webnovel

Keahlian Menombak

Éditeur: Wave Literature

"Aku, Yu Yua Han, Ksatria Dark Ice dari dinasti Xia, meninggalkan teknik menombakku di sini."

Buku itu dipenuhi dengan gambar-gambar kecil yang menunjukkan seseorang yang sedang mempraktikkan teknik menombak.

"Wing-"

Kekuatan misterius dan maha dahsyat tiba-tiba membuat udara di ruangan itu bergetar.

"Hm?" Xue Ying kaget. Ia mendongak dan melihat sebuah pemandangan di depannya. Cahaya putih menyilaukan muncul dari halaman buku daun emas yang terbuka itu. Cahaya misterius itu perlahan berubah menjadi seorang pria tua yang memegang tombak, dan berpakaian seperti seorang pengemis. Sosok itu sangatlah kecil, bahkan tidak terlalu tinggi dibandingkan buku itu.

Tiba-tiba, udara dingin menyelimuti tubuh Xue Ying, yang gemetar ketakutan melihat pemandangan di depan matanya.

"Hua!" pengemis tua itu mulai mempraktikan teknik demi teknik dengan menggunakan tombak di tangannya. Tombak itu seperti naga, yang menyerang, menghujam, mencambuk, dan menghalau.

Semuanya terlihat tidak asing. Teknik menombak itu sudah Xue Ying pelajari semenjak dia masih berumur enam tahun. Di kekaisaran Gunung Naga, teknik menombak seperti itu biasa disebut dengan "Teknik Soul Spear".

"Teknik Soul Spear" diajarkan hampir di seluruh dunia. Teknik ini merupakan teknik menombak yang paling sederhana dan paling dasar, sehingga sering dianggap sebagai awal mula teknik menombak. Teknik ini hanya sekedar mengajarkan teknik dasar, bukan teknik khusus yang sangat membunuh. Banyak ahli tombak mulai mempelajari Teknik Soul Spear ketika mereka baru mulai belajar menggunakan tombak.

"Sampai sekarang, aku sudah mempelajari teknik ini selama tiga tahun. Mengapa aku tidak menyadari bahwa teknik ini sebenarnya terlihat sangat mengagumkan?" Pupil matanya melebar saat ia melihat prajurit yang berlatih di depannya itu. Hujaman kecil dari tombak pengemis tua itu membuat tombaknya meliuk-liuk seperti seekor ular air. Xue Ying tidak bisa menahan kekagumannya saat ia melihat hujaman tombak yang dahsyat itu.

Ia sudah mulai mempelajari cara menombak semenjak umur enam tahun, dan sekarang ia sudah delapan tahun. Sekarang adalah musim dingin, jadi dia sudah berlatih menombak selama hampir tiga tahun.

"Teknik menombak yang diajarkan Ayah kepadaku ternyata sangat biasa. Ia juga mengajariku berdasarkan teknik menombak di buku ini, tapi mengapa teknik menombakku masih terlihat berbeda dengan teknik pengemis tua itu?" Xue Ying mengamati pergerakan sosok berkabut itu.

Teknik yang ia pelajari sama persis dengan yang dilakukan si pengemis tua itu.

Bagaimanapun juga, teknik yang dipraktikkan seorang master tentu akan terlihat berbeda dengan seorang pemula.

"Mungkin ada kekuatan dari dalam. Setiap pergerakan itu terlihat memiliki kekuatan, seolah-olah seluruh kekuatan tubuhnya bersatu dengan tombak itu." Xue Ying mencoba menyimpulkan apa yang dilihatnya.

Buku di atas mejanya masih terbuka, dan seluruh teknik Soul Spear itu terus diulang.

Sekitar satu jam kemudian, setelah Xue Ying berkali-kali mengulangi bacaan di halaman itu, akhirnya ia membuka halaman selanjutnya.

Halaman buku itu dipenuhi dengan banyak tulisan.

"Dasar-dasar dalam menombak merupakan teknik yang sangat penting. Teknik menombak pertama yang ingin aku ajarkan adalah dasar dari semua teknik Soul Spear. Jika kau mempraktikkan teknik ini dengan sungguh-sungguh, kau mungkin bisa mempelajari teknik menombakku."

"Di bawah ini adalah satu rangkaian metode sirkulasi Qi."

"Teknik menombakku terkenal karena kecepatannya. Dengan menggunakan metode Dou Qi ini, kau akan bisa menggunakan tombak dengan lebih cepat."

