webnovel

We Love, We hide 2

Kevin duduk diam di dalam mobilnya, ia juga sudah membuang dasi yang dipakaikan oleh Monic, sedangkan Luna yang duduk disebelahnya hanya diam memandang keluar jendela.

"Kita berhenti sebentar." Perintah Kevin, saat melintasi sebuah butik pakaian pria.

"Turunlah." Perintah Kevin, Luna hanya menarik nafas kesal dan mengikuti langkah Kevin.

Kevin lantas memasuki tempat itu bersama dengan Luna.

"Carikan aku pakaian yang pas dan senada dengan bajumu." Perintah Kevin.

"untuk apa?" Tanya Luna singkat.

"Mungkin kita akan bertemu Smith disana." jawab Kevin beralasan padahal hanya ingin kembali terlihat sebagai pasangan dengan Luna, meskipun Luna terlihat sangat marah padanya sekarang.

"Baiklah..." Jawab Luna dengan malas. Percuma saja mereka berpenampilan serasi jika pada akhirnya ia dan Kevin memang tidak bisa bersama.

Mendadak Luna merasa ingin menangis tapi ia menahannya sambil memilih pakaian untuk Kevin.

Luna sudah berhasil menemukan setelan jas dan kemeja juga dasi untuk Kevin yang berwarna senada dengan pakaian yang dikenakannya.

"Cobalah." Ucap Luna, ia masih terlihat dingin dan mencoba bersikap seprofesional mungkin.

"Tunggulah." Ucap Marve sambil beranjak bangun.

Luna tidak menjawab, ia justru memalingkan wajahnya dan melangkah meninggalkan Kevin menuju kasir dan menunggu Kevin disana.

Setelah mencobanya Kevin langsung merasa cocok, pilihan Luna tidak pernah salah.

"Aku kesulitan menggunakan ini." Ucap Kevin sambil menyerahkan dasi berwarna abu-abu itu kepada Luna.

"Anda harusnya memperhatikan saat saya memakaikan Anda dasi jadi Anda bisa melakukannya sendiri." Ucap Luna, sebenarnya ia tidak ingin memakaikan Kevin dasi apalagi ia kembali teringat bagaimana Monic menyuruhnya memakaikan Kevin dasi dan setelah itu membuangnya, tapi meskipun enggan itu adalah pekerjaannya jadi Luna tetap memakaikan Kevin dasi.

"Kenapa aku harus belajar jika aku memilikimu di sisiku." Bisik Kevin.

Luna mengangkat pandangannya, dan menatap Kevin dingin, "Saya tidak akan melakukannya lagi saat Anda sudha menikah." Ucap Luna, ia dengan cepat menyelesaikannya pekerjaannya lalu melangkah menjauh, tapi Kevin menarik tangannya dan menahannya. 

"Aku hanya akan menikahi mu." Ucap Kevin tanpa keraguan sedikitpun. 

"Oh rayuan manis, tapi aku sama sekali tidak tertarik."

"Aku bersungguh-sungguh, Luna."

"Aku juga bersungguh-sungguh, Bpk. Kevin Wijaya!"

"Aku tidak akan terpengaruh dengan ratuanmu lagi ." Mata Luna memancarkan kebencian, ia sudah muak dengan permainan Kevin. Jika ia benar mencintainya maka seharusnya Kevin berjuang untuknya dan tidak menempatkannya pada posisi yang membuatnya seakan menjadi seorang yang berada ditengah-tengah hubungan orang lain.

Luna kemudian menarik tangannya dengan kasar lalu membayar baju Kevin.

Yang dapat Kevin lakukan hanya menatap punggung Luna dengan perasaan sedih karena Luna sepertinya semakin membencinya.

Setelah membayar merekapun berjalan menuju pintu keluar tapi Luna tidak bisa mengabaikan rambut Kevin yang tidak tertata rapih. Sudah dua tahun sejak ia menjadi sekretaris Kevin dan tidak pernah ia melihat rambut Kevin yang begitu kusut seperti saat ini dan itu membuat Luna merasa tidka nyaman.

