webnovel

Saingan baru

Kevin dan Luna melangkah keruangannya dengan penuh percaya diri.

Mereka sudah tidak sabar untuk bekerja, apalagi dengan banyak rahasia menyelimuti jadi mereka berjanji untuk bekerja lebih keras lagi.

"Saya akan mengurus, produk baru yang akan diluncurkan. Setelah menguji kelayakannya kita harus mematenkannya lebih dulu setelah itu mendapatkan ijin SNI untuk penjualan. Kita menargetkan produk kita akan bisa rilis dua minggu lagi." Ucap Luna pada Kevin mereka menjauhkan perasaan mereka masing-masing disudut hatinya untuk fokus pada pekerjaan mereka.

"Baiklah.. lalu bagaimana dengan perkembangan lemari besar permintaan Hotel Kings, kita harus menyelesaikannya kurang dari satu bulan lagi. Dan pastikan tidak ada yang mencuri desainya karena ini akan menjadi simbol Hotel Kings di jakarta maka kita harus berhati-hati." Ucap Kevin sambil melihat berkas dimejanya.

"Kita telah membuat kontrak ekslusif dengan para pengrajin hingga semua dapat terkendali tapi.."

"Tapi apa?"

"Untuk menyelesaikan benda sebesar itu dengan waktu singkat, saya tidak yakin lemari ini akan selesai sesuai harapan."

Kevin berfikir sejenak, mereka paling tidak memerlukan beberapa hari untuk mengoven kayu yang akan dipakai dan tahap pemahatannya tidak bisa semudah itu perlu ketelitian denga desain yang rumit.

"Kita bisa menambah pekerjanya.." ucap Kevin memberi saran.

"Beri mereka tambahan bonus jika menyelesaikan sesuai target." Lanjut Kevin, Luna tersenyum Kevin sangat hebat mengendalikan situasi seperti ini membuatnya semakin mengaguminya.

"Kita masih harus merahasiakan proyek kita dengan Hotel Kings terutama dari Monic, jika berita ini sampai tersebar situasi akan sulit dikendalikan."

"Baiklah.. Kita hanya membahasnya kepada orang-orang kepercayaan Furniture K." Jawab Luna lugas.

Sudah lama sekali mereka tidak seperti ini menjadi Bos dan sekertaris yang sesungguhnya. Luna tanpa sadar tersenyum membuat Kevin menatap Luna gemas, ia lantas beranjak dari temoat duduknya dan berjalan menghampiri Luna.

"Senyumanmu membuat aku tidak dapat menahan diri.." Kevin menyentuh bibir Luna lembut dengan ibu jarinya.

Luna sendiri mencoba untuk tenang tapi Kevin menujukan hal yang lain.

Kevin menarik pinggang mungil Luna membuatnya tidak berjarak darinya.

"Kamu sengaja tersenyum begitu untuk menggodaku?" Tanya Kevin pelan, wajah mereka sudah sangat dekat kini, nafas merekapun beradu.

"Pak, saya harus mengurus berkas untuk pengajuan hak paten dan ijin SNI sekarang." Ucap Luna gugup, ia takut kalau-kalau ada yang tiba-tiba masuk dan melihat mereka seperti inj.

"Kamu bisa menyuruh yang lain untuk mengurusnya.." bisik Kevin membuat Luna menjadi tegang tak berkutik terlebih saat Kevin membelai punggung Luna lembut.

"Lalu apa yang harus saya lakukan sekarang?" Tanya Luna dengan sisa tenaganya saat Kevin terus mengusap bibirnya lembut dan punggungnya.

"Menemaniku.."

Kevin baru saja akan mencium Luna tapi seseorang mengetuk pintu ruangannya membuat mereka segera menjauh satu sama lain.

Luna berjalan membukakan pintu saat melihat Varell telah berada didepan pintu dengan senyum simpulnya.

"Apa aku boleh masuk?" Tanya Varell, Luna mengijikan Varell masuk diaambut dengan Kevin yang terlihat merengut.

