webnovel

Chapter 34: Case 2: Pedagangan organ bagian 22

Setelah mendapatkan pemberitahuan dari Aksa, Angga dan Adnan melakukan perintah Aksa dan berkeliling secepatnya untuk mencari keberadaan Mahesa. Adnan merasa agak merinding. Ia ingat Mahesa pernah bicara dengannya sebelumnya dan berniat membantunya mencari buku. Seandainya ia tidak membawa buku yang Aileen pinjam sebelumnya ia mungkin harus meng iyakan perkataan Mahesa. Siapa yang tahu kalau dia benar-benar berniat untuk membantunya atau tidak? Ia bisa saja di bunuh waktu itu!! Wajahnya ini benar-benar sangat sering membuatnya berada dalam masalah!! Belum lagi ia tidak di perbolehkan untuk menghajar orang biasa yang mengganggunya membuat ia benar-benar terlihat lemah dan para teman laki-lakinya yang lain sering kali mengajukan diri untuk mengantarnya pulang agar tidak di ganggu di jalan. Memangnya dia ini apa? Anak kecil?!!. Kadang adnan mempertanyakan kenapa ia di perlakukan seperti perempuan ketika ia sebenarnya adalah laki-laki. Di satu sisi hal itu memberinya keuntungan tapi di sisi lain ia sebal terus di sangka perempuan oleh orang lain. Yang paling menyebalkan adalah ketika ia harus mengganti pakaiannya dengan pakaian olah raga para murid laki-laki yang lain selalu menyuruhnya kekamar mandi karena wajahnya yang terlalu imut dan mereka malu di lihat olehnya. Kadang ia mulai berpikir apakah ia harus oprasi plastik suatu saat nanti agar tidak terus di sangka perempuan? Namun ia berusaha untuk tidak memusingkan hal itu dan fokus mencari keberadaan Mahesa.

Angga juga tidak jauh beda. Tadinya setelah pergi jalan-jalan dengan teman kencannya seperti biasa ia akan mengerjakan tugas khusus lain yang Aksa berikan padanya saat tengah malam nanti. Namun, pemberithuan dadakan Aksa membuat Angga harus mengurungkan niatnya untuk mengerjakannya lebih awal dan melakukannya pada tengah malam nanti yang berarti tidak ada tidur untuknya hari ini. Ia mungkin akan baru bisa tidur besok. Tapi hal itu juga bukan masalah besar untuknya karena ia sudah terbiasa dengan hal ini.

Aileen dan Rei mencari keberadaan Mahesa tapi mereka tidak menemukan tanda-tanda keberadaan mobilnya. Aileen, Rei, Aksa' Adnan dan Angga sudah berada di luar selama berjam-jam namun mereka tidak menemukan apapun. Si pelaku yang membawa mayat perempuan itu sama sekali tidak di temukan jejaknya memmbuat Rei kesal. Seandainya saja mereka tidak melihat rekaman minicam terlebih dahulu dan langsung mengejarnya mungkin masih ada kemungkinan mereka bisa menangkap basah Mahesa yang sedang melakukan aksi kejinya.

"Kita udah muter-muter Cimahi tapi gak ketemu sialan."

Umpat Rei di dalam mobil namun tatapannya masih tetap fokus ke jalan raya sementara Aileen sibuk berhubungan dengan Aksa, Angga dan Adnan lewat alat komunikasi milik Rei karena dia belum memiliki alat komunikasi khusus sendiri.

"Mending kita pulang aja dulu, mas Aksa sama Adnan juga harus pulang sementara Angga juga punya tugas lain kan?"

Aksa dan Adnan setuju mengingat ini sudah sangat malam dan mereka juga membutuhkan istirahat sementara Angga merasa aneh Aileen bisa tahu jadwalnya mengingat misi ini di berikan secra mendadak tadi siang oleh Aksa kepadanya.

"Bentar tahu dari mana kamu aku ada tugas setelah ini?"

Tanyanya dengan heran yang bukannya di jawab oleh Aileen namun oleh Aksa.

"Kalau soal itu Aileen tahu gara-gara dia yang ngatur waktu aku harus mandi lagi gara-gara jebakan yang Rei pasang di atas pintu tadi."

Jawabnya yang dengan nada datar, Aksa sepertinya masih kesal dengan kejadian tadi pagi. Sementara angga dan Adnan heran bagaimana bisa Aksa selalu saja menjadi korban dari jebakan Rei. Bahkan yang paling sederhana seperti meletakkan ember di depan pintu markas yang sangat mencolok saja Aksa masih bisa kena. Apa ia tidak merasa curiga saat melihat pintunya sedikit terbuka? Apa dia tidak curiga juga saat melihat ada sebuah ember yang terletak di atas pintu? Mereka sungguh heran. Bagaimana bisa Aksa menjadi ketua mereka dengan instingnya yang sejelek itu?

"Yaudah Aileen kita pulang aja, kita terusin pencarian kita besok."

Rei menghela nafas pasrah dan memutar balik mobilnya menuju apartemen. Sekarang sudah pukul 23:55 waktu dimana hampir semua orang sudah tertidur dan mereka berempat masih berada di jalan raya. Yang dikatakan Aileen benar, mereka butuh istirahat. Tapi berbeda dengan yang lain, setelah Angga kembali ke ruang apartemennya ia langsung pergi ke tempat lain sambil membawa sebuah case gitar yang sebenarnya berisi.

"Rei kamu ngantuk kan? Udah biar aku aja yang nyetir."

Ucapan Aileen di balas gelengan oleh Rei.