"Tunggu dulu... mereka mungkin akan menganggap anda tidak serius jika tidak rapih pak." Ucap Luna sambil membetulkan tatanan rambut Kevin perlahan dengan lembut.

Rasa tidak nyaman karena merasa bersalah dengan Luna atas kejadian di kantor berubah seketika seperti bunga-bunga bermekaran dihati Kevin meskipun Luna terus memasang ekspresi dingin.

"Tampan dan rapih seperti biasa." Puji Luna tanpa sadar membuat Kevin tersipu akan pujian Luna.

"Maaf, saya tidak bermaksud menggoda." Ucap Luna saat menyadari kebodohannya baru saja dan segera berjalan keluar meninggalkan Kevin. Wajahnya kini merona, astaga apa yang baru saja dia katakan. Luna hanya dapat meruntuki kebodohannya tapi Kevin masih tersihir oleh kata-kata Luna.

Tapi Kevin menyusul langkah Luna dengan cepat dan mencekal pergelangan tangannya.

"Jangan seperti ini." Pinta Kevin memohon.

"Saya sudah bilang kan jika saya tidak bermaksud menggoda Anda. Jangan salah paham dengan pujian saya kepada Anda."

"Luna, bukan begitu maksudku."

Luna tidak ingin mendengar apapun dari mulut Kevin, ia menarik tangannya dengan kasar lalu melangkah memasuki mobil Kevin dan kemarahannya tidak main-main karena Luna selalu duduk di kursi belakang bersamanya tapi kali ini Luna duduk di kursi depan bersama dengan supir.

Kevin hanya dapat bersabar, ia tidak akan bisa melawan kemarahan Luna jadi Kevin akan menunggu sampai kemarahan Luna mereda barulah dia akan mendekati Luna lagi dan menjelaskan segalanya.

....

Sesampainya di restoran, Luna masih terdiam saat duduk disebelah Kevin tapi Kevin merasa bahagia, ia berharap Smith datang agar ia dapat mencairkan suasana tegang antara dirinya dan Luna. Tapi meskipun Luna mencoba mengabaikan Kevin sebisa mungkin, senyuman Kevin selalu mengembang seperti bunga teratai yang mekar, sangat mempesona membuat Luna salah tingkah dibuatnya.

"Tampan dan rapih?" Kevin mengulang kembali kata-kata pujian Luna tadi membuat Luna bertambah kikuk.

"Kamu juga cantik dan menggemaskan seperti biasa." Puji Kevin pelan membuat rona diwajah Luna tersipu merah, tapi saat melihat cicin yang melingkar di jari Kevin membuat Luna menurunkan senyumanya.

"Jangan Lupakan status anda, pak." Tegur Luna membuat Kevin teringat akan Monic dan membuat senyum merekahnya hilang seketika.

Kini suasana benar-benar hening. Mereka kembali menjadi saling diam seperti sebelumnya.

Kemudian senyum di wajah Kevin kembali terukir saat mengingat perkataan Samantha, jika dia hanya perlu memenuhi persyaratan ayahnya dengan cepat dan Luna akan kembali kesisinya asalkan Luna tidak memberikan hatinya pada pria lain dan saat ini ia hanya perlu membuat Monic lengah dan tidak memikirkan Luna agar Luna tetap aman maka semua akan berjalan lancar sesuai rencana.

"Maaf lama menunggu." Terdengar suara memecah keheningan. Luna menatap tidak percaya dengan siapa dia berhadapan sedangkan Kevin menurunkan senyumanya yang baru saja merekah.

"Varell.." Ucap Luna tidak percaya.

Varell tersenyum kepada Luna dan juga Kevin.

"Apa yang kamu lakukan disini?"

"Biar ku luruskan, saya adalah desainer interior Hotel Kings, senang bekerja sama dengan anda Furniture K."

Kevin tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan dia dengar baru saja, begitu banyak desainer interior dimuka bumi ini mengapa harus Varell?

.....

Chapitre suivant