Mengapa dia harus datang setiap hari, tidak ada Monic yang mengganggu malah ada pria ini. Kevin mencoba tersenyum sebisa mungkin walau perasaannya kesal.

"Saya akan membuatkan teh.." ucap Luna tersenyum menambah kekesalan Kevin, mengapa Luna tersenyum hanya padanya? akulah kekasihnya bukan?

"Tidak perlu, kita harus kembali mencari furniture yang pas untuk di area kamar dan juga ballroo." ucap Varell mengentikan langkah Luna.

"Baiklah kalau begitu.." sambut Luna tersenyum.

Kevin mengedipkan matanya tidak percaya, mengapa Luna terlihat sangat bersemangat sekali?

"Baiklah, kalau begitu kami permisi.." ucap Varell pamit, Luna dan Varellpun berjalan menuju pintu keluar.

Kevin tidak percaya dengan apa yang dilihatnya jika Luna membagi senyum indahnya dengan pria lain.

"Luna..." Panggil Kevin menghentikan dengan sekuat tenaga ia menahan rasa cemburu yang membakar dalam dadanya.

"Bukankah kamu harus mengurus hak paten dan ijin SNI?" ucap Kevin, ia tidak akan membiarkan Varell menghabiskan waktu lagi dengan kekasihnya seharian.

"Tadi bukankah anda mengatakan untuk menyuruh yang lain saja." jawab Luna singkat, astaga apa Luna tidak melihat tatapan matanya yang terbakar cemuburu saat ini.

"um,, aku pikir akan lebih baik jika kamu yang mengurusnya.." Ucap Kevin berdalih, Luna menyipitkan matanya ia mencari tahu dari ekspresi wajah Kevin yang tidak menyenangkan.

apa Kevin tengah cemburu sekarang?

Kevin memberi isyarat kembali melalui matanya agar Luna mengiyakan perkataannya sedangkan Varell menunggu dengan sabar.

"baiklah kalau begitu pak.." jawab Luna, ia beranjak pergi tapi Varell mencegahnya dengan memegang lengan Luna.

Mata Kevin seakan meloncat keluar, beraninya dia menyentuh Lunaku..

"Lalu bagaimana denganku?" tanya Varell terlihat tidak senang.

"Aku akan menggantikannya.." Kevin dengan kasar melepaskan tangan Varell dari lengan Luna.

Mata mereka bertemu menandakan persaingan sedangkan Luna hanya berdiri dibelakang, ia tidak berani mengintrupsi.

"Bukankah kita juga berteman.." Ucap Kevin tersenyum terpaksa.

Varell tidak menjawab ia hanya memandang wajah Luna sebelum akhirnya mengangguk meski wajahnya tidak terlihat senang.

"Baiklah.." Jawab Varell pasrah, padahal ia ingin mengahbiskan waktu berdua lagi dengan Luna.

....

Kevin berjalan sejajar dengan Varell menusuri setiap sudut ruang sample.

Suasana canggung menyelimuti mereka, Varell terlihat tidak senang ditemani oleh Kevin, baginya dapat bersama dengan Luna itulah hal yang terpenting.

"Semakin aku melihat semakin aku terkesan.." ucap Varell, ia menghentikan langkahnya membuat Kevin menoleh padanya. Varell memujinya membuatnya tersenyum bangga.

"Terimakasih, kerja keras menghasilkan semua ini."jawab Kevin, perasaan bangga menyelimutinya kini.

Varell terasenyum tipis dan melanjutkan langkahnya.

"Kamu tahu apa maksudku?" Tanya Varell melangkah lebih dekat lagi.

Kevin menatap bingung apa yang dimaksud dengan pria dihadapannya ini? Wajahnya terlihat tidak senang sejak mereka memasuki ruangan ini, apa itu semua karena Luna?

"Aku terkesan dengan caramu mencintai Luna.."

Kevin terdiam apa maksudnya berkata seperti itu padanya.

"Ini bukanlah sebuah pujian.." Lanjut Varell tatapannya sangat dingin sekarang.

