webnovel

Siapa yang Bersedih?

Alena menangis dipelukan Nizam. Hatinya begitu pilu mendengar nasib sahabatnya. Tangisnya menyayat hati Nizam. Mata Nizam menjadi redup seketika. Ia merangkul Alena dengan erat. "Jangan menangis lagi, sayang. Sudahlah" Nizam berusaha menghilangkan kesedihan Alena dengan menepuk-nepuk bahunya.

Harusnya tadi Ia berbicara diluar rumah Alena. Tapi Nizam juga tidak mau meninggalkan Alena tanpa pengawalan dari orang Indonesia. Karena kalau di jaga oleh Orang Azura Nizam masih merasa khawatir. Bukankah orang Azura adalah warga negara Asing yang tidak tahu medan Indonesia.

"Mengapa ada orang yang begitu jahat seperti Andre di dunia ini. Apa dosa Sisca padanya? Nizam katakanlah kepada ku, mengapa ada orang yang bertingkah bagai binatang?"

Nizam mengelus punggung Alena dengan lembut. Nizam menutup mulutnya rapat-rapat. Ia tidak ingin bicara sepatah katapun tentang Andre. Apalagi berbicara kalau yang menyebabkan Andre tidak bisa menerima Sisca karena Andre terobsesi oleh Alena. Pasti Alena akan semakin merasa bersalah.

Alena lalu menatap Nizam. "Aku ingin melihat Sisca, menjenguknya dan menghiburnya, Aku akan bilang jangan memperdulikan si bajingan itu. Boleh ya Nizam?"

"Iya..ya boleh, kita akan menengoknya, sudah jangan menangis lagi. Kasihan dengan anak kita. Nanti dia akan ikut bersedih. Akukan sudah bilang kalau Kau harus terus berbahagia agar anak kita nanti wajahnya berseri-seri."

"Iya..tapi Nizam. Kalau mereka sekarang hidup begitu miskin. Bisakah Kau membantunya?" Alena menatap wajah Nizam dengan penuh pengharapan. Nizam mengelus pipi Alena. Inilah salah satu yang menyebabkan Nizam sangat luluh pada Alena.

Hati Alena begitu pemaaf. Ia masih ingat bagaimana Sisca mencaci maki Alena didepan orang banyak. Walaupun Nizam tidak mengerti bahasanya tapi Ia sudah memperkirakan betapa kasarnya bahasa yang diucapkan oleh Sisca terhadap Alena. Nizam melihat mata Sisca yang berapi-api sambil menunjuk-nunjuk wajah Alena dan diakhiri sebuah tamparan yang untungnya bisa digagalkan olehnya.

Walaupun begitu, tidak ada dendam sedikitpun di hati Alena. Bahkan Ia sekarang meminta Nizam untuk menolongnya. Nizam yang memang dari awal akan menolong Sisca langsung menganggukan kepalanya. Sebenarnya Nizam tidak perduli dengan Sisca tapi Ia hanya ingin membayar balas budi Niken. Jadi menolong Sisca sama saja dengan menolong Niken.

Alena langsung memeluk Nizam dengan erat. Nizam berbisik, "Sekarang Kau harus penuhi janji mu tadi"

"Janji apa??" Kata Alena sambil menghapus air matanya menggunakan tangannya.

"Kau bilang tadi akan menghadiahkan dirimu padaku"

"Iih..kamu dasar mesum. Lagi sedih begini malah minta yang gituan" Alena cemberut.

"Janji adalah janji. Harus kau tepati. Yang sedang bersedih itukan Kamu bukan Aku, Kenapa Aku harus terkena efek kesedihanmu" Kata Nizam sambil mulai melepaskan kancing kemejanya. Alena menggelengkan kepalanya.

"Apa kamu tidak bersedih dengan Siska?"

Nizam tidak menjawab Ia hanya bicara dalam hatinya. Buat apa bersedih terhadap wanita bodoh seperti Sisca, mau-maunya diperdaya pria bajingan seperti Andre. Lagipula Ia tidak kenal dengan wanita itu.ng Kalau terhadap Niken sih Nizam sangat bersimpati. Walau Ia masih menganalisa kelakuan Niken yang menurutnya sangat tidak masuk diakal. Jangan sampai Alena juga tahu kejadian yang sebenarnya, bisa tambah histeris dia.

"Nizam!!!" Alena bertanya lagi karena melihat Nizam malah terdiam.

"Ya..ya..ya.. Aku sangat bersedih untuk Sisca. Apa Aku perlu nangis berguling-guling dilantai agar kamu puas?" Kata Nizam sambil mencium leher Alena.

"Tapi Kamu kelihatannya tidak iklash" Kata Alena sambil menjauhkan wajah Nizam dari lehernya.

Nizam mengeram kesal karena Alena mengganggu kesenangannya.

"Apa perlu Ia kujadikan selir untuk memperlihatkan keikhlasanku? " Nizam bertambah gusar. Alena langsung menjerit kesal. "Bukan seperti itu" Teriaknya.

