"Kevin sayang ayo kita jog..gin." Suara familiar itu berhasil membuat Luna dan Kevin terperanjak kaget.
Bukan tanpa alasan karena suara melengking itu adalah suara khas Elsa.
Nyonya Wijaya yang tidak lain adalah ibu kandung Kevin yang selalu berpenampilan nyentrik dan juga dinamis, ia dipenuhi dengan banyak keceriaan tapi ia juga tidak sungkan untuk mengomel bahkan pada Luna sekalipun meskipun seolah Luna juga adalah putrinya.
Dan kini ia tengah berdiri mematung lengkap dengan pakaian olah raga berwarna merah muda terang, mulutnya terbuka lebar, karena saat ini masih jam setegah enam pagi dan Kevin tengah berdiri sambil memagang hairdrayer dan juga rambut Luna yang basah.
"Astaga ! apa yang kalian lakukan sepagi ini?" Tanya Elsa memekik dengan baju jogingnya yang belum terkena keringat itu.
Elsa berniat mengajak kevin berolahraga bersamanya tapi melihat Kevin sedang mengeringkan rambut Luna membuatnya sangat terkejut dan kepalanya mendadak pusing.
Apa putranya baru saja membuat skandal dengan sekretarisnya sendiri? Elsa sama sekali tidak habis pikir.
Ia lalu berjalan mendekati Luna dan Kevin dengan rasa penasaran sambil terus memegangi kepalanya yang mulai terasa berat kini.
Melihat Elsa mendekat, Kevin segera meletakan hairdryer yang dipegangnya diatas meja dan Luna segera merapihkan rambutnya merekapun duduk bersebelahan dengan salah tingkah.
"Se..selamat pagi ibu Elsa." Luna mencoba menyapa dengan senyuman risihnya, rasanya lidah Luna mendadak beku ini bukan kali pertama mereka bertemu tapi suasana ini sangat aneh saat ini membuat Luna menjadi gugup setengah mati terlebih saat Elsa menatapnya curiga.
"Apa kamu menginap disini Luna?" Luna mengedipkan matanya mendengar pertanyaan Elsa, apa dia terlihat seperti seseorang yang dapat menginap dirumah seorang pria?
Luna kemudian melihat kembali penampilannya saat ini, dan bukan hal aneh jika Elsa mengatakan hal seperti itu padanya karena ia memang terlihat seperti habis bercinta dengan Kevin.
Tapi kenyataannya tidak seperti itu, Luna tidak ingin reputasinya menjadi buruk maka ia segera menjelaskan tapi baru saja ia membuka mulutnya untuk menjelaskan Elsa seperti sudah tidak sabar untuk mendengar maka ia dengan cepat menyela penjelasan Luna.
"Sudahlah, kalian berdua membuatku syok." Belum sempat Kevin berkata ibunya telah memotong kalimat yang belum terucapkan olehnya.
"Astaga, rasanya seperti memergoki pengantin baru dipagi hari." Betapa terkejutnya Luna dan Kevin dengan apa yang dilontarkan Elsa kembali dengan santainya sebelum akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari rumah Kevin.
"Jangan coba-coba memberiku cucu sebelum kalian menikah." Ancam Elsa sebelum ia benar-bena keluar dari pintu Kevin.
Kalimat yang diucapkan Elsa berhasil membuat canggung suasana, Kevin dan Lunapun perlahan duduk menjauh satu sama lain.
cucu dia bilang?
Kevin mendadak menjadi tegang, ia segera beranjak bangun sebelum ia benar-benar memperlihatkan kegugupannya.
"Kita bahas rapatnya di pesawat saja nanti, cepat kemasi barang-barangmu!" Ucap Kevin sebelum berjalan menuju kamarnya.
"Pesawat?" Luna segera beranjak bangun dan berjalan cepat menghampiri Kevin yang menghentikan langkahnya ia ingin bertanya kemana tujuan mereka sebenarnya tapi Kevin menoleh dengan tatapan menyeramkannya membuat Luna tidak mampu bertanya lagi..
" Apa kamu tuli?" Tanya Kevin, wajahnya terlihat sangat menakutkan sehingga membuat Luna mengkerut tapi kemudian Kevin mendekat dan menyentuh tangan Luna.
"Atau kamu ingin membuat cucu untuk ibu ku bersama ku?"
Luna segera menarik tangannya sebelum Kevin berhasil mengecup punggung tangannya,
Kevin menyunggingkan senyumannya, ia kemudian kembali melangkah menuju kamarnya sementara Luna masih diam mematung.
