webnovel

Kau Dan Mantan mu, Aq Dan Ksatria q

Sedari pagi Bulan tenggelam dalam hiruk pikuk kegiatan boutique nya. Ada serombongan wanita muda yang hendak menghadiri sebuah pesta kebun di ujung minggu. Mereka mencari dress ringan dan beberapa aksesoris pelengkapnya. Ketiga asisten Bulan ternyata tidak sanggup mengatasi kehebohan wanita-wanita muda itu saat mencoba ini dan itu.

Seorang dari mereka yang berkulit paling gelap dan berambut pendek terlihat paling antusias memadupadankan dress dengan beberapa aksesoris pilihannya. " Kenapa aq sangat menyukai dress fuchsia ini? Sedangkan aq sudah terlanjur mengatakan pada tunangan q bahwa aq akan memakai gaun berwarna biru. Dia sudah menyiapkan jas biru sejak lusa lalu." Sambil terus memeluk dress pilihannya di depan cermin gadis berambut coklat sebahu tertawa, " Apa kalian harus selalu tampil seragam dalam setiap kesempatan?" "Tentu saja..kami ingin terlihat serasi." Si hitam manis menjawab sambil membanding-bandingkan dress biru di tangannya dengan dress fuchsia di sebelahnya. " Kau bercanda..serasi atau tidak bukan hanya karena kostum kalian yang sama warna nya. Yang penting tema kostum kalian sama. Atau setidaknya pakailan high heels warna biru senada dengan kostum pasangan mu." Gadis ke 3 yang berambut ikal panjang juga ikut mengomentari temannya yang sedari tadi belum memutuskan untuk memilih gaun. " By the way..apa kau yakin bahwa dialah sang Mr.Right untuk mu?" Si hitam manis melotot ke arahnya, " Oh gosh..ini kesekian kalinya aq mendapat pertanyaan seperti ini. Apa masalahnya jika aq menjatuhkan pilihan q pada nya? Setiap orang punya masa lalu, kau tau itu?" Gadis berambut coklat sebahu menjawab sembari berseloroh, " Masa lalu? Are you sure? Bukankah ini sudah kesekian kali kau memergoki nya bersama wanita lain? Itu penyakit, sulit disembuhkan. Sifatnya memang playboy, Eny. Dia bisa saja melakukannya lagi suatu saat nanti."

Sihitam manis seperti kehilangan energi untuk menjawab. Sambil sedikit cemberut ia melangkahkan kakinya menuju meja kasir. " Tolong, saya ambil dress biru ini dengan belt silver nya. Tas sequin mini party warna silver ini juga saya adopsi."

Gadis berambut ikal berbicara membelakangi nya. " Eny tidak peduli itu. Q pikir dia hanya tergila-gila pada seragam polisi tunangannya. Just it. Kau tau kan? Dia memang menginginkan untuk menjadi seorang istri polisi." Gadis berambut panjang menjawab, " Gadis bodoh. Menikah bukan urusan 3-7 hari saja, tetapi untuk hidup selamanya. Dan dia yakin akan membuat tunangannya berubah? Dasar wanita bodoh."

" Semuanya tergantung pada diri kita masing-masing. Kadang kita sudah ditunjukkan keburukan-keburukan itu di depan mata. Namun menjadi tidak berarti saat terkena rayuan maut yang bernama cinta buta." Gadis berambut coklat sebahu menimpali. " Entah dia yang terlalu percaya diri atau sebenarnya hanya bodoh. Bodoh..bodoh..bodoh."

Mereka berdua berpandangan, saling melempar pandangan ke arah teman mereka yang saat ini lebih fokus memperhatikan tunangannya dari pada dirinya sendiri. Berharap logika segera datang sebagai penyelamat teman mereka yang tengah dimabuk cinta oleh sosok lelaki idamannya. Karena mereka sudah tidak tahan lagi, setiap kalimat-kalimat berisi nasihat sungguh telah dimentahkan. Tidak berhasil.

Bulan mengamati ke 3 gadis itu hingga menghilang di balik pintu. Berfikir sendiri mengenai percakapan mereka yang memang sering terjadi dalam percintaan. Saat kau dimabuk cinta..kau akan sulit berfikir menggunakan logika sehat mu. Namun kau tidak akan menyadarinya, karena yang kau gunakan sebenarnya adalah logika atas nama cinta yang pastinya. Ini tidaklah fair.