Kevin semakin bingung dengan perkataan mengambang yang Varell lontarkan padanya.

"Jika kamu sudah memiliki wanita lain mengapa harus membuat posisi Luna seperti wanita simpanan? Jangan menjadi serakah. Aku mengenal Luna lebih dulu, aku akan mengambilnya kembali.. perasaan Luna untukmu, aku akan mengambilnya.." Mata Varell memerah, ia melihat saat Luna dan Kevin bermersaan didalam kantornya tadi. Varell dan Luna bersekolah diSMA yang sama setelah mereka lulus dan Varell telah menyukai Luna sejak saat itu.

Setahu Varell, Kevin telah memiliki seorang kekasih. Dia sangat berani mempermainkan Luna, wanita yang dicintainya.

Kevin terdiam, dia ingin menjelaskan semuanya pada Varell tapi untuk apa ia membuat pria dihadapannya ini mengerti yang terpenting adalah Luna sudah mengetahui semuanya dan mereka bisa bahagia.

Tapi dia tidak bisa membiarkan Varell merebut Luna darinya. Dengan cepat Kevin menahan langkah Varell.

"Kamu hanya teman lama.. jangan terlalu percaya diri, aku dan Luna akan selalu bersama." Ucap kevin tegas dengan tatapan matanya yang tajam.

Varell tersenyum tipis dan menyingkirkan tangan Kevin dari lengannya.

"Kita lihat saja.." ucap Varell menatap Kevin tajam, ia lantas kembali berjalan berkeliling tapi kemudian Varell menghentikan langkahnya dan berkata "oh ya.. aku fikir produkmu tidak semuanya cocok dengan konsep kami, aku ingin kalian membuat sesuatu yang baru jika tidak memungkinkan untuk membuat produk baru aku akan membatalkan proyek ini."

Kevin mengepalkan tangannya, ia sangat kesal oleh Varell, jika saja tidak ada perjodohan sialan itu maka Kevin telah membatalkan proyeknya setelah melihat Varell adalah desainer interiornya.

"Jangan meragukan kemampuanku, disaat kamu masih bekerja untuk orang lain aku sedang menjalankan perusahaanku dengan baik." Kevin tersenyum tidak terima, Varell mempermainkan emosinya. Ia tidak bisa menyambungkan masalah perasaan dengan pekerjaan.

"Perusahaan yang dibangun oleh ayahmu.. bukan kamu yang membangunnya. Meskipun Luna memujimu hingga akhir aku tidak pernah merasa terkesan. Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan Luna."

Kevin mengepalkan tangannya, kenyataan jika perusahaan ini dibangun oleh ayahnya tidak bisa ia elak tapi kenyataan jika perusahaan ini maju ditangannya tidak ada yang bisa memungkirinya.

"Katakan saja jika kamu iri padaku.. dan bersikap profesional lah, aku tidak yakin Smith akan memperkerjakanmu lagi jika ia mengetahui sifatmu seperti ini." Balas Kevin, ia tersenyum menatap rendah Varell yang tidak terima dengan ucapannya dan kemudian berjalan meninggalkan Varell.

Kevin berjalan cepat, tidak hanya hatinya yang terbakar tapi juga fikirannya. Pria itu berani mengancamnya membuat fikiran Kevin mendidih.

Kevin memasuki ruangannya dan membanting pintu, Luna yang telah melihatnya berjalan dengan kesal dengan cepat menyusul langkahnya.

"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Luna khawatir setelah menghampiri Kevin dan menyentuh bahu Kevin pelan.

Kevin menarik nafasnya, ia tidak bisa menyembunyikan kekesalannya saat ini. Dia tidak akan membiarkan siapapun merebut Luna darinya.

"Luna.."

"Ya pak.."

"Mari kita pergi kencan besok.."

Kevin mengatakannya dengan nada dingin, Luna sendiri dapat merasakan kemarahan yang ditahan Kevin tapi ia tidak berani bertanya.

"Baiklah.."

.....

Chapitre suivant