webnovel

Bab 67 Cari!!!

"Sstt... Aku tidak ingin dibantah dokter dan jangan sampai Lee sialan itu mengetahui keberadaan gadis milik ku disini". Melenggang pergi meninggalkan dr. Abraham yang penuh dengan kebingungan di wajahnya.

Langkah kaki mantapnya menyusuri lorong- lorong rumah sakit. Matanya yang dingin menatap lurus ke depan, membuat siapa pun yang berpapasan dengannya merasa segan sekaligus terpesona secara spontan. Pintu VVIP putih besar yang berada di hadannya terasa sama-sama kaku dan dingin seperti dirinya yang tengah mencuri oksigen sejenak untuk membuat dirinya sedikit tenang dan mereda dari rasa panik karena kejadian yang menimpa gadis miliknya yang terbaring lemah di balik pintu yang tengah di tatap saat ini.

"Braak!!! Adam membanting pintu di hadapannya dengan gelap mata dan kasar. "Kemana gadis itu!!! Teriaknya penuh emosi di hadapan dokter Abraham yang tengah sibuk membaca jadwal visitnya hari ini. Wajah dokter yang telah senja itu terlihat mengkerut karena binggung sekaligus terkejut.

"Sekali lagi ku tanya di mana gadis itu?!." Geram Adam di sela gemerutuk giginya menahan amarah. Dia panik saat memasuki ruangan rawat milik Jade tidak ada seorang pun disana, bahkan sudah di telusuri seluruh ruangan itu namun nihil, sepi tidak ada tanda- tanda Jade berada di ruangan itu. Dengan sigap langsung berlari kembali menuju ruangan dokter Abraham. Otaknya terasa kosong detik itu juga, dia hanya ingin tau dimana Jade saat ini.

Dokter Abraham bangkit dari duduknya, "Maksud anda Jade? dia sudah di ruangan inapnya... saya sendiri yang mengiringi, bahkan hampir satu jam yang lalu ia di pindahkan ke ruangan." Ucap dr. Abraham yakin sambil melirik pergelangan tangannya melihat arloji untuk lebih memastikan waktu tepatnya.

"Gadis itu tidak di ruangan! Jawab Adam dingin dengan kilatan mata yang waspada menatap dokter di hadapannya.

Dr. Abraham mengerenyitkan dahinya binggung, "Tunggu saya akan bertanya pada asisten" Bergerak meraih telephon yang ada di atas meja kerja. Wajahnya terlihat gusar saat pembicaraannya di telpon. "Astaga..." Keluh dr. Abraham kecil namun sangat dapat di dengar oleh telinga tajam adam.

Adam yang sudah dari semula berdiri kaku berubah menjadi merah padam, tubuhnya dengan reflek meraih kerah jas putih milik dr. Abraham. Berbisik lambat tepat di depan wajah dokter itu " Bila dia hilang, seluruh isi rumah sakit ini akan musnah!" suara itu sangat datar, namun sangat dingin seolah dapat membekukan detak jantung dan seluruh sel - sel dalam tubuh orang yang mendengarnya. Dr. Abraham Gusar "Bagaimana bisa? jelas kondisi Jade dalam keadaan koma, bagaimana bisa... dia... menghilang?" Dr. Abraham memandang wajah Adam penuh tanda tanya, orang di tatapnya semakin berubah dingin dengan aura mengerikan tergambar jelas dari sorot matanya yang tajam.

Detik itu juga rumah sakit Central Kelas satu gempar, semua tengah sibuk mencari keberadaan Jade, pasien koma yang tiba-tiba menghilang begitu saja. Setiap sudut rumah sakit telah di telanjangi petugas rumah sakit maupun orang-orang kepercayaan Adam untuk mencari keberadaannya. Nihil, bahkan sialnya ruangan kelas VVIP memang di desain tidak mengunakan cctv karena untuk alasan privasi para pasien karena ruang tersebut memang diperuntukan bagi pasien penting yang berkantong tebal. cctv seluruh rumah sakit pun bahkan tidak dapat menangkap gerakan mencurigakan, bahkan seperti berjalan biasa saja tidak ada yang janggal, bahkan sangat Normal.

