webnovel

Buat ibu bangga

"Kami akan membantu semaksimal mungkin" ujar fuad penuh tekad di wajahnya.

Ia sangat ingin memeluk ibu yang sedang terluka di hadapannya itu, tapi ia tentu tahh tata krama dan tidak akan melakukannya. Jangankan memeluknya, untuk menyentuh tangannya saja fuad harus berhenti memikirkannya.

Setelah selesai berdiskusi kepada dokter imran, meri segera menuju rumah sakit tempat ia bekerja. Hari ini ia mendapat shift pagi dan harus tiba pada pukul sembilan tepat. Ke rumah sakit, ia di antar oleh fuad yang mengawal di belakangnya.

Suasana hati dan pikirannya sangat buruk, karena itu ia merasa tidak terlalu bersemangat bekerja. Pikirannya hanya sibuk memikirkan kesehatan junior. Dia tidak berharap junior menderita penyakit aneh lainnya.

Saat jam pulang tiba untuk murid sekolah dasar di ege, meri menjemput junior dan membawanya ke lembaga penyedia les privat yang juga menyediakan tes IQ. Junior merasa heran ibunya bisa membawanya untuk melakukan tes kecerdasan intelektual.

Meri menunggu dengan sabar hasil tes putranya. Benar saja, putranya itu memiliki skor tes IQ 125 poin. Ini jauh di atas meri. Walau banyak kalangan yang mengatakan bahwa IQ bisa berubah, meri sangat yakin jika pun berubah, itu hanya akan bertambah.

Tak ingin menyia-nyiakan waktu, meri kembali ke rumah sakitnya untuk membawa junior melakukan pemeriksaan. Dokter jack yang melakukan pemeriksaan itu secara pribadi mengingat hubungannya dan meri sudah begitu akrab.

Meri menunggu beberapa jam untuk melihat hasil pemeriksaan itu. Dokter jack sudah meminta agar meri pulang dan hasilnya akan di kirim melalui email. Tapi meri enggan untuk beranjak dari rumah sakit.

Perlahan ruangan pemeriksaan itu terbuka dengan dokter jack yang sudah berdiri di hadapannya. "masuklah ke ruanganku"

Meri mengikuti langkah dokter jack bersama dengan junior di sampingnya.

"bagaimana hasilnya?" tanya meri tidak sabar.

"kau bisa melihat hasilnya dan aku yakin kau bisa mengerti keadaannya" ujar dokter jack. "ana, putramu mengesankan"

Dengan teliti, meri memperhatikan setiap detail dalam hasil pemeriksaan junior. Jumlah protein dalam otaknya sangat baik bahkan terlalu baik, tapi itu tidak berbahaya. Jumlah protein yang banyak menyebabkan kerja otak menjadi meningkat dengan cepat.

"mengenai hasil uji genetiknya, minggu depan baru bisa kita lihat. Jangan terlalu khawatir, ini sudah jelas bukan LLI tapi anakmu memang seorang jenius yang terlahir di abad ini. Jangan terbebani dan cukup awasi perkembangannya dengan baik. Jika kau merasa perlu berkonsultasi dengan psikolog, aku akan merekomendasikan seorang teman"

"terimakasih jack, aku rasa dia sudah baik-baik saja. Aku lega karena ia memang anak jenius. Otaknya masih bisa berkembang dan kemungkinan IQ nya masih bisa meningkat. Aku akan mengawasinya"

Meri meninggalkan ruangan itu dan menemui junior yang menunggu di depan ruangan. Junior akan tertekan mengetahui kondisinya yang tergolong tidak normal, karena itu meri memintanya menunggu di luar.

"kita pulang?" junior melihat ibunya.

"Mmm"

Di perjalanan, meri tak mengeluarkan sepatah katapun. Dia hanya ingin fokus pada kemudi dan tak menambah beban pikirannya. Otaknya terlalu cerdas, mungkin karena itu saat mengetahui kecerdasan junior membuat otaknya menganalisa semua kasus orang jenius yang kemudian mengidap gangguan jiwa bahkan skizofrenia.

Beruntungnya, ilham tidak hanya mengajarkan segi intelektual pada putranya, tapi juga sisi psikologi dan pengendalian diri. Meri semakin yakin bahwa ilham telah melihat junior sebagai cermin dirinya ketika kecil. Karena itu ilham selalu berusaha mengendalikan putranya.