"Pesawat kita berangkat lima belas menit lagi, jika kita teringgal. Maka gajimu yang aku potong untuk mengganti biaya penerbangan, Jadi cepatlah." Ucap Kevin saat berada diambang pintu dan tanpa menunggu jawaban Luna yang sudah pasti akan mengeluh padanya, ia segera menutup pintu kamarnya rapat-rapat.
"Pesawat? astaga ini akan menjadi hari yang panjang." Gerutu Luna kesal, hari liburnya sirna sudah.
....
Saat di pesawat mereka serius membahas dokumen untuk rapat nanti. Ini kesempatan besar untuk melebarkan sayap perusahaan furniture milik Kevin, Perusahaannya sudah sangat maju meskipun begitu kesempatan untuk bekerja sama dengan hotel Kings akan membuat perusahaanya semakin kokoh berada di posisi teratas. Hotel Kings memiliki cabang hampir diseluruh dunia dengan begitu Furniture K nama perusahan Kevin akan semakin maju dan produk-produk perusahaanya akan lebih mudah memasuki pasar luar negri.
"Saya rasa, ini adalah pilihan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. kemungkinan besar mereka akan menerima usulan kita." Ucap Luna, Kevin setuju dengan pendapat Luna dan ketenggangan dihatinya sedikit berkurang.
" Baiklah, kita harus melakukannya dengan baik." jawab Kevin dibalas dengan anggukan dan senyuman Luna yang merekah.
"Apa masih ada lagi yang mau dibahas?" Tanya Luna hati-hati.
"Tidak ada!" Jawab Kevin singkat
"Kalau begitu, aku akan memakai riasan sekarang." Ucap Luna dengan antusias mengeluarkan perlengkapan makeupnya dan mulai memoles wajahnya.
"Kamu cantik walau tanpa makeup!" puji Kevin pelan membuat Luna menoleh dan tersipu.
"Benarkah?" tanya Luna senang, Kevin lalu tersenyum
"Tentu saja aku bohong, wajahmu terlihat seperti nenek-nenek saat tidak memakai makeup" Ejek Kevin tertawa.
Perkataan Kevin membuat Luna melirik kesal tapi dia tidak ingin meladeni pria menyebalkan disebelahnya ini, dan terus memoles makeupnya dan belum selesai Luna memoleskan lipstik dibibirnya tiba-tiba persawat mengalami turbulensi membuat pesawat terguncang cukup hebat, Luna begitu takut dan tanpa sadar menggenggam tangan Kevin erat, Kevin menyadari itu dan hanya dapat menyembunyikan senyumannya.
"Apa kita akan mati?" Luna merancau karena begitu cemas dan takut.
"Tenanglah." Kevin membelai rambut Luna membuat Luna sedikit tenang sampai akhirnya guncangannya berhenti tapi Luna belum juga melepaskan tangan Kevin.
"Kamu suka mencuri kesempatan disaat terjepit ya!" Kevin kembali menggoda Luna tapi Luna tidak menyadari sindiran Kevin sampai Kevin mengisaratkan dengan matanya kearah tanganya yang di pegang oleh Luna erat.
"Maaf pak, sa.. saya hanya sedikit takut!" ucap Luna gugup, wajahnya memerah kini dan dalam beberapa detik Kevin memotret wajah luna dengan lipstik yang tergores bergelombang di pipi mulusnya.
"Mengapa memfoto ku?" Tanya Luna bingung.
"Karena kamu cantik!"
"Benarkah?"
"Tentu saja tidak! aku hanya jaga-jaga jika kamu mendadak hilang aku hanya perlu memposting ini dan kamu akan datang secepat kilat." Jelas Kevin kembali tertawa sambil memperlihatkan foto Luna yang sukses membuat mata Luna melotot sempurna, ya menggoda Luna memang sangat menyenangkan.
"Kevinnnnn!" memekik kesal ia ingin memaki Kevin tapi pekikannya cukup membuat penumpang lain terganggu dan membuat Luna mengecilkan suaranya.
"Hapus foto itu sekarang!" ucap Luna mengeratkan giginya menahan kesal dihatinya.
"Satu juta dolar dan aku akan menghapusnya!" Luna kembali melotot memandang Kevin rasanya matanya ingin keluar dan memukul wajah tampan Kevin tapi dia tidak berdaya.
"BOS KIKIR ! simpan saja sesuka hatimu, aku tidak akan pernah menghilang dari hidupmu!" Pekik Luna kesal sebelum akhirnya memalingkan wajahnya karena kesal berbeda jelas dengan Kevin yang terlihat sangat menikmati kekesalan Luna.