"Gak perlu, sebentar lagi juga kita sampai."

Aileen menatap laki-laki itu tidak percaya dengan kata-katanya, ini bahkan belum seperempat jalan dan dia bilang sebentar lagi sampai? Dia sepertinya benar-benar sudah mengantuk. Akan berbahaya membiarkan Rei tetap menyetir.

"Rei kamu belum tidur dari kemarin. Gak apa-apa biar aku aja yang nyetir."

Perkataan Aileen membuat Rei menyerah karena ia memang sudah sangat mengantuk, iapun memarkirkan mobilnya di pinggir jalan raya dan bertukar posisi dengan Aileen untuk tidur di kursi belakang sementara Aileen menyetir sepanjang jalan menuju apartemen.

"Hati-hati sama beberapa tombol di depan stir, meski kamu penasaran jangan pencet-pencet ya?"

Melihat tombol yang ada tepat di depan stir Aileen penasaran dengan fungsi tombol-tombol tapi ia hanya bergumam meng iyakan perkataan Rei. Tombol-tombol itu sepertinya memiliki fungsi yang tidak di ketahui olehnya. Ia tidak ingin salah memencet tombol. Bisa saja salah satu tombol itu penghancur otomatis kan? apa lagi yang bergambar peluru, bom, dan tengkorak tampak mencurigakan.

Beberapa menit kemudian Aileen melihat kerumunan orang yang tampak ramai, melihat hal itu Aileen merasa curiga. Iapun memarkirkan kembali mobil Rei di pinggir jalan dan keluar dari mobil sendirian meninggalkan Rei berbaring di dalam mobil. Iapun memutuskan untuk bertanya pada salah satu orang yang ada di sana.

"Ibu maaf ada apa ya? Kok rame-rame begini?"

Wanita paruh baya yang Aileen tanya tadi tampak beralih menatapnya, wajahnya tampak agak ketakutan dan wanita itupun berata.

"Ada mayat mba, perempuan umurnya mungkin sepantaran mba."

Mendengar perkataan wanita itu Aileen bergegas masuk kedalam kerumunan hingga ia berada di barisan terdepan dan dapat melihat jasad itu dengan jelas. Benar saja, wajah mayat itu sama persis dengan perempuan yang di bunuh Mahesa tadi siang.

Aileenpun dengan cepat mengambil handphonenya dan menghubungi Aksa mengingat alat komunikasi milik Rei ia tinggalkan di dalam mobil.

Aksa yang sudah hampir sampai di apartemen merasakan handphonenya bergetar iapun menghentikan motornya dan mengangkat telpon dari Aileen.

"Halo?"

"Mas Aksa aku nemuin mayatnya."

Perkataan Aileen membuat Aksa terkejut dan rasa kantuk yang ia rasakan sebelumnya tiba-tib langsung sirna.

"Dimana?"

"Deket stasiun kereta."

Aksapun memutar balik motornya untuk pergi menuju stasiun kereta. Beberapa menit ia menelusuri jalanan ia melihat sebuah kerumunan orang, iapun mencari keberadaan Aileen dan menemukannya tampak sibuk bicara dengan beberapa orang yang sepertinya adalah saksi mata dan menulis semua yang mereka katakan di dalam tablet yang dibawanya sendirian tanpa Rei yang seharusnya bersamanya saat ini namun ia tidak menghiraukan hal itu dan menghampiri Aileen.

"Aileen ada petunjuk?"

Mendengar suara Aksa yang terdengar setengah berteriak karena suasana yang agak berisik membuat Aileen menengok ke arah Aksa dan berjalan cepat kearahnya.

"Mereka melihat semua ngeliat ada laki-laki yang turun dari mobil dan meletakkan tubuh mayat perempuan ini di sini."

Aksa mengangguk mendengar penjelasan Aileen iapun memencet tombol di handphonenya untuk menghubungi 'ambulance' dan membawa mayat itu pergi dari lokasi untuk kemudian Aileen periksa nantinya.

"Rei mana?"

Tanya aksa yang heran mengingat Rei akan selalu mengikuti aileen kemanapun ia pergi seperti anjing penja- oh bukan, kucing penjaga.

"Dia kecapean gara-gara begadang dari kemarin jadi dia lagi tidur di dalem mobil."

Jelas Aileen sambil melirik mobil, dan memang seperti yang Aileen katakan di dalam mobil Rei sedang tertidur dengan sangat nyenyak dengan posisi meringkuk dan melingkar seperti kucing karena kedinginan yang membuat Aksa geleng-geleng kepala melihat kelakuannya.

"Dasar dia ini..."

Komentar Aksa membuat Aileen tertawa kecil.

"Jangan salahin dia mas, aku yang nyuruh dia tidur. Lagian aku bisa bawa mobil sendiri kok."

"Yaudah kamu harus cepet pulang, soal mayat kamu urus besok aja ini udah kemaleman."

Aileen hanya mengangguk mengerti meski dia tidak tahu mengapa di apartemen tidak ada ruang otopsi agar ia bisa memeriksa mayat dengan mudah dan tidak perlu repot-repot keluar rumah. Iapun masuk kedalam mobil Rei dan menjalankan mobil itu kembali menuju apartemen.

Beri, vote coment dan review kalau kalian suka cerita ini dan kalau ada kekurangan tolong beri tahu juga, kalau ada yang mau ngasih gift juga juga boleh. Makasih buat semua dukungan kalian dalam bentuk apapun itu see you :)

LynKuromuno707creators' thoughts
Chapitre suivant