webnovel

Bukankah Kau Menyukainya Seperti Ini? (8)

Éditeur: Wave Literature

Setelah meminum cukup banyak anggur, Ji Yi tidak lagi punya kekuatan untuk melakukan perlawanan tidak peduli betapa ia berusaha. "He Jichen, lepaskan aku! He Jichen, apa yang kau lakukan?!"

Air sedingin es itu membasahi wajah Ji Yi, dan ketika ia hendak berbicara, air itu mengalir deras ke mulutnya, sehingga Ji Yi terbatuk-batuk karena kekurangan udara. Ketika Ji Yi akhirnya bisa duduk, tubuhnya telah basah kuyup, pakaiannya yang kini sedingin es menempel di kulitnya.

Saat itu adalah puncak musim dingin di ibukota. Meskipun suhu ruangan itu cukup hangat, Ji Yi sangat kedinginan hingga menggigil.

Ji Yi tak lagi punya tenaga untuk bicara, apalagi melakukan perlawanan. Ji Yi hanya bisa membiarkan He Jichen mengguyurnya dengan air dingin seperti itu.

Semakin banyak air memenuhi bak mandi, dan tak lama kemudian, tubuh Ji Yi benar-benar terendam. Dinginnya air di dalam bak mandi membuat Ji Yi seakan lumpuh. Gigi-giginya bergemeretakan, dan Ji Yi kehilangan kemampuan untuk bergerak.

Ji Yi tidak yakin apakah itu hanyalah sebuah ilusi, tetapi samar-samar ia merasakan guyuran air mulai berkurang.

Ia membuka kelopak matanya sedikit dan melihat ke arah He Jichen melalui sela-sela butiran air yang menggantung di bulu matanya.

Pakaian He Jichen hampir seluruhnya basah terkena cipratan air ketika sebelumnya Ji Yi berusaha melawannya. Guratan-guratan ototnya samar-samar terlihat dari balik kemejanya yang basah dan menempel di dada.

Ada emosi yang saling bertentangan di mata He Jichen saat menatap Ji yi dengan ekspresi yang dingin, tanpa ampun. Ketika Ji Yi mengira pemuda itu akan melepaskannya, He Jichen menangkap sesuatu dari sudut matanya. Pandangannya segera tertuju ke leher Ji Yi.

Ada warna merah di sana, tanda bekas gigitan.

Apakah Lin Zhengyi yang melakukan hal itu? Dia benar-benar membiarkan lelaki itu memperlakukannya seperti ini?

He Jichen memicingkan mata dan tatapannya terpaku pada leher Ji Yi selama sekitar setengah menit. Lalu tiba-tiba, tatapannya berubah sangar. Seakan ada pisau yang di dalam tatapannya yang mampu melubangi kulit Ji Yi.

Sedetik kemudian, He Jichen tak bisa lagi menahan amarahnya, ia menekan pundak Ji Yi semakin keras, menyebabkan gadis itu tenggelam ke dalam bak yang dipenuhi air. Air yang begitu dingin memenuhi hidung Ji Yi dan membuat wajahnya membengkak, namun He Jichen tak juga melonggarkan cengkeramannya.

He Jichen terlihat begitu kejam seakan tega membunuh Ji Yi dengan cara seperti itu.

Sebelumnya Ji Yi sudah pernah melihat ketika dia marahꟷempat tahun yang lalu, ketika Ji Yi hendak menyatakan perasaannya pada He Yuguang. Saat itu justru He Jichen yang muncul dengan kemurkaannya.

Saat itu Ji Yi sudah berpikir bahwa He Jichen memang kejam dan menakutkan tiada bandingannya, tetapi kini ia tahu bahwa saat pemuda itu benar-benar marah, ia bisa menjadi lebih menakutkan seperti ini.

Mata Ji Yi terbelalak lebar seraya menatap wajah He Jichen; entah karena ia takut atau tersedak air. Tak ada lagi yang bisa dilakukannya selain gemetaran.

Ketika Ji Yi mengira ia akan mati karena ditenggelamkan oleh He JiCihen, pemuda itu tiba-tiba melempar kepala shower dengan kasar ke lantai. Ia mencengkeram lengan Ji Yi dan mengangkatnya dari bak mandi.

He Jichen tidak mengambil handuk ataupun membasuh tetesan air dari tubuh Ji Yi. Ia hanya menyeretnya keluar dari kamar mandi dan menghempaskan tubuhnya ke lantai ruang tamu. Kemudian ia menindih tubuh Ji Yi dan meraih kerah baju gadis itu.

Ji Yi memakai atasan berenda, jadi bagaimana mungkin bisa bertahan dari kekuatan tangan He Jichen? Ji Yi hanya dapat mendengar suara "sreeeeek" ketika pakaiannya dikoyakkan.

Kulit putihnya yang basah lalu terbuka di depan mata He Jichen.

Chapitre suivant