webnovel

Perempuan licik

Kampus yang luas membentang taman hijau dengan rerumputan yang masih segar dan sedikit basah oleh embun di pagi hari. Embun itu baru saja pergi saat sang surya mulai menyapu daratan.

Perlahan satu per satu mahasiswa memenuhi kampus yang terkenal dengan alumninya. Tak hanya menghasilkan sumber daya yang unggul dalam hal akademik, kampus itu juga membangun etitude para mahasiswa di dalamnya.

Pendidikan berlandaskan etika profesional selalu di kedepankan. Universitas itu cukup teliti melihat persaingan dunia luar yang tidak hanya sekedar memandang isi kepala yang tergambar dari nilai akademik, mereka juga tahu etika dan skil lebih di utamakan.

Meri memilih harvard bukan karena ia tahu mengenai betapa terkenalnya kampus itu, ia memilihnya karena tahu akan kemana tujuannya kelak, dan bagaimana cara mencapainya. Banyak sekolah medis lain yang lebih unggul, tapi belum tentu semuanya bisa berhasil masuk di rumah sakit medis serta bidang penelitian obat-obatan dan teknologi kesehatan yang di miliki harvard. Mahasiswa harvard setidaknya memenuhi satu syarat untuk bisa lolos dengan memiliki ijazah dari universitas itu.

Tujuan meri tak hanya menjadi dokter yang menyembuhkan pasien dengan metode yang sudah ada. Dia ingin menjadi pembuat metode baru penyembuhan tanpa jarum suntik. Belajar dari dirinya sendiri yang tidak menyukai jarum suntik membuatnya ingin menemukan gebrakan mengenai hal itu.

Dengan perlahan, ia akan bisa mencapai tujuannya itu. Tapi saat ini, tujuannya menyingkirkan megan dengan tangannya sendiri seakan di gagalkan oleh seseorang tapi dia juga merasa terbantu dengan hal itu. Ia hanya perlu tahu siapa dalangnya dan mencari tahu tujuan orang tersebut.

Jika itu ilham, rafa atau andre maka tak akan menjadi masalah baginya. Tapi hingga saat ini, rafa belum menelfonnya dan ilham juga tidak muncul.

Setelah menyelesaikan kuliahnya, meri mencari moe karena merasa rindu dengan kebawelan sahabatnya itu.

Dia berkeliling mencarinya tapi tak juga menemukan gadis itu. Meri memutuskan makan siang di kantin dan tak sengaja bertemu ilham saat di perjalanan. Sangat kebetulan ia juga ingin menanyakan perihal megan kepada ilham.

Mereka duduk di bangku taman yang lumayan jauh dari kerumunan mahasiswa. Dia tak ingin meri merasa tidak nyaman dengan pandangan sinis mahasiswa lainnya.

"ilham, ada yang ingin ku tanyakan" meri membuka suara terlebih dahulu.

"tanyakan saja"

"tentang megan. Apa kau yang melakukannya?" meri bertanya dengan hati-hati.

"apa yang ku lakukan?" merasa tak mengerti dengan maksud perkataan meri, ilham menjadi lebih bersemangat dan serius mendengarkannya.

Meri mulai menceritakan apa yang dia lihat di internet. Dia juga memberi tahu awalnya ia mengira itu ulah ilham.

Dengan cepat ilham membuka artikel yang di maksud meri. Laman itu menjadi sangat terkenal karena di rilis oleh perusahaan berita online berpengaruh di Indonesia. Ilham tampak lebih terkejut karena perusahaan itu adalah tempat di mana megan bekerja dan di kontrak.

Terdiam sejenak, ilham menjelaskan jika itu bukan dirinya. Itu mungkin saja andre melihat betapa detail informasi mengenai pria simpanan yang tak lain adalah ayahnya serta informasi mengenai sewa apartemen dengan nama ayahnya.

Meri tidak memikirkan itu adalah andre. Terlalu banyak kesalahan dan terlalu transparan jika andre yang melakukan itu.

"aku yakin itu bukan andre, aku mengenalnya dengan baik. Dia mungkin membeberkan informasi mengenai megan, tapi tak akan membuat informasi mengenai rumah tanggaku. Itu sama halnya dia membuatku menjadi sorotan publik. Dia tidak menyukai hal itu"

"apa mungkin itu kakakmu rafa atau yang lainnya?" ilham masih sibuk membaca semua artikel mengenai megan yang bersinggungan dengan meri.