Semua kalimat itu menjelaskan bagaimana metode Dou Qi ini bekerja.

Perkataan si Ksatria Transenden itu terdengar sangat sederhana, namun faktanya, teknik yang ia miliki merupakan harta karun yang tak ternilai. Jika ada dua ksatria dengan level yang sama, ksatria dengan teknik Dou Qi ini akan mampu menghasilkan empat hingga lima gerakan, sedangkan lawannya hanya akan mampu membuat dua atau tiga gerakan saja. Jadi, sudah jelas siapa yang akan keluar menjadi pemenangnya.

"Teknik menombakku disebut dengan Teknik Dark Ice Spear, yang memiliki tiga tahap."

"Tahap yang pertama adalah Drifting Snow. Jika kau mempelajari teknik ini, berarti kau sudah melewati permulaan teknik ini, dan kau bisa disebut sebagai seorang ahli tombak."

"Tahap yang kedua adalah Blood Rain. Jika kau mampu mempelajari teknik yang satu ini, artinya kau sudah melewati level Legend. Kau bisa naik menuju level Transenden."

"Tahap yang terakhir adalah Dark Ice. Setiap makhluk Transenden memiliki jalannya masing-masing. Teknik ini mewakili jalan Transenden-ku. Itulah mengapa aku disebut sebagai seorang Ksatria Dark Ice. Jalan yang sudah aku lalui mungkin tidak sesuai dengan kemampuanmu jika kau berhasil mencapai level ini…atau kau juga bisa menggunakan teknik sirkulasi Dou Qi."

Dong Bo Xue Ying menjadi lebih bersemangat saat dia terus melanjutkan membaca penjelasan di buku itu.

Teknik itu memang teknik menombak yang ditinggalkan oleh seorang ksatria Transenden, sehingga bisa menuntunmu menuju level Transenden.

Xue Ying terus membolak-balik halaman buku itu. Di halaman selanjutnya, terdapat sebuah penjelasan yang cukup padat mengenai Teknik Menombak Dark Ice yang unik dan beberapa teknik sirkulasi Qi yang dituliskan di lebih dari 20 halaman. Karena dijelaskan secara singkat dan langsung pada intinya, Xue Ying bisa memahami penjelasan pria tua itu dengan mudah. Namun, kemampuannya dalam bertarung dengan menggunakan tombak masih terlalu dangkal. Tidak mungkin ia bisa mempelajari teknik menombak itu sekarang.

Dia membuka halaman terakhir buku itu.

Gambar-gambar yang memenuhi buku itu langsung mengeluarkan cahaya dan memproyeksikan si pengemis tua kecil itu mempraktikkan Teknik Menombak Dark Ice.

Pertama-tama, ia mempraktikkan Teknik Drifting Snow dengan sangat cepat. Satu serangan saja sudah mewakili ratusan kekuatan dan ribuan tombak, seperti kepingan salju yang jatuh dari langit. Sayangnya, Xue Ying masih belum bisa melihat cara kerja teknik menombak itu dengan mata telanjang. Kemudian, si pengemis tua itu mengulangi gerakannya lagi dengan lebih lambat, seperti slow motion, sehingga akhirnya Xue Ying bisa melihatnya teknik Drifting Snow itu dengan jelas.

Setelah itu, pria itu mempraktikkan Teknik Blood Rain, dan yang terakhir adalah Teknik Dark Ice.

Satu rangkaian teknik itu hanya bisa dirangkum dengan satu kata — Cepat!

Teknik itu luar biasa cepat.

Xue Ying terus berlatih teknik Soul Spear. Jika sudah menguasai teknik ini, ia sudah bisa mulai mempelajari Teknik Menombak Dark Ice yang paling dasar, yaitu Drifting Snow.

Adiknya, Qing Shi, masih tidak mau melepaskan pelukannya, bahkan setelah dia mencoba membujuknya untuk tidur di malam itu. Ia masih ingin bermain dengan Xue Ying selama hampir satu jam, hingga akhirnya ia benar-benar tertidur.

Keesokan harinya setelah sarapan.

Di tempat latihan bela diri.

"Ini adalah tempat untuk berlatih bela diri," kata Xue Ying sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat itu. Dulu, ayahnya selalu berlatih di tempat ini setiap hari.

"Mari kita mulai."

Xue Ying memikul beban dan mulai berlari mengelilingi kastil bagian dalam, yang berjarak satu setengah kilometer. Ia sudah terbiasa berlari beberapa kilometer setiap harinya.

