webnovel

Dua Pria Cemburu part 2

Bulan turun dari mobil Bagaskara dengan enggan. Ia tau hatinya lebih memilih untuk bersama Bagaskara dan menghabiskan waktu bersamanya. Namun ia tau.. konsekuensinya yang akan ia hadapi jika ia terlalu terburu-buru akan menghancurkan semuanya. Jelas ia tidak ingin melepaskan Bagaskara yang dalam waktu sangat singkat mampu mencuri hatinya dengan amat sempurna. Walau ia yakin akan campur tangan takdir yang memuluskan alur ceritanya. Tetapi di sisi lain ia juga tidak ingin menyakiti hati Dhany, walau atas semua ketidakpekaannya telah melukai hati Bulan yang tidak ia sadari. Bulan ingin melepasnya tanpa harus menggoreskan mata belati pada hati manapun. Karena ia sangat mengerti rasa sakit karena luka cinta sangatlah perih. Setidaknya ia tidak sudi menjadi penyebab seseorang terluka karenanya.

Sebuah mobil SUV putih perlahan memasuki area parkir boutique dan berhenti tidak jauh dari mobil hitam Bagaskara. Dhany datang untuk menjemput nya. Ia menoleh arah kemudi mobil Bagaskara, ia melihat bahwa Bagaskara pun sedang mengamati mobil putih itu dan tidak segera beranjak dari tempat nya. " Kenapa dia tidak pergi? Apa dia sudah kehilangan akal sehatnya?" Bulan menatap gusar ke arah Bagaskara. Pintu mobil putih terbuka. Dhany keluar dan turun dari mobil sambil membawa sebuah paper bag biru berpita silver yang sangat manis.

" Ok, another gift from him." Bulan berkata lirih namun tetap memberikan senyum. " Hello sweet..I really miss you." Dhany memberikan pelukan hangat sambil memberikan hadiahnya pada Bulan. " Dhany..apa ini? Kau tidak perlu memberi q hadiah-hadiah." Bulan menatapnya dengan enggan. Seandainya kau tau..tidak semua hati dapat kau beli dengan hadiah-hadiah seperti ini, Dhany.. Sungguh..kau keliru dalam menilai q.

" Sweet..q rasa ini sangat cocok untuk mu..wanginya sangat lembut dan dia juga sangat cantik seperti mu." Dhany mengeluarkan kotak silver bertuliskan sebuah merk parfum terkenal luar negeri dari dalam paper bag. " Dhany..kau sungguh membeli q dengan hadiah-hadiah mahal mu." Sinar mata Bulan menjadi muram, namun sekali lagi Dhany dengan segala ketidakpekaan nya tak mampu mendeteksi. Wanita sangat suka dimanjakan dengan barang-barang mewah bukan? Dan telah menjadi suatu kebanggaan bagi Dhany yang merasa mampu melakukannya, tanpa perlu mempedulikan hati.

"Aq akan mengambil tas q di dalam. Tunggu aq di sini." Bulan hendak melangkah masuk ke butiknya dan saat itulah bulan mendengar suara mobil dijalankan. Bagaskara membuka kaca jendela mobilnya saat melewati mereka berdua. Hanya memberikan senyum yang terlihat sangat dipaksakan. Matanya membungkam Bulan seribu bahasa hingga ia mampu merasakan bara yang tengah membakar hati Bagaskara saat ini. " Bye, Bagas, aq akan menghubungi mu nanti." Bulan berusaha menenangkan hati Bagas, walau ia tidak yakin akan berhasil. Mobil Bagaskara melaju meninggalkan parkiran boutique. Bulan mengikuti nya lewat sudut pandang matanya.

" Sepertinya aq pernah melihatnya..di mana ya..?" Dhany berusaha mengingat-ingat wajah Bagaskara. " Oh, dia adalah teman satu letting nya Dhimas! Ada urusan apa dia menemui mu? Apa dia sudah lama di sini?" Dhany merasa ada yang terlewat. Mengapa ia sampai tidak mengetahui kehadiran pria lain di kehidupan wanitanya?

"Ya..dia Bagaskara. Dia baru saja tiba di sini. Tapi aq sudah ada janji dengan mu. Jadi q minta ia untuk kembali lagi esok." Bulan merasa sedikit gugup. Ia merasa takjub oleh kisah yang disediakan oleh sang takdir. Hampir saja Dhany memergoki mereka seandainya ia tiba sedikit lebih cepat. Dengan cepat Bulan memasuki boutique nya untuk mengambil tas dan berpesan kepada ke 3 asistennya bahwa ia akan kembali sekitar 2 jam lagi.

