webnovel

#Bajang Kerek

Terkadang Nalar Itu Membuahkan Hasil

----------

Mata Yang semula biasa saja, tiba-tiba menjadi putih semua. Mulut lebar yang jatuh sampai ke tanah pun kini tertutup kembali dengan rapat. Kemudian sekujur badannya yang semula biasa saja kini telah berubah menjadi merah semua.

Astaga makhluk apa ini?...

Dengan tiba-tiba dia berlari ke arahku. Dan anehnya aku tidak bisa melihatnya dengan jelas pergerakannya. Sangat cepat.

Dia sudah ada di belakangku, memegangi kakiku.

Pegangannya sangat erat, hingga berhasil membuat aku tidak bisa berjalan.

Gulungan kain berwarna putih pun, masih tergenggam erat di tangannya.

Ku coba untuk tetap tenang. Tidak terpancing apapun.

Lama kelamaan pergelangan kakiku yang di pegang olehnya menjadi panas, seperti tersulut api.

"Eh, lepasin gak! Aku cuma mau minta gulungan yang di tanganmu!"

Aku berteriak keras kepadanya.

Dia hanya melihatku dan mengucapkan banyak kalimat yang tidak aku ketahui bahasanya.

Kakiku semakin lama semakin panas dan sudah mulai kurasakan sakit pada kulitku.

Jelas bukan hantu ini, kalau gak Jin ya separuh nya.

Dia kemudian merambat naik ke tubuhku dan duduk di pundakku. Memegangi erat rambutku dan menjambak rambutku.

Karena aku sudah tidak sabar akan hal ini. Ku raih dan ku pegang badannya dengan kedua tanganku. Dan ku angkat paksa untuk lepas dari pundakku.

Ku angkat tepat di depanku. Dia meronta-ronta ingin untuk di lepaskan. Dia berteriak seperti sebelumnya. Tetapi aku sudah tidak pedulikan hal itu. Telingaku juga sudah bebal dengan suaranya.

Aku geram sekali melihat tingkahnya yang begitu jail kepadaku.

Ku eratkan pegangan ku ke badannya. Dan tanpa sadar aku mengucapkan sesuatu hal atau bahasa yang aku tidak bisa aku artikan dan menuliskannya. Karena aku tidak tahu bahasa itu.

Aku mengucapkannya terus.

Hingga makhluk yang berada di tanganku kemudian, menjadi samar-samar atau terawang. Dan saat aku mengucapkan kalimat yang tidak aku tahu bahasanya itu terus menerus.

Kemudian dia perlahan menghilang menjadi asap putih tipis di hadapannku.

Dan dia sekarang sepenuhnya menghilang.

Aku terdiam sejenak. Apa yang barusan aku katakan dan ku ulangi terus menerus. Aku tidak bisa mengingatnya, dan aku pun tidak mengenal bahasa itu. Lantas apa yang aku ucapkan barusan?

Hingga membuat makhluk kecil berwarna merah itu menghilang tanpa sebab.

Ku bungkam bibirku dengan kedua tanganku. Berjalan perlahan menuju ke dalam toilet.

Aku melihat sosok perempuan yang sangat cantik berdiri di depan pintu toilet yang tadi aku datangi.

Hmmm apakah dia si rambut panjang?

Dia tersenyum ke arahku.

"Terimakasih sudah membantuku lepas dari ikatannya"

Aku mendekat kepadanya.

"Iya sama-sama, mengapa kamu bisa di ikat olehnya?"

Aku bertanya lirih kepadanya.

"Dia adalah jin kecil yang nakal! Banyak yang menyebutnya dengan sebutan"

"Bajang Kerek"

"Dia berasal dari janin yang di gugurkan! Dan di kubur di sembarang tempat!"

Dia menjelaskan perlahan.

"Apakah kamu sudah lama terkurung di sini"

Kusandarkan badanku ke tiang yang berada di sebelah kananku.

"Lima tahun!"

"Hmmm"

Aku hanya bergumam, tidak menjawabnya. Seolah-olah mengerti apa Yang dia rasakan selama Lima Tahun.

"Ada anak seperti mu disini, tetapi dia tidak berkenan menolongku!"

"Siapa Dia!?"

Tanyaku dengan cepat.

"Aku tidak bisa menyebutkan namanya, karena jikalau aku.. "

"Stop!!!"

Ku potong langsung ucapanya.

"Aku udah tahu cerita itu. Tadi aku juga barusan bertemu dengan sesosok anak remaja di pinggir danau dan dia juga mengatakan hal yang sama!"

Aku jadi penasaran, siapa dia yang di maksud oleh mereka. Apakah orang yang memakai baju putih itu waktu aku makan malam di dapur.

Hmmm sudahlah tidak usah aku pikirkan hal konyol dan tidak penting bagiku.

"Hmmm, aku mau pergi dulu"

Sambil aku berjalan meninggalkannya tanpa menunggu jawaban apa yang akan dia katakan.

Rasa penasaran meruak dari dalam diriku. Siapa sebenarnya yang mereka maksud. Mengapa anak ini seperti sangat tidak peduli sekali dengan sekitarnya.

***

Malam ini tidak ada kegiatan disini. Jadi kuputuskan untuk ibadah di area belakang dari sekolahku. Jadi disini ada tempat ibadah dari masing-masing agama. Ada lima tempat ibadah lebih tepatnya.