Setelah selesai, Xue Ying kembali ke tempat latihan dan menurunkan beban itu dari pundaknya. Keringat sudah membasahi seluruh tubuhnya. Dia berjalan menuju tempat yang menyimpan tombak-tombak pendeknya. Setiap tombak itu memiliki berat sekitar 2.5 kilogram, dan semuanya khusus dibuat untuk Xue Ying.

"Baiklah!" teriak Xue Ying sambil mengambil salah satu tombak pendek itu. Ia melemparkan tombak itu sejauh 80 meter, tepat mengenai target yang tebal itu. Ada banyak bekas tusukan dan goresan di target itu.

"Ayo, ayo, ayo!'

Xue Ying mulai berlari sambil melemparkan tombak lain.

Ia terus melemparkan tombak-tombak itu sambil tetap berlari.

Lemparannya berhasil mengenai target itu...

"Lemparkan padaku!" teriak Xue Ying.

"Ya, Tuan Muda." Seorang pelayanan yang berdiri di samping arena mulai melemparkan beberapa target kecil ke langit. Xue Ying mulai berlari dari jarak 80 meter dan melemparkan tombak-tombaknya ke arah target. Beberapa lemparan tombaknya berhasil mengenai target, dan beberapa masih meleset. Ia sadar bahwa pergerakannya masih sangat lambat.

Ayahnya pernah berkata, 'Tombak-tombak pendek itu hanya tombak pembantu. Kau bisa berlari sambil menembak banyak benda dengan tombakmu. Esok, kau harus berlatih setiap hari dan melemparkan tombak 200 kali sebagai pemanasan, jadi kau bisa terbiasa dengan situasi seperti itu.'

Setelah melemparkan seribu tombak pendek, Xue Ying merasakan sakit di kedua lengannya. Seluruh tubuhnya basah oleh keringat. Dia sudah terbiasa dengan rasa sakit sakit itu.

Setelah menyelesaikan latihannya, Xue Ying mulai berlatih serangkaian teknik kepalan tangan untuk menguatkan otot dan tulang di seluruh tubuhnya. Teknik Dou Qi itu disebut dengan "Teknik Tiga Tahap Pembakaran". Ayahnya telah mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan teknik itu, karena teknik yang dipelajari ayahnya selama di militer hanyalah teknik yang paling rendah.

Efek kultivasi Qi ini akan bekerja dengan sempurna ketika tubuh penggunanya merasa lelah.

Teknik kepalan tangan ini menggabungkan kekuatan dan kelembutan. Ketika Xue Ying mencoba untuk menyesuaikan teknik ini dengan pernafasannya, latihan yang sudah ia jalani membuat seluruh tubuhnya nyaman. Sebuah kekuatan misterius sedikit demi sedikit mengalir di tubuhnya, sehingga menghilangkan rasa sakit akibat latihan tadi. Alhasil kekuatan fisiknya bisa cepat pulih.

Setelah dua kali melakukan teknik itu, kedua lengannya terasa lebih baik.

"Bagus. Sekarang adalah waktunya berlatih teknik menombak."

Xue Ying mengambil tombak di sisinya, yang panjangnya sesuai dengan tinggi bocah itu, yaitu sekitar 1,8 meter, dengan berat 5 kilogram.

"Ya!" Xue Ying mulai berlatih Teknik Soul Spear.

Ia sudah mempraktikkan teknik menombak ini selama hampir tiga tahun. Sebenarnya, ia sudah cukup terampil. Namun, hari ini, bocah delapan tahun itu merasa sangat berbeda.

"Sekarang ,aku tahu bahwa menggunakan cara seperti itu tadi membuatku merasa lebih nyaman." Kemarin, Xue Ying telah melihat bagaimana Ksatria Transenden itu menunjukkan teknik menombaknya. Ia tidak bisa menahan keinginannya untuk meniru ksatria itu selama berlatih. Tanpa menunggu lama, ia benar-benar bisa melihat hasil latihannya.

"Wuuuush."

Tangan kirinya memegang leher tombak, sedangkan tangan kanannya memegang bagian belakang tombak. Xue Ying pun mulai memusatkan kekuatannya di kedua tangannya.