Di dalam mobil, Bulan dan Dhany tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Walau telah berusaha keras untuk melupakan kejadian tadi tapi nyata nya Bulan masih merasakan sensasi yang terjadi antara dia dan Bagaskara beberapa menit yang lalu. Hangat nafas Bagaskara yang berat, tekanan yang ia berikan saat Bagas menyentuh bibirnya seakan menyatakan kepemilikan. Berbagai kilasan pikirannya yang tidak karuan mulai bermain kembali di depan matanya sehingga degup jantungnya kembali terasa keras dan membuatnya tidak tenang. Saat itu Bulan hanya memikirkan sebuah nama Bagaskara..Bagaskara..Bagaskara.

Bulan tidak memperhatikan..sedari tadi Dhany meliriknya dari sudut matanya. Ia menangkap kegelisahan dari air muka Bulan. Sibuk dengan pikirannya..kali ini Dhany mencoba untuk mengira-ngira..apa yang telah terjadi sebelum ia tiba di tempat itu. Ia berpendapat bahwa Bulan tidak mungkin bisa dekat dengan pria lain karena hatinya telah ia kunci dengan.. hadiah-hadiah yang selama ini ia berikan? Pasti itu sudah cukup. Akan sulit bagi pria lain untuk bersaing dengannya.. terbukti dari banyaknya wanita yang ada di sekelilingnya saling berebut perhatiannya. Kehidupannya mampu membuat iri teman-teman pria nya.. Lalu apa yang harus ia khawatir kan? Seorang polisi, tidak mungkin menyetarakan kemapanan dengan dirinya. Masa depannya sangat cerah.. Lingkungan nya mampu memberikan koneksi yang terbaik. Bulan tidak mungkin sebodoh itu untuk bermain di belakangnya. Mempertaruhkan dirinya. Akan tetapi..tatapan mata Bulan pada pria itu..bukanlah tatapan mata biasa. Ia pasti menyimpan sesuatu. Dhany mencengkeram kemudi menahan luapan gundah emosinya yang mulai bergejolak. Semakin ia memikirkan akan hal yang mungkin telah terjadi di belakangnya..membuatnya tidak nyaman.

Mereka memasuki sebuah restoran yang terdapat di dalam sebuah hotel ternama di kota itu. Hotel yang bergaya modern dengan ikon pohon silver setinggi 10 meter yang di tempatkan di loby dalam. Langit-langit yang tinggi diberi lampu hias kristal Chandelier besar yang bertingkat tiga memberikan nuansa ke emasan yang sangat mewah saat bersentuhan dengan setiap dahan pohon silver. Lantai marmer putih bergurat cream dan coklat muda dilapisi hamparan permadani coklat tua. Berbagai ukuran lukisan menjadi hiasan di dinding loby diatur sedemikian rupa sehingga memberikan kesan seperti memasuki ruang lukisan kerajaan era Victoria namun lebih dinamis. Wallpaper yang jika dilihat secara dekat baru terlihat detail rumit indah di salah satu sisi dinding tertinggi nya. Bertangkai-tangkai bunga mawar, crhysant, dan anggrek menghiasi di berbagai sudut ruangan dan setiap meja. Sungguh menampilkan aura bersih nan elegan.

Mereka berdua memasuki pintu restoran hotel yang terletak di lantai satu. Dhany memilih meja yang letaknya agak ke dalam. Dan segera setelah melakukan pemesanan, mereka berdua mulai terdiam kembali. Agak canggung dengan pikirannya masing-masing. Bulan sibuk dengan segala imajinasi nya dengan Bagaskara, sedangkan Dhany..baru kali ini benar-benar memikirkan Bulan..karena ia merasa ada ancaman baru.

Dhany : " Sweet..apa dia sering menemui mu?"

Bulan : " Siapa? Bagas? Oh, tidak juga."

Dhany : " Apa dia selalu sendiri menemui mu atau bersama temannya?"

Bulan : " Kenapa kau menanyakan nya? Yang penting dia tidak menggangu waktu mu dengan q bukan? "

Dhany terdiam merasa tersindir karena entah sudah berapa kali ia membatalkan janjinya dengan Bulan dengan tiba-tiba dan mendadak demi..

Dhany : " Aq hanya ingin tau sedekat apa hubungan mu dengannya."

Bulan : " Kau nilai lah sendiri. Jangan tanya pada q. Hanya akan membuat mu berpikiran macam-macam."

Dhany : " Baiklah..kemarikan ponsel mu."

Bulan : " What? Untuk apa? Apa kau ingin memeriksa isi ponsel q? Kenapa? Apa hanya karena kau melihat dia berpamitan pada q dan tiba-tiba kau jadi paranoid?"

Dhany : " Kenapa? Apa kau takut aq akan menemukan sesuatu? "

Bulan : " Takut? Jangan bikin aq tertawa. Katakan itu pada dirimu sendiri."

Dhany : " Apa maksudmu?"