Amarah Adam tak terbendung, kesabarannya telah berada di titik terendah. Semua menjadi panas sekaligus dingin mencekam bagi orang-orang disana. Siapa yang tidak mengenal Adam Lucas?!. Bahkan Dr. Abraham, David dan Simon hanya berani berdiri dalam radius aman agar tidak terkena dampak langsung radiasi kemarahan yang di pancarkan Adam. Pemilik rumah sakit dr. Lee Su tidak berada disana hanya dapat di gantikan oleh bagian kepala management rumah sakit. Yang tidak ada henti-hentinya memohon maaf atas kelalaian yang terjadi. Mereka sudah merasa mati kehabisan nafas saat berhadapan dengan tuan muda Adam Lucas Corp.

Adam Yang tengah duduk di sofa ruangan milik dr. Lee, menikmati secangkir kopi hitam pekat yang tersaji, menatap deretan orang-orang dihadapannya dengan tenang namun menguar aroma bengis yang tak Ter elakkan. "Cari... Cari gadis itu sampai kalian tidak ingat nama kalian sendiri, atau aku yang membuat kalian tidak ingin mengingat nama kalian". Ucapnya mantap... tenang tanpa riak, namun jelas merupakan titah yang harus di laksanakan tanpa ada kata gagal di dalamnya.

Dia sangat kesal, bagaimana gadis itu bisa lenyap dengan durasi waktu satu jam, terlebih ada dirinya disini. Siapa yang berani melakukan hal lucu seperti itu di belakang Adam Lucas?!. Dia melarikan diri? Oh come On, bahkan gadis itu dalam keadaan koma! Di culik? Ini tempat umum mustahil tindakan kriminal tidak dapat terdeteksi di rumah sakit pertama yang memiliki tingkat pelayanan dan keamanan tinggi. Cctv bahkan tidak dapat menemukan hal ganjil selama rentang waktu gadis itu lenyap.

"Pasti ada seseorang yang memiliki kemampuan lebih yang dapat melakukannya. Siap? Siapa yang berani merebut miliknya? Tidak ada yang boleh berfikir bahkan sampai merebut miliknya!". Pikir Adam penuh emosi, wajahnya mulai mengeras dan suram. Cangkir kopi yang tengah di genggam nya semakin lama semakin kencang Ter cengkram olehnya hingga cangkir itu pun harus pasrah untuk hancur termakan oleh amarah Adam. Menyisakan serpihan yang mengoyak jemari kokoh itu, tetesan darah dan pekatnya kopi hitam bercampur menjadi satu. Membuat orang yang melihat bergidik ngilu dan takut.

_________

"Semua berjalan dengan lancar tuan, nona sekarang berada di tempat yang aman."

"Hmm... Bereskan saksi mata yang melihat kalian, jangan sampai menjadi sampah di kemudian hari".

"Baik tuan!"

"tut... tut...tut"

Senyumnya puasa, bahkan sangat puas. Akhirnya gadis ini berada di tangannya bahkan sangat dekat. Sungguh tidak sabar untuk bertemu, rindunya sudah sangat menumpuk. Menjadi lelah yang sangat mengganjal. Tidak perduli dengan siapa dia berhadapan saat ini, yang jelas gadis itu sudah berada di genggamannya. Dengan seluruh kemampuannya dia akan menyembunyikannya sampai kapan pun. Tidak ingin mengalah dan berbagi dengan orang lain, saat ini adalah kesempatan yang dia miliki.

Senyumnya cerah dan lebar, walau ada perasaan awas yang tergambar di masa depan kelak. Namun tidak ingin memikirkannya, saat ini... ya saat ini, esok akan dipikirkan lain waktu.

"Tunggu aku datang..."

Chapitre suivant