"aku tidak yakin itu dia. Cuma kak rafa yang mengetahui masalah aku dan megan, kak rido bahkan tidak tahu apa-apa. Dia hanya mengira rumah tangga yang di usik oleh megan adalah rumah tangga si pria simpanan. Identitasku masih samar di artikel itu, tapi sangat jelas kalau yang penulis itu maksud adalah aku. Dia pasti mengenalku atau andre dan tahu masalah yang terjadi antara megan dan aku. Tapi siapa?"

Pikiran meri terbang jauh hingga tidak menyadari megan yang sejak tadi mengawasinya. Melihat pria yang berada di samping meri adalah pria yang tiga tahun lalu menolaknya membuat darahnya mengalir ke kepalanya membuat amarah menguasainya.

Megan mengepalkan tangannya dan dengan langkah panjang mendekati mereka. Meri terkejut saat melihat megan sudah berdiri di hadapannya.

Berusaha tetap tenang, ilham berdiri di ikuti dengan meri yang juga berdiri menatap lurus ke mata megan yang nampak penuh dengan api kebencian.

Plaakkk

Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri meri, meninggalkan bekas merah dan efek panas terbakar di sana. Spontan meri memegang pipinya yang merasakan sakit setelah menerima tamparan keras itu.

Tangan megan kembali melayang tapi tertahan dengan sebuah tangan yang menangkap pergelangan tangannya. Ilham merasa ingin membalas tamparan di pipi meri dengan menampar wanita di hadapannya itu.

"sebaiknya jaga sopan santunmu" ilham melepaskan tangan megan dengan kasar dan berbalik melihat pipi meri yang memerah karena tamparan megan yang mendadak.

"aku baik-baik saja" meri melihat ke khawatiran di mata ilham, sama dengan apa yang ia lihat di mata andre semalam saat ia mengalami mual muntah.

"apanya yang baik-baik saja. Pipimu sampai merah seperti ini" ilham memegangi wajah meri dan membelai pipi kemerahan itu dengan lembut.

Melihat hal itu membuat megan semakin terbakar cemburu. Dia tidak menyangka wanita yang selama ini menaklukkan ilham adalah wanita yang sama yang telah merebut hati andre dan berpaling darinya.

"boleh aku tahu mengapa tanganmu yang kotor berani menyentuhku?" meri menahan diri agar tak bersikap seperti makhluk rimba dengan memukuli wanita di hadapannya itu.

Ilham masih tetap sibuk membelai pipi meri yang kemerahan sementara meri berbicara dengan megan yang memandang ilham dengan begitu geram.

"kau mengatakan tanganku kotor? Tidakkah pipimu yang kotor saat ini, bagaimana bisa kau membiarkan pria lain menyentuh pipimu saat kau sudah menjadi seorang istri" ujar megan dengan berapi-api.

"kau mengatakan itu seakan kau lebih baik dariku. Tapi begitulah anjing yang selalu menggonggong"

Merasa tersinggung dengan perkataan megan, ilham juga berbalik menatapnya dengan penuh kemarahan.

"pergilah, orang seperti mu hanya membuat atmosfer semakin banyak menyerap racun. Kau harusnya melihat dirimu sendiri saat mengatakan hal tadi, itu lebih cocok untukmu. Dan satu lagi, jika sekali lagi kau menyentuh meri, bahkan hingga rambutnya rontok selembar. Akan ku pastikan mematahkan tanganmu"

Dia berbalik memegang tangan meri dan membawanya menjauh dari tempat megan berdiri dengan penuh kemarahan. Tatapannya seakan terbakar melihat ilham membawa meri pergi. Dia melihat cahaya kekhawatiran di mata ilham saat menatap meri dan tatapan kemarahan saat melihat dirinya.

Ilham menarik meri menuju rumah sakit kampus yang bersebelahan dengan fakultasnya. Meri tentu saja menolak, tapi ilham sangat tahu cara memaksa wanita pembangkang itu agar menjadi penurut.

"ikut secara sukarela atau ku paksa. Kalau aku memaksa, ku pastikan kakimu tidak menginjak tanah"

Otak meri cukup cerdas memahami maksud dari perkataan ilham. Tak ingin menjadi sorotan, meri berjalan dengan cepat di hadapan ilham sambil memegangi pipinya yang masih meninggalkan sensasi pedas.

"aku akan mengantarmu pulang. Prof albert tidak akan masuk nanti siang karena akan ada rapat dekan" ilham membantu mengompres pipi meri dengan alat pengompres yang telah di isi es batu di dalamnnya.

"Mmm" meri hanya bergumam karena ilham yang masih memegangi pipi kanannya untuk menahan tekanan es batu di pipi kirinya.

