuan ini. Rasanya sangat asam dan pahit, dalam waktu 1 menit kamu akan menjadi manusia." Sembari memberikan botol kendi itu kepada Stello.

Dengan wajah yang sangat gembira, Stello segera meneguk ramuan yang ada di dalamnya, "Tapi, perlu diingat. Perubahan ini hanya bertahan seminggu, bahkan cinderella sihirnya berakhir pada jam 12 malam kan? Sihir juga punya keterbatasan." Lanjut Fei.

"Tidak apa, seminggu sudah cukup untukku. Terima kasih Fei." Stello memeluk Fei, air mata gembiranya mengalir membasahi pundak Fei.

"Jadi imbalan apa yang akan kamu berikan padaku?"

"Daun. Hanya daun yang aku punya sekarang."

Fei tersenyum, "Baik, saat harinya tiba, aku akan datang meminta imbalanku."

***