Urutannya dari Muslim, Budha, Kristen, Katolik, dan Hindu.

Dan tempat ibadahku adalah yang paling jauh yaitu di paling ujung belakang. Karena kebanyakan kalau Pure pasti di buatnya di tempat yang agak sepi karena tujuannya agar lebih tenang dan jauh dari keramaian.

AKu mencari Andre tapi tidak ketemu sama sekali. Hmmm dimana dia.

Ya udahlah kuputuskan untuk aku pergi sendirian.

Kulihat jam dinding di Asrama menunjukkan pukul Delapan malam kurang dikit jam Sembilan.

Hari ini kosong mangkanya banyak anak yang memutuskan untuk tidur. Ada juga yang masih bermain di lapangan dan ada juga yang masih belajar kelompok di aula depan lapangan.

Aku berjalan sendirian melewati lapangan satu. Lapangan satu adalah lapangan yang berada di area depan dari sekolah ini. Kalau lapangan dua ada dia area belakang.

Ku lihat di ujung lapangan ada anak yang tidak asing ku lihat. Dia berjalan lurus ke arahku.

Kuputuskan untuk diam saja dan berjalan dengan biasa.

Yang ku maksud adalah dia yang memakai baju putih yang memiliki mata tajam itu.

Dia berhenti pas di depanku.

"Anak baru ya!"

Bertanya dengan singkat.

"Iya kak"

Ku balas dengan senyum.

"Namanya siapa?"

Dia mengulurkan tangannya dan menanyai namaku.

Hmmm ini adalah saatnya aku mengetahuinya. Kalau aku tidak bisa membacanya maka dia adalah orang yang sama sepertiku.

Aku jabat tangannya dan ku sebutkan namaku.

"Panggil saja Ejh kak, kalau kakak?"

Dan dugaan ku benar, kosong tidak ada apapun yang bisa ku baca darinya. Ya berati dia memiliki sesuatu hal yang sama dengan diriku.

Aku ingatkan lagi kepadamu bahwa apa yang aku alami atau rasakan bisa saja orang lain juga merasakan dan mengalami hal yang sama. Tetapi tidak semua, diantara mereka ada yang bisa membaca seseorang meskipun mereka sama, sama memiliki kemampuan yang spesial.

Karena setahuku setiap orang yang memiliki sebuah kemampuan lebih mereka tidak bisa membaca satu sama lain yang memiliki kemampuan yang serupa. Karena setiap orang yang memiliki kemampuan lebih, mereka secara otomatis memiliki sebuah perisai diri dalam diri mereka masing-masing.

"Namaku R..."

Singkat jawabnya dan bergegas meninggalkan ku.

Maaf aku tidak bisa menyebutkan namanya siapa, karena aku sudah berjanji padanya untuk tidak menyebutkan namanya. Aku hanya sebutkan inisialnya saja.

Sungguh aneh orang itu. Apakah dia juga merasakan hal yang sama, disaat berjabat tangan denganku?

Hmmm sudahlah.

Aku bergegas menuju ke tempat ibadah keburu malam.

Suasan sepi sekali di tempat ibadah ini.

Di Muslim cuma ada beberapa, yang lainnya gak ada.

"Mau ibadah ya?"

Suara Cowok.

Kumenoleh padanya, dia yang berdiri di ambang pintu Mushola.

"Ah, iya mau ibadah saya. Mari"

Aku tersenyum sambil meninggalkannya.

Aku berjalan turun menuju ke Pure.

Jadi di Tempat ibadah ini di buatkan juga seperti taman yang menghiasi pusat pertengahan diantara jalan setapak yang menuju di setiap tempat ibadah.

Aku berjalan menuju ke arah kiri di mana sebentar lagi aku sampai di pure.

"Ahh"

Ku tutupi mataku dengan cepat pada saat silauan cahaya mengarah kearahku.

Ku mengintip dari jemariku untuk memastikan siapa yang bermain senter di malam hari.

Tapi anehnya senter itu ada dua. Dan senter itu berada di belakang pure di seberang jalan batu di tengah-tengah perkebunan jeruk.

Tak lama senter itu menjadi redup hingga warnanya agak menjadi orange dan sedikir merah di samping-samping.

Kuturunkan tanganku, dan menyipitkan mata.

Kulihat dengan jelas.

Dan Jelas itu bukan Senter.

Tersadar aku disaat melihat bayangan samar-samar di kegelapan, yang aku kira senter sebelumnya ternyata aku salah. Sekarang dua senter itu memiliki bayangan layaknya sebuah Tubuh yang berdiri mematung dan melihat ke arahku.

"Goblok!!!"

Aku mengatai diriku sendiri sambil membalikkan badan ku.

Aku sudah membuat kontak mata dengannya.

Aduh mati aku.

Ku menoleh untuk memastikan.

"AHHHHHHHHH!!!!"

Aku berteriak karena mata besar itu sudah berada di depan Pure. Berdiri mematung melihat ke arahku.

Pemandangan yang sangat jelas bisa aku lihat sekarang, mata besar, tubuh besar, dan berbulu lebat.

Dengan cepat aku berlari meninggalkan tempat. Tanpa menoleh kebelakang.

----------

Tidak mungkin aku meninggalkan ibadah karena DIA...

Chapitre suivant