webnovel

Konflik 2

"Huhuhu..." suara tangisan menggema di dalam kamar yang berukuran kecil, suara gadis yang telah menangis selama sejam penuh.

Azra yang telah berada di kos nya tengkurap di atas kasur sambil menutupi kepalanya dengan bantal, dia terus menangis sejak pulang dari rumah Afnan.

di saat yang sama Afnan yang berada di dalam kamarnya terlihat begitu frustasi, dia tidak henti-hentinya mengacak rambutnya sendiri.

kini dia melihat kasurnya yang tampak berantakan atau bahkan bisa di bilang hancur. Kasur itu memiliki bekas terbakar api yang begitu besar.

saat Afnan mengangkat kepalanya dia melihat Azra kini berada di bawahnya, posisi wajahnya yang sejajar dengan dada Azra membuatnya mampu melihat dengan jelas lekuk tubuh Azra yang hanya mengenakan pakaian dalam itu. Afnan sempat meneguk air liurnya secara kasar, wajahnya semakin merona dengan pemandangan yang begitu indah menurutnya.

Wajah Azra memerah sampai ke belakang telinganya, merah bukan karena malu namun karena saat ini dia benar-benar marah. Kobaran api muncul dari kedua telapak tangannya. Sontak Afnan bangkit dari atas Azra dan mundur beberapa langkah.

"Ma...maaf aku nggak sengaja!"

"Aku nggak tau kamu berada di kamarku! kupikir kamu berada dikamar sebelah!" Afnan mencoba menenangkan Azra yang sekarang dalam puncak kemarahan.

Namun Azra tak dapat bepikir jernih dia tidak memperhatikan perkataan Afnan yang ada dibenaknya sekarang adalah memberi pelajaran pada si mesum itu.

Azra kini dalam posisi duduk, api yang berasal dari tangannya kini menjalar kesebagian besar kasur. Saat Azra akan menyerang Afnan, Morgan tiba-tiba muncul dari balik pintu.

Morgan yang melihat pemandangan itu tersentak kaget, dia dapat melihat kobaran api besar mengelilingi Azra. Dan dalam penglihatannya Azra terlihat seperti sosok monster dengan warna matanya yang melotot tajam ke arahnya.

Melihat hal itu Afnan segera berlari ke arah Morgan dan menutupi matanya, entah apa yang dilakukan Afnan tiba-tiba Morgan tak sadarkan diri.

Azra yang melihat Morgan memandangnya dengan tatapan yang sama seperti seseorang dari masa lalunya membuat amarahnya sedikit meredah, kobaran api perlahan sedikit demi sedikit menghilang.

dengan cepat Azra mengambil pakaian yang ingin ia pakai tadi dari lantai dan memakainya, sebelum dia pergi Azra memandang Morgan dalam pelukan Afnan. Afnan yang melihat pandangan Azra merasakan piluh dalam dadanya, sampai akhirnya Azra melangkah pergi dari sana.

Saat Morgan terbangun dia sudah berada di kamar yang sudah disiapkan oleh Afnan untuknya. Morgan tidak ingat mengapa dia bisa tertidur dikamar itu, sekeras apa pun dia mencoba mengingatnya tetap saja tidak bisa.

Afnan sudah menghapus ingatan Morgan tentang kejadian yang terjadi di kamarnya, bisa dibilang itu salah satu magic yang dimilikinya.

Afnan sudah memerintahkan asisten rumah tangganya untuk membersihkan kamarnya dan mengganti kasurnya dengan yang baru.

*

ke esokan harinya di sekolah Azra terlihat sangat murung, lingkaran bawah matannya yang terlihat hitam menandakan dia kurang tidur semalam.

"Azra kamu sakit?" Tanya Dhyan yang datang menghampiri Azra.

Awalnya Dhyan ingin melakukan protes besar-besaran kepada sahabatnya itu saat bertemu di sekolah, Azra yang telah meninggalkannya di taman hiburan bersama dengan Radit, dan tak memberikan kabar sama sekali sampai sekarang. Telponnya tak di angkat dan smsnya pun tak dibalas.

Namun ketika Dhyan melihat kondisi Azra yang begitu suram pagi ini, membuatnya mengurungkan niat tersebut. Dia lebih khawatir dengan keadaan Azra terlebih setelah Azra datang ke tempat yang ramai seperti kemarin. Dhyan lebih tau dengan jelas bahwa sahabatnya itu paling tidak suka mendatangi tempat yang sesak dan penuh dengan banyak orang.

"Azra jawab dong! jangan bikin aku khawatir nggak jelas gini!" Dhyan memegangi pundak Azra dan membuat Azra melihat ke arahnya. Azra hanya berguman tidak jelas, Dhyan tidak bisa mendengar apa yang di ucapkan oleh Azra, suaranya terlalu kecil.

"Ngomong apa sih kamu Ra? nggak kedengeran!" Dhyan mulai merasa stres dengan sahabatnya yang satu ini.

"....ncur...dah...nggak...harapan...gi..!" gumam Azra sekali lagi di depan Dhyan.

"Hancur? harapan? maksudnya apa sih Ra?" Dhyan nggak tahan lagi dan mulai mengguncang pundak Azra.

"Aku hancur... sudah..nggak ada... harapan.. lagi" gumam Azra kembali dengan suara yang sedikit keras dari sebelumnya.

"APA?"

Chapitre suivant