Bulan : " Bukan kah kau yang mengatakan bahwa aq harus menghormati ruang privacy mu? Let me say..oh..mungkin karena kau takut aq menemukan sesuatu di ruang pribadi mu?"

Dhany : " Bulan..kita sudah membahas itu."

Bulan : " Tentu saja..kau yang membahas hal itu. Oh, mengumumkan peraturan mu lebih tepatnya."

Dhany : " Aq hanya ingin tau mengenai hubungan kalian. Apa masalahnya? "

Bulan : " Masalahnya adalah bahwa bukan aq yang masih berhubungan dengan mantan, bukan aq yang masih mencuri-curi kesempatan untuk dapat bertemu dengan mantan, dan bukan aq yang bertemu dengan mantan di hotel saat tengah malam..oh, dan point tambahan lagi..saat itu terjadi adalah ketika sedang sibuk-sibuknya dengan pekerjaan tapi tetap memberikan waktu khusus untuk sang mantan."

Bulan setengah meradang ketika mengeluarkan kalimat-kalimatnya. Membungkam Dhany yang selama ini selalu mengira perasaan Bulan tetap baik-baik saja.

Dhany : " Aq sudah mengabarkannya pada mu. Bahkan saat itu aq menawarkan pada mu untuk ikut mendengarkan segala obrolan kami."

Bulan : " Dhany..di mana letak hatimu? Apa kau pikir aq sanggup mendengar obrolan romantisme masa lalu kalian?"

Dhany : " Kami hanya mengobrol biasa, Bulan."

Bulan : " Oh, benarkah? Bukankah kau yang mengatakan pada q bahwa ia ingin menyelesaikan masalah kalian yang belum selesai? Menurut mu apakah itu?"

Dhany : "...."

Bulan : " Kau memang memberitahu q mengenai kencan kalian saat itu. Tapi apa kah menurut mu aq akan baik-baik saja?"

Dhany : " Bulan..kenapa kau tidak mengatakan keberatanmu?"

Bulan : " Aq sengaja melakukannya..tetapi ternyata kau mengecewakan q. Kau sama sekali tidak menganggap q punya hati."

Dhany : " Bulan..aq benar-benar tidak mengira bahwa kau merasa terganggu dengan kehadiran Nadnad."

Bulan memandang Dhany dengan tatapan mata tidak percaya. Sungguh dengan penyataan tersebut membuktikan bahwa selama ini semua perkiraan nya adalah benar. Dhany tidak serius mencintai nya..

Bulan : " Dhany..kau tau hati q masih terluka. Hati q belum lah sembuh benar. Dan kau tau pasti penyebab rasa sakit q itu."

Dhany : " Bulan..jangan kau samakan aq dengan mantan kekasih mu itu. Aq sama sekali tidak mengkhianati mu."

Bulan : " Kau memang berbeda dengan nya. Tetapi kau tidak ingin memperhatikan luka q."

Dhany : " Bulan..tidak terjadi apa-apa antara aq dan Nadnad."

Bulan : " Dhany..kau dengan segala prinsip egois mu..dan kemudian Nadnad mu..jika dia benar-benar wanita berhati baik..maka ia akan menjaga jarak dengan mu saat mengetahui bahwa kau telah memiliki aq sebagai kekasih mu."

Dhany : " Kami sudah berteman sejak sebelum kau masuk di kehidupan q, Bulan. Kau tidak mungkin merubahnya. "

Bulan : " Betul sekali..aq memang tidak berniat untuk merubah apapun yang telah terjadi. Namun.. tindakan-tindakan mu setelahnya.. sejujurnya..sangat menyakiti q, Dhany. Lihatlah..kau masih memanggilnya dengan nama kesayangan..bahkan di hadapan q kau pun tetap memanggil nya begitu."

Dhany : " Aq sudah terbiasa dengan nama itu, Bulan.."

Bulan : " Apa susahnya memanggilnya dengan nama asli? Itu hanya alasan pembenaran mu saja."

Dhany : " Jadi kau tidak mempercayai q?"

Bulan : " Kau tidak menghargai perasaan q..tetapi kau menuntut q untuk mempercayai mu? Kau.. benar-benar egois, Dhany. Setidaknya kau pikirkan dulu bagaimana perasaan seorang wanita saat kekasihnya memanggil mantannya dengan nama kesayangan..dan bahkan seringkali menjadi tempat untuk berkeluh-kesah. Apa dia semenyedihkan itu hingga tidak memiliki teman lain untuk mengadu? Apa harus kamu, Dhany? Lalu aq ini apa? Kau hanya memberikan perhatian itu-itu saja..bahkan aq hafal isi sms mu setiap pagi..tidak berubah. Sedangkan dia? Bahkan mampu mencuri waktumu di tengah malam saat kau letih. Di mana posisi q saat itu, Dhany?!"

Chapitre suivant