webnovel

Kejadian Tak Terduga

Bulan merasakan ponselnya bergetar. Ia memang sengaja memposisikan hanya getar.

Dina 💌, " Nanti jangan langsung pulang. Kita harus berfoto-foto dulu sampai aq puas, mengerti?"

Bulan 💌, " Apa kau tidak lelah melihat wajah q di dalam galeri ponsel mu? Kalau mau, aq dengan senang hati mengirim 20 foto q lagi sekarang."

Dina 💌, " Harus ada aq di dalamnya, bodoh! Tidak usah banyak bicara, nanti aq dan Sonya akan menunggu di dekat gedung pusat."

Bulan 💌, " Baik, budhe. Tapi sepertinya aq akan berfoto dulu dengan Darius. Dia memintaku untuk berfoto dengannya di sesi foto."

Dina 💌, "Hahaahaaa..sepertinya dia masih penasaran dengan mu. Ooh..bagaimana dengan Malven,apa dia memintamu untuk mendampinginya dalam sesi foto?"

Bulan 💌, " Tidak..bahkan aq belum melihatnya dari tadi. Oh, sudahlah..jangan menambah pikiran q.."

Dina 💌, " Malven yang malang..seandainya ia lebih agresif terhadap mu.."

Bulan 💌, " Dasar kau!"

Dina 💌, " 🏇"

Bulan 💌, " 😒"

Tahapan demi tahapan dalam prosesi wisuda berlalu dengan khidmad. Kesakralan sangat terasa ketika barisan dekan dan segenap dosen berjalan menuju podium diiringi tabuhan gamelan jawa. Semua hadirin berdiri dan dilanjutkan menyanyikan lagu kebangsaan dengan khidmad. Semua hadirin mengikuti moment prosesi yang menandakan keberhasilan para wisudawan wisudawati dalam masa perkuliahan nya. Haru..

Bulan sesekali mengusap tipis air matanya..berbagai visual moment yang ia alami selama masa perkuliahan nya mengalir seperti film durasi pendek yang tersekat-sekat. Berbagai emosi mulai bercampur aduk membuat aliran nafasnya menjadi tidak teratur. Ia tidak percaya telah melalui semuanya..Ia berjanji di dalam hati..terlepas dari tujuan awalnya menuntut ilmu..namun di masa-masa perkuliahan ini lah..dia banyak mendapatkan pengajaran hidup..berproses..terjatuh dan kembali bangkit..berproses kembali..ia yakin..semua ada hikmahnya. Dan ia berdiri di sini bukan hanya karena berhasil dalam perkuliahannya. Tetapi lebih dari itu. Ia merasa pelajaran dalam hidupnya semakin beragam..dengan harapan menuju kekebaikan dan kebijakan..Bulan menguatkan hati..ini semua bukanlah akhir. Ini semua demi menghantarkannya menuju gerbang yang lebih besar. Ia tau itu..ia dapat merasaknnya. Dan ia harus segera mempersiapkan diri.

Sesi foto dilakukan setelah semua tahapan prosesi selesai dilaksanakan. Di saat Darius dan Bulan menunggu giliran, Dina dan Sonya menghampiri.

" Yaaa..kenapa lama sekali..kami menunggu dari tadi." Dina memajukan bibirnya.

"Ooh..sudah lah kau..kenapa bersemangat sekali. Tunggulah sebentar..Bulan dan Darius hanya berfoto sebentar." Sonya menepuk Dina memintanya bersabar sebentar.

" Tampaknya teman-temanmu akan merebut mu secara paksa dari sisi q, Bulan. Apa kau sedang terburu-buru?" Darius berbisik di telinga Bulan.

" Oh, tidak..mereka ingin mengabadikan momen ini untuk terakhir kalinya. Setelah ini kami akan berpisah, Darius." Bulan berkata sambil memberi tanda pada Dina&Sonya untuk menunggu sebentar lagi.

Fotografer mengabadikan 2 pose Darius dan Bulan, semua yang tengah berada di lokasi sesi foto memandang mereka dan mengira mereka berdua sepasang kekasih.

" Oh, lihatlah mereka berdua, akhirnya bersama."

" Ternyata Bulan lah yang selama ini Darius tunggu."

" Yaaa, aq penasaran..dia hampir tidak pernah terlihat dekat dengan gadis manapun selama ini.'

" Q dengar Leo mengkhianatinya..rumor selama ini Bulan tidak mampu move on dan masih mengharapkan Leo kembali. Q pikir rumor itu sama sekali tidak benar."

" Aaah..kau ini..jelas-jelas rumor itu disebarkan oleh Rene dan geng nya. Geng gosip itu sering sekali menjelek-jelekkan orang lain."

" Aah..Rene..tidak bisa dipercaya..semua orang juga tau dia mengejar Darius dari dulu. Dan Darius tidak pernah menanggapinya. "

" Oh, kau benar sekali. Q melihat wajahnya mendadak pucat saat mendengar kabar kolaborasi Bulan dan Darius."

" Waah..kebohongan akan selalu menemukan celahnya untuk mengungkapkan diri. Sebenarnya Rene cukup manis seandainya dia bisa lebih menjaga mulutnya."

Dan komentar-komentar itupun segera menyebar di antara mereka. Tidak menunggu lama untuk sampai ke telinga Rene dan teman-temannya. Sebetulnya ia sudah tidak terlalu berharap kepada Darius. Tetapi berkat komentar-komentar yang menyudutkannya ternyata sang biang gosip pun tidak sanggup menahan hati.

Chapitre suivant