"Kalau begitu diamlah. Jangan bicarakan wanita itu lagi" Kata Nizam yang benar-benar muak mendengar nama Sisca. Ia lantas menarik tubuh Alena agar terjerembab ke dalam pelukannya. Alenapun hanya bisa terdiam dan menikmati perlakuan suaminya

***

Andre terdiam di Bar sudut rumahnya. Seorang Bartender pribadi tampak melayani Andre. Ditangannya terselip sebatang rokok. Alena..Alena.. wanita itu membuat Ia jadi gila. Berbulan-bulan Ia mengatur rencana agar Ayahnya Alena masuk penjara. Ia sudah banyak mengeluarkan uang untuk menyuap para penduduk desa dan perangkatnya agar bisa membuat laporan palsu. Besok adalah sidang perdananya. Ya..besok adalah hari yang ditunggu-tunggu. Ia akan menghadiri sidang perdana Ayahnya Alena.

Andre menatap wajah Alena dilayar handphonenya. Alena yang sedang tersenyum tampak turun dari pesawat sambil di tuntun oleh Nizam. Andre juga menonton tayangan konferensi pers saat Nizam mengumumkan kehamilan Alena. Sungguh membuat Ia semakin geram.

"Harusnya wanita itu jadi milikku, Dia sudah dalam genggamanku. Tapi Pangeran sialan itu malah merusak segalanya. Punya hak lebih apa dia dari Aku? Alena hanya dijadikan istri kedua. Wanita bodoh itu entah gila harta atau gila darah bangsawan?" Andre morang-maring.

Bartender yang dijadikan tempat curhat hanya terdiam.

"Aku kurang apa, dibandingkan dengan Pangeran itu? Soal kekayaan? Memangnya wanita itu ingin seperti apa lagi? Apa yang Ia pakai sekarang, Aku sanggup memberikan. Pesawat Jet? Aku juga bisa membelikan. Wanita itu sungguh meremehkan kemampuanku". Andre kembali menenggak minumannya.

"Niken..wanita itu? Wanita itu berani-beraninya menjebak Aku. Dia pikir siapa dia sampai menjebakku seperti itu." Andre membanting gelas yang dipegangnya. Ia lalu berjalan tertatih-tatih dan hampir saja terjatuh kalau tidak ditahan oleh salah seorang pelayan laki-laki dikediamannya. Andre menepiskan tangan yang memegangnya tapi kemudian Ia membiarkan tangan Pelayan memegangnya karena Ia tidak berdaya untuk berdiri.

Alex adalah asisten kepercayaan dari Andre hanya menatap Andre dari jarak yang sedikit jauh. Andre sama sekali tidak ingin dinasehatinya. Ia hanya boleh melihat dari jauh.

Pria ini benar-benar bodoh. Gadis mana sebenarnya yang menolak dia? Ia begitu memiliki segalanya. Kenapa menginginkan istri orang lain. Masih bagus kalau istri orang biasa, masih memungkinkan untuk direbut. Ini istri Pangeran. Bagaimana ada otak sebodoh itu. Alex berbicara dalam hati.

Bertahun-tahun Ia mendampingi Andre. Sejak kepulangannya dari Amerika bersama Sisca waktu itu. Dalam otak Andre hanya ada Alena. Alex tahu persis bahwa Andre tidak pernah kekurangan wanita. Dia tinggal tunjuk maka wanita itu akan datang langsung kedalam pelukannya.

Andre memiliki wajah di atas kualitas standar. Ayahnya adalah orang keturunan dengan kulit yang putih. Andre bagaikan aktor dari Hongkong dengan ketampanan khasnya. Matanya memang sipit tapi masih terlihat bulat dan lebar. Mukanya berbentuk oval dengan pipi yang sangat halus.

Mukanya memang sudah muka playboy dari lahir. Menjadi anak sulung pewaris dari kekayaan Grup Hartono membuat Andre tidak memiliki batasan finansial. Kekayaan keluarga Alena tidak seberapa dibandingkan dengan kekayaan keluarganya.

Alex benar-benar kebingungan dengan tingkah majikannya. Berbulan-bulan Ia disuruh menyelidiki kasus Ayahnya Alena padahal sudah ditutup oleh Ayahnya Andre. Ia mengeluarkan uang banyak hanya sekedar untuk membuka kasus Ayah Alena kembali. Ia menyuap beberapa pejabat untuk membuat surat laporan dan surat perizinan palsu untuk Ayahnya Alena.

Hari ini Ia memberikan uang jaminan yang sangat besar untuk mengeluarkan Andre dari kantor polisi. Ia juga harus mengeluarkan sejumlah uang untuk membungkam para wartawan agar kasus Andre tidak tersebar luas. Sampai Niken bisa memberikan kesaksian maka Andre masih bisa jadi tahanan kota. Ia masih dalam status tersangka. Alex mengusap dagunya Ia juga sedang berpikir keras bagaimana bisa membujuk Niken agar Niken tidak menuntut Andre. Kenyataan bahwa Niken masih suci membuat Andre tidak bisa menuduh Niken. seorang wanita penghibur yang menjebaknya.

Chapitre suivant