Jika junior belajar mengetahui pikiran seseorang dengan metode yang di lakukan oleh seorang penderita Low Litent Inhibition melalui ilham, maka ilham pastilah salah satu penderitanya. Ia akan menunggu hingga ilham bebas dan menemukannya. Jika dia bisa menemukannya dengan mudah dari total ratusan negara di dunia dan ratusan ribu kota yang tersebar di berbagai benua maka ia pastilah pria jenius.

Meri sangat yakin dia tidak meninggalkan jejak sedikitpun saat melarikan diri dan bersembunyi di Izmir. Bahkan pemilihan kota Izmir melalui berbagai pertimbangannya.

Turki merupakan negara dengan suhu terbilang dingin di sepanjang tahun. Bahkan musim panas hanya terasa lembab karena cuaca dingin. Baik ilham maupun andre sangat tahu bahwa meri tidak menyukai musim dingin maka bersembunyi di tempat yang bertolak belakang dengan kepribadiannya adalah cara mengecoh mereka.

Di tambah lagi jika ilham atau junior mencoba mencarinya di tempat dengan universitas medis terbaik, mereka benar-benar akan gagal karena di turki tidak memiliki universitas medis unggulan dunia. Semua di turki mulai dari universitas hingga rumah sakit serta peralatan medis sangat sederhana dan masih jauh dari kata unggulan. Karena itu meri memilih turki.

Satu-satunya petunjuk umum yang bisa mereka pikirkan dan jikapun itu terlintas adalah bahwa turki memiliki perbatasan dengan laut lepas, karena meri menyukai pantai maka mereka bisa menjadikannya pertimbangan walau itu masih terlalu umum.

Tak terasa mereka sudah berada di halaman rumah tempat ia berlindung selama ini.

"apa ibu baik-baik saja?" tanya junior setelah melihat meri turun dari mobil. Ia menyodorkan sapu tangannya.

"Mmm, ibu baik-baik saja" jawab meri singkat namun kemudian merasakan sesuatu yang hangat mengalir di hidungnya.

Saat menyentuhnya, meri melihat itu darah karena itu junior memberikan sapu tangannya. Anaknya itu tetap tenang bahkan ketika melihat hidung ibunya berdarah. Tapi itulah junior, dia selalu tenang di setiap situasi hingga orang yang melihat sulit mengatakan ia sedang sedih, bahagia atau yang lain. Ekspresi yang mudah di lihat di wajah junior hanya ketika ia kecewa dan ia menunjukkannya kepada ibunya tercinta.

Meri mengambil sapu tangan junior untuk menahan agar darah tak menetes dan mengotori pakaiannya. Dia seorang dokter tentu tahu cara menangani hal sepele seperti itu. Dengan lembut meri memijat pangkal batang hidungnya untuk menghentikan pendarahan.

"meri. Ada apa?" reni melihat junior dan meri hanya berdiri di depan mobil di bawah terik matahari yang tidak terlalu panas.

"bukan apa-apa kak" meri berbalik menatap reni.

Darah di sapu tangan tipis itu sangat jelas terlihat membuat reni semakin panik. "ya ampun, kau mimisan" wanita yang lebih tua beberapa tahun dari meri itu dengan cepat mengambil kunci rumah meri dan membuka pintu agar meri segera masuk.

"kau sepertinya kelelahan. Jangan terlalu banyak pikiran" nasehat reni membuat meri merasa ia memiliki kakak perempuan.

"terima kasih kak" meri melihat junior yang sudah keluar dan berganti pakaian.

"jika kau kurang sehat, biar junior aku yang asuh dulu. Kau perlu beristirahat"

"ini hanya karena kelelahan. Di Indonesia cuaca sangat panas, mungkin kepalaku baru merespon setelah tiba di sini" jawab meri asal.

Mimisan tidak mungkin terjadi karena respon lambat kepalanya terhadap panas. Dan cuaca di turki saat ini tidak panas dan juga tidak dingin jadi itu tidak mungkin karena cuaca. Meri hanya merasa lelah dengan beban pikiran. Ia memikirkan junior dan ilham sekaligus. Kedua pria yang berharga dalam hidupnya itu seperti memiliki kesamaan di masa kecil.

Hal yang harus ia lakukan hanya menunggu ilham menemukannya sembari mengawasi perkembangan junior. Jika ia tidak bisa mengatasi junior, ia hanya takut putranya itu mengalami gangguan aneh. Dan yang terburuk ia mungkin akan melihat putranya seperti psikopat dengan otak jeniusnya namun EQ rendah.