Namun timbul kekhawatiran dalam benaknya.. Dirinya memang awam mengenai dunia seseorang seperti Bagaskara. Bagaimana kesibukannya, kebiasaannya, cara berfikirnya, komunitas nya.. Sepertinya ia harus segera mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya sebelum logika atas nama cinta mengambil alih isi kepalanya. Ia menyadari, setelah beberapa waktu yang lalu terjerembab dalam kisah traumatik percintaan masa kuliahnya..seharusnya cinta tidak datang tiba-tiba seperti sekarang ini. Ia harus waspada. Setidaknya jangan terlalu menaruh banyak harapan pada siapapun.

Tiba-tiba ponselnya berdering tanda panggilan masuk.. Ada nama Dhany di sana..

Bulan, " Ya, halo..ada apa, Dhany?"

Dhany, " Hai sweet..apa kabar? Kau di mana sekarang?"

Bulan, " Di boutique."

Dhany, " Saat ini aq sedang perjalanan ke kota S, sendiri. Ada dokumen klien yang harus aq cek kebenarannya."

Bulan, " Ok, sampai kapan kau di sana?"

Dhany, " 2 hari."

Bulan, " Baiklah..selamat bekerja. Hati-hati di jalan."

Dhany, " Trims.. Tapi..sweet..jangan dulu ditutup telponnya."

Bulan, " Ada apa, Dhany?"

Dhany, " Dia mengirim kabar bahwa malam ini ia menunggu q di kota S."

Bulan, " Dia? Nadia? Bagaimana dia tau kau ada di sana?"

Dhany, " Tadi dia menelepon q."

Bulan, " Oh.."

Dhany, " Sepertinya dia sudah mengetahui hubungan kita..dari teman kantor di sana."

Bulan, " Lalu?"

Dhany, " Dia ingin membahas sesuatu..".

Bulan, " Sesuatu? Like what, Dhany? Aq pikir urusan kalian sudah selesai. Bukankah kau yang bilang begitu waktu itu?

Dhany, " Ya, kau benar. Namun dia bilang setelah pertemuan ini maka urusan kami akan benar-benar selesai."

Bulan, " ..."

Dhany, " Bulan, listen..I need you to trust me. Tapi jika kau berkata tidak, maka aq tidak akan memenuhi permintaannya. Ini terserah padamu."

Bulan, " Dhany..aq tidak mungkin melarang mu melakukan sesuatu yang ingin kau lakukan. Kau yang putuskan sendiri langkah mu, dan kau pahami sendiri konsekuensinya. Aq percaya kmu.

Dhany, " Thanks, sweetie..aq tidak akan menyalahkan kepercayaa mu pada q. Setelah ini kami benar-benar selesai."

Bulan, " Hati-hati di jalan."

Bulan segera menutup teleponnya dengan jengah. Amat sangat jengah pada alasan demi alasan yang dirangkai manis oleh Dhany. Kesal karena ketidakpekaan Dhany terhadap perasaannya, bahkan saat jawaban-jawaban singkat nan lugas yang kembali dilemparkan oleh nya pada setiap pernyataan Dhany tidak cukup untuk membuatnya beringsut, membatalkan janji.

Aaarrrghhhh!!! Bahkan aq tidak bisa berkata tidak. Membayangkan Dhany saat ini bersiap untuk bertemu dengan mantan kekasihnya. Kenapa waktu itu dia bilang bahwa urusannya sudah selesai? Kenapa dia sangat yakin memastikannya pada q bahwa mereka sudah jelas, tidak ada masa depan? Apa yang terjadi hari ini sungguh memutarbalikkan fakta-fakta itu. Apa ada fakta-fakta yang akan kau putarbalikkan lagi Dhany? Lalu bagaimana cara q bersikap adil pada mu jika yang kau perlihatkan pada q hanyalah lukisan karya seni semu mu? Walau aq memang belum benar-benar jatuh cinta padamu, tetapi berdasarkan hubungan yang kau tawarkan pada q dan telah kita jalani ini..bagaimana cara mendamaikan hati jika kau tengah kencan berdua di restoran romantis bersama mantan kekasihmu? Membahas masa lalu kalian? Apapun bisa terjadi. Dhany.. sebenarnya..apa yang kau harapkan dari q?

Pikiran-pikiran itu terus berputar liar di kepala Bulan. Sungguh..kali ini cinta tengah mengujinya.. Dahulu Leo bermain di belakangnya tanpa sepengetahuannya..dan kini..Dhany dengan sopan santun..meminta izin untuk makan malam romantisnya bersama sang mantan kekasih. Sungguh..ini keterlaluan.

Chapitre suivant