"maafkan aku. Ini salahku"

"mengapa ini menjadi salahmu. Wanita itu yang gila, seharusnya aku yang menamparnya tadi karena mengganggu kehidupanku. Mengapa jadi dia yang tampak lebih marah"

Merasa kesal dengan apa yang terjadi, dia jelas melihat kemarahan di wajah megan. Tapi tidak mengetahui alasannya. Dia sangat ingin membalas tamparan itu, tapi ilham berdiri di sampingnya. Akan memalukan jika memperlihatkan sisi ganas di dalam dirinya.

"biar ku antar pulang"

"tidak perlu, aku akan naik taksi saja"

Ponsel meri berdering karena telfon masuk dari andre. Saat itu jam makan siang, seharusnya andre berada di kantor dan ini jam sibuk. Sepertinya hal penting terjadi. Benar saja, saat meri baru menggeser layar ponsel untuk menerima panggilan. Teriakan andre sudah jelas memekakkan gendang telinganya.

📞"pulang sekarang juga"

Hanya tiga kata itu dan sambungan telfon terputus. Meri menatap layar ponselnya seakan tak percaya dan mengira ponselnya yang mati. Ilham masih sibuk menekan alat kompres ke pipi meri.

"aku harus pulang sekarang. Terimakasih sudah membantuku"

Tak menunggu jawaban ilham, meri berlari keluar ruangan dan segera mencari taksi. Ilham hanya bisa melihatnya menjauh dan menghilang di bawa oleh mobil taksi.

📩 "kompres kembali pipimu saat tiba di rumah dan jangan memikirkan masalah megan dan artikel itu. Aku akan mencari tahu. Istirahatlah"

Pesan itu masuk di ponsel meri saat dia sudah berada di taksi dan mendengar pesan dari ilham. Dia terkadang kurang nyaman dengan kebaikan ilham yang tak berhenti walau tahu ia sudah bersuami.

Seperti itulah ilham. Dia sosok pria yang sulit jatuh cinta dan lebih sulit melepaskan cintanya. Dia akan berusaha keras saat memiliki keinginan atau tujuan. Tak perduli seberapa sulit jalan yang akan dia hadapi, dia akan tetap melewati jalan itu. Dia keras kepala tapi berhati lembut. Dia suka memaksa jika itu untuk kebaikan meri tapi akan tetap bersikap lembut kepadanya.

Cintanya sejak dulu tak pernah berkurang sedikitpun hingga sekarang. Dia tetap memuja satu wanita yaitu meriana rezki. Primadona hatinya.

Andre sudah menunggu meri di apartemen saat meri tiba dan menghampirinya di ruang tamu.

"ada apa memintaku pulang?" meri sangat kesal mendengar andre lagi-lagi meneriakinya.

"apa ini? Apa semua ini meri?" andre melemparkan ponselnya ke hadapan meri.

Layar ponsel itu menyala dengan menampilkan artikel yang memuat berita megan dan ayah andre. Kemarahan andre memberi petunjuk kepada meri bahwa itu bukan ulah andre.

"aku sudah bilang jangan mengotori tanganmu. Kau hanya perlu duduk diam dan melihatnya jatuh tanpa harus berbuat apa-apa" andre setengah berteriak karena merasa tak percaya dengan sikap meri. "kau bukan hanya menjatuhkannya, tapi juga menjatuhkan bom di kepala ayahku"

Mendengar ocehan itu, meri tak bisa tinggal diam begitu saja menerima kesalahan yang tidak ia lakukan.

"andre, itu bukan aku. Aku tidak akan bersikap sebodoh itu"

"lalu siapa? Apa pria ini yang melakukannya?" andre memperlihatkan foto meri dan ilham yang berjalan membelakangi kamera.

Di foto itu hanya wajahnya yang nampak karena ia berbalik sehingga menampakkan sebagian wajahnya tapi itu cukup jelas bahwa itu adalah dia.

Itu pastilah perbuatan megan yang sengaja ingin menimbulkan kesalahpahaman di antara andre dan dirinya. Sialnya adalah di foto itu ilham menggenggam erat tangan meri. Itu kejadian satu jam yang lalu saat ia bertemu megan yang melabraknya di kampus.

"perempuan licik, dia sangat pintar memutar balikkan fakta. Kau salah paham andre, itu tidak seperti apa yang terlihat"

"oke, aku percaya kau tidak mungkin jalan dengan pria lain di belakangku. Lalu, pipimu. Ada apa dengan pipimu"

Meri menutupi pipinya yang masih nampak merah. Ia lupa menutupinya karena tegang dengan permasalahan artikel itu.

Chapitre suivant