Namun yang terpenting saat ini adalah mengatasi pemikiran negatif yang selalu di proses oleh otaknya. Baru kali ini meri berharap otaknya dapat berjalan dengan lamban. Dia tidak ingin terlalu banyak berpikir dan hanya ingin melihat keceriaan dan kesehatan junior.

Malam sudah semakin larut, setelah makan malam bersama. Meri meminta junior untuk berbicara bersama.

"junior, katakan pada ibu. Apa kau masih mengingat nomor ponsel dadi?" yang sebenarnya ingin meri ketahui adalah seberapa baik putranya mengingat memori masa kecilnya.

"tidak. Yang pernah ibu beri hanya nomor ponsel bibi grace, jadi hanya itu yang ku ingat"

"lalu apa kau mengingat semua nama pengawal dadi yang selalu menjagamu. Sebutkan" pengawal ilham lebih dari sepuluh orang jadi jika junior mengingat semuanya itu sangat luar biasa.

"tentu. Uncle frank, joy, tedi, bram, gio, abran, edwin, george, steven, rudi, bani, mail, ansar, rey, roy dan uncle budi"

"baiklah, sekarang katakan alamat apartemen lama ibu di cambridge"

"River side street nomor 12 lantai 8"

"anak pintar"

Dengan mengetahui junior mampu menghafal angka dan huruf maka itu sudah pasti bukan LLI. Karena penderi LLI hanya terfokus pada satu. Jika ia fokus pada numerik maka ia akan dangkal di alfabet, begitu pula sebaliknya. Sementara junior bisa menggabungkan ingatan keduanya.

"ibu, jika kecerdasanku terlihat aneh maka aku bisa berpura-pura tidak tahu apa-apa" ujar junior menatap lembut ibunya.

Kening meri mengkerut mendengar ucapan junior "kenapa?"

"aku hanya tidak ingin melihat ibu mengkhawatirkan kecerdasanku. Awalnya ku pikir ibu akan bangga karena aku adalah anak yang pintar. Tapi melihat ibu cemas dan terbebani, rasanya aku ingin jadi anak yang biasa-biasa saja"

Meri menarik junior ke dalam pelukannya dan mengelus lembut punggung putranya itu. "ibu tidak cemas karena kecerdasanmu. Ibu hanya sedikit khawatir anak ibu akan terbebani dan belajar terlalu keras. Anak ibu tidak perlu berpura-pura tidak tahu apa-apa dan bersembunyi. Tunjukkan saja kecerdasan yang junior miliki. Tuangkan dalam ide-ide dan isi sebagian waktumu untuk melaksanakan ide itu. Tapi sayang, bisakah kau membatasi informasi yang kau urai dalam benakmu?"

" maksud ibu?"tanya junior

" begini. Jika gurumu mengatakan A, kau hanya perlu tahu itu benar atau tidak. Jangan mencari pemikiran lain seperti mengapa A atau mengapa tidak B atau C. Jangan memunculkan opsi lain, jika A maka cukup cari tahu tentang kebenaran dari informasi itu. Apa kau mengerti?"

"Mmm. Aku mengerti" jawab junior sumringah.

"coba jelaskan kembali pada ibu melalui versi mu sendiri"

"jika ibu mengatakan ibu suka ikan tuna, maka aku hanya harus mencari tahu rasa dari ikan tuna dan kandungan apa yang membuat ibu suka. Aku tidak perlu mencari tahu mengapa ibu tidak memilih ikan salmon atau seafood lainnya" junior menerangkan kembali.

"kau memang putra ibu yang pintar"

"aku pernah mendengar bahwa ucapan seorang ibu seperti obat mujarab bagi anaknya. Tidakkah ibu berpikir aku menjadi jenius karena ibu?"

"ibu? Kenapa karena ibu?" meri sedikit heran.

"ibu selalu mengatakan aku pintar, jenius, cerdas bahkan ketika aku berbuat salah. Tuhan mungkin menganggap itu doa seorang ibu karena itu aku jadi sepintar ini"

"jadi apa sekarang ibu harus mengatakan anak ibu dungu agar kau tidak mengalahkan ibu bermain catur saat dewasa nanti?" goda meri

Junior "..."

"hahaha,, ibu hanya bercanda. Tidak masalah jika anak ibu lebih jenius dari ibunya. Manusia harus berevolusi ke arah yang lebih baik bukan. Buat ibu bangga padamu oke" meri memberikan satu telapak tangannya untuk melakukan tos pada putranya.

"pasti" jawab junior kemudian menyambut tangan ibunya. Suara telapak tangan berbenturan terdengar jelas di telinga keduanya.

Chapitre suivant