Dengan putaran di pergelangan tangan kanannya…

Tombak itu melesat seperti ular besar dan berputar dengan cepat. Jika seorang musuh menerima serangan seperti ini, tombak itu terlihat seolah akan mengenai wajahnya. Namun, tombak itu ternyata masih terus berputar mendekat dan akhirnya tertancap di lehernya. Ada dua tujuan menggunakan teknik penyerangan semacam ini. Pertama, serangan seperti ini mampu untuk mengecoh musuh. Kedua, serangan ini merupakan cara yang efisien untuk menembus pertahanan musuh.

"Tak!" Ujung tombak itu menghujam tepat ke dalam tubuh boneka sasaran. Boneka yang terbuat dari dua jenis logam itu dipasang di atas tanah. Bagian dalam boneka terbuat dari logam cor, sedangkan bagian permukaannya dilapisi dengan emas alkimia, yang membuatnya bisa tahan lama dan mudah untuk diperbaiki. Boneka target semacam itu bisa bertahan lama, sehingga ksatria yang berada di bawah level Star tak mungkin bisa menghancurkan mereka. Namun, di area latihan ini, hanya ada lima boneka target, karena satu target berharga 500 koin emas.

Selain boneka yang berada di arena ini, masih ada satu boneka lagi di laboratorium ibunya yang biasa digunakan ibunya untuk melakukan eksperimen.

"Whuuush, whuuush, whuuuush." Xue Ying berkali-kali melemparkan tombak-tombak itu dengan kekuatan penuh.

Ia melemparkan tombak-tombak itu dari berbagai arah. Dari tengah, bawah, dan atas.

Dari kanan dan kiri.

Lemparan sederhana seperti itu merupakan dasar dari setiap teknik menombak. Dalam setiap lemparan itu, Xue Ying berusaha untuk mengingat hal yang dia rasakan ketika sedang berlatih dan mengingat penjelasan teknik menombak ksatria Transenden itu.

Setelah melemparkan tombak sebanyak hampir ribuan kali, lengan kanan Xue Ying mulai terasa sakit lagi. Dulu, ia hanya melemparkan tombak selama 500 kali setiap berlatih, namun sekarang ia mencoba memaksakan dirinya sendiri.

"Tak." Setelah dia melemparkan tombak terakhir dengan kekuatan penuh, tombak itu lepas dari genggamannya dan jatuh ke tanah.

Xue Ying jatuh berlutut, dan nafasnya tersengal-sengal. Keringat membasahi seluruh badannya. Tatapannya tertuju pada tombak yang tergeletak di atas tanah itu.

Meskipun ia ingin melanjutkan latihannya, namun tubuhnya menolak. Ia sudah sangat kelelahan.

Xue Ying mendongak. Biasanya, di situasi seperti ini, ayahnya akan berdiri di depannya dan memarahinya.

"Pengecut!"

"Kau sudah lelah? Kau hanya melakukannya sebanyak 300 kali! Dengan tubuhmu itu, kau harusnya bisa melakukannya 500 kali tanpa merasa kelelahan seperti itu. Harusnya, kau akan merasa lelah jika sudah melakukannya sebanyak 1000 kali. Batas kemampuanmu seharusnya lima kali lebih besar dari yang sudah kau lakukan, yaitu 1500 lemparan! Bahkan rasa sakit dan luka yang kau rasakan ketika kau berhasil mencapai batas kemampuanmu bisa disembuhkan dengan mandi obat nanti sore! Dengan mandi obat, kau akan kembali segar, dan kondisi tubuhmu juga akan membaik besok. Apa yang aku punya ketika aku berlatih di usiamu sekarang? Apakah aku juga seberuntung dirimu? Kau bahkan tidak bisa melemparkan tombak-tombak itu sebanyak 500 kali! Berdiri!"

"Berdiri! Jika kau tidak berdiri, berarti kau adalah pengecut!"

"Hanya 500 kali. Mengapa seorang master muda dari keluarga bangsawan tidak bisa melakukannya?"

"Berdiri! Anak Dong Bo Lie bukanlah seorang pecundang."

"Berdiri!"

Teriakan ayahnya masih terngiang di telinganya.

"Bangun! Berdiri!" Xue Ying mengambil tombak itu dan berdiri.

"Whuuuush"

Sekali lagi, Xue Ying melemparkan tombak itu dengan kekuatan penuh.

Matanya memerah saat ia melemparkan tombak-tombak itu, seolah-olah amarah menguasai bocah malang itu. "Ayah, aku ingin Ayah memarahiku. Aku tidak peduli jika Ayah menyebutku pecundang. Aku akan tetap bahagia."

Seseorang akan menyadari betapa berharganya suatu hal setelah ia kehilangannya